Sahabat lama pembawa luka

106 6 0
                                    

Dua bulan berlalu

Hubungan Rico dan Vina terus membaik, tidak hanya itu semakin hari keduanya juga semakin dekat.
Tak jarang keduanya menghabiskan waktu berdua sepulang kuliah ataupun di saat weekend.

Vina tak lagi sungkan meminta bantuan atau pun meminta Rico buat menemaninya ke suatu tempat.
Rico sendiri selalu menyempatkan waktunya untuk gadis yang sangat ia sayangi itu.

Sekalipun berantem kecil selalu mewarnai hari-hari mereka, namun itu juga yang membuat keduanya semakin dekat dan terlihat tak terpisahkan.

Di sisi lain, Renna yang semenjak  Tour di Bali sudah sangat geram pada Vina kembali menemui dan meminta Vina menepati janjinya untuk menjauh dari Rico.
Vina pun dengan halus menolak dan meminta maaf karna ia tak bisa lagi menepati janjinya.
Rico sangat berarti buatnya, ia tak ingin menyakiti perasaan Rico lagi dengan menjauhinya.

Renna yang hilang kesabaran pun mulai memperlihatkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Ia memaksa Vina untuk menjauh dari Rico bahkan mengancam akan membuat hidup Vina tak tenang kalau masih saja dekat dengan Rico.

Namun Vina tak memperdulikan sama sekali ancaman Renna.
Ia sudah siap menanggung segala resiko yang akan ia terima bila ia berteman dengan Rico.

***

Siang itu Rico, Vina, Sintya dan juga Doni tengah berjalan beriringan menuju parkiran kampus mereka.

"Olin's!" teriak seseorang dari arah gerbang yang membuat Vina menoleh karna mengenal suara dan juga panggilan yang begitu akrab di telinganya.

"Boy?"

Vina menyipitkan matanya untuk memperjelas penglihatannya.
"BOY!" teriaknya kemudian sembari berlari ke arah cowok yang sudah merentangkan tangannya menyambut kedatangannya.

Jantung Rico serasa mencolos melihat pemandangan di depannya.
Vina menghamburkan dirinya ke dalam pelukan cowok lain?
Sumpah demi apa, ingin rasanya ia menghajar cowok yang masih betah memeluk gadisnya itu.
Namun ia tak bisa melakukannya karna Vina yang memang belum menjadi miliknya.
Ia hanya bisa menghela nafas lelah sembari memalingkan wajahnya karna tak tahan melihat pemandangan di depannya.

"Kami bilang juga apa, buruan nyatain perasaan lo ke dia biar lo gk kesiksa kayak gini!"

Rico menggeleng menanggapi usulan dari Doni.

"Gue gk mau kehilangan Vina lagi, dia cuma nganggap gue temen Don, gk lebih! Kalau dia sampai tau perasaan gue yang sebenarnya, dia pasti bakalan ngejauh lagi dari gue!" ucap Rico dengan wajah murung.
"Selama ini dia ngira gue tulus berteman sama dia, tapi nyatanya gue yang udah khianatin kepercayaan dia dengan perasaan yang gk seharusnya ini!" imbuhnya sembari menghembuskan nafas lelahnya lagi.

"Lo tau dari mana kalau Vina gk punya perasaan lebih ke lo sedangkan lo sendiri belum pernah nyatain perasaan lo ke dia?"

Pertanyaan dari Sintya yang membuat Rico tersenyum miris.

"Gue udah pernah bercandain dia dengan pura-pura nembak dia pas kita lagi di Bali dan kalian tau gimana responnya?"

Rico berdesis dan terkekeh seolah menertawakan dirinya sendiri.

"Melihat ekspresi wajahnya aja udah keliatan banget kalau dia kecewa! Semenjak hari itu gue sadar kalau perasaan gue ini gk akan pernah terbalas!" ucap Rico sembari melihat ke arah Vina yang tengah asik tertawa dengan tatapan penuh luka.

Doni dan Sintya pun ikut prihatin mendengar cerita Rico, namun mereka tidak yakin tentang pemikiran Rico soal perasaan Vina.
Apalagi Sintya yang mengenal Vina dari kecil, ia bisa melihat dengan jelas kebahagiaan yang Rico hadirkan dalam kehidupan Vina, bahkan mungkin lebih dari yang Vina dapatkan dari mantannya yang sudah meninggal.
Ia tau Rico mempunyai tempat tersendiri di hati sahabatnya itu, hanya saja sahabatnya yang memang kurang peka dengan perasaannya sendiri.

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang