Memori yang hilang

66 6 1
                                    

Kondisi Rico mulai membaik dan sudah sadarkan diri.
Namun ada sesuatu yang aneh dalam dirinya.
Ia melupakan kejadian yang telah membuatnya masuk Rumah sakit dan parahnya ia juga tak mengenali Vina.

"Dia siapa?" Tanya Rico polos yang membuat semua orang saling pandang.

"Yaelah Ric, baru juga sadar udah usil aja lu mau ngerjain orang." Omel Doni.

"Usil gimana? Emang mereka siapa sih?"

"Ck' udah ah bercandanya, kamu gk tau kan gimana cemasnya Vina nungguin kamu yang gk sadar-sadar, dia sampe gk berhenti nangis loh!" Omel Mamanya.

"Vina?"
Rico menatapi Vina seolah Vina adalah orang asing yang baru ia lihat.

**

Semua menunggu dengan cemas didepan ruang rawat Rico hingga Dokter pun keluar.

"Gimana Dok?"

"Pasien mengalami amnesia sebagian, jadi ada beberapa memori yang hilang akibat pukulan keras itu dikepalanya."

"Tapi dia pasti bisa mengingat semuanya lagi nanti kan Dok?" Tanya Mama Rico cemas.

"Seiring berjalannya waktu Pasien pasti akan menemukan ingatannya kembali, tapi kapan waktunya itu yang tidak bisa diterka."

Seusai menjelaskan kondisi Rico, Dokter itupun berlalu.

"Gk papa Sayang ini cuma sementara, kamu juga denger kan tadi apa kata Dokter?" Mama Rico mencoba menghibur Vina yang terlihat murung tak bergeming.

"Iya, cepat atau lambat dia pasti bakalan ingat sama kamu lagi, dan kalau belum bisa ingat semuanya, kan kamu bisa bantu dia buat nemuin ingatannya." Imbuh Papa Rico.

"Gk bisa!" Potong Oma Hani yang baru datang.
"Gadis ini gk boleh mendekati Rico lagi, sudah bagus Rico hilang ingatan dan melupakan gadis ini, kenapa kalian malah meminta dia buat mengembalikan ingatan buruk itu?"

"Ma, tolong jangan seperti itu, Mama gk kasian sama-"

Ucapan Mama Rico terpotong karna Vina yang menahannya dengan memberi isyarat agar tidak lagi membelanya.

"Vina gk papa Ma, dan apa yang dibilang Oma itu juga ada benarnya." Ucapnya dengan menekan perasaannya.

"Nah, kalau sudah tau ngapain kamu masih disini? Rico sudah tidak membutuhkan kamu lagi jadi pergi dari kehidupan Cucu saya dan jangan pernah kembali di kehidupan dia lagi!"

"Oma bisa gk jangan kasar gitu ngomongnya? Selama ini Vina sudah menuruti kemauan Oma dengan mengorbankan kebahagiaannya, apa Oma gk punya sedikit hati nurani untuk menjaga perasaan Vina?"

"Sin,"

"Gk Vin, selama ini lo udah banyak bersabar, gue gk bisa liat lo terus-terusan di injek-injek seperti ini, kita ke ruangan lo dan mulai sekarang gk usah berhubungan sama keluarga ini lagi."

"Sayang," Cegah Doni.

"Minggir!"
Sintya terlihat begitu murka hingga tidak ada satupun yang bisa menghalangi langkahnya untuk membawa Vina pergi menjauh dari ruang rawat Rico.

Di lain sisi Rico yang termenung seorang diri di ruang rawatnya berusaha dengan keras untuk mengingat siapa Vina.

Tatapan Vina yang penuh akan kecemasan sangat mengusik ketenangannya.
"Haiss, bisa gila gue lama-lama! Siapa sih sebenernya cewek itu?"
"Mukanya seperti gk asing, trus tatapannya juga bikin dada gue nyeri," Batin Rico yang masih sibuk mencari tau tentang Vina.
"ARGG, KENAPA GUE GK BISA INGAT APAPUN TENTANG DIA?" Teriak Rico frustasi sembari memegangi kepalanya yang sakit.

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang