Misi Pendekatan

112 7 0
                                    

Keesokan harinya di kampus, Vina merasa curiga karna tak melihat Rendra di Fakultasnya.

Padahal biasanya Rendra selalu menyapanya setiap pagi dan mengajaknya ngobrol sampai kelas akan di mulai.

Ia mulai mencemaskan Rendra sekalipun semalam Rendra telah menghinanya namun ia sama sekali tak membencinya.
Marah? Ya ia marah dan kecewa pada Rendra tapi bukan berarti pertemanan mereka berakhir sampai di sini.

Ia sama sekali tak mengharapkan itu terjadi, ia sudah kehilangan Rico sahabatnya dan ia tak mau kehilangan Rendra juga.
Biar bagaimanapun Rendra selalu menjadi teman yang baik dalam beberapa hari pertemanan mereka.
Ia selalu ada di saat dirinya membutuhkan teman untuk bercerita dan Rendra juga punya cara sendiri untuk menghiburnya.

Vina sangat menyayangkan perasaan Rendra yang tumbuh tanpa ia duga sebelumnya,
ia cemas Rendra juga akan menjauh darinya karna kejadian semalam.

''Mungkin dia gk masuk hari ini, apa dia terlalu terluka karna penolakan gue semalam?" gumamnya sembari menghela nafas lelah.
"Apa antara cowok dan cewek gk bisa kalau hanya berteman?" gumamnya lagi yang tengah duduk sendiri di taman.

Vina tak menyadari kalau segala gerak geriknya tak lepas dari penglihatan Rico.

Ingin rasanya Rico belari ke arah Vina dan duduk di sebelahnya, mengganggunya dan membuatnya kesal supaya muka sedih itu lenyap dari wajah cantik gadisnya itu.
Namun ia menahan diri karna ia tau gadisnya itu sedang tidak ingin ia dekati.

Rico mendengus kesal mengingat ucapan Vina semalam, di tambah lagi bocoran dari Rendra yang membuatnya yakin dialah sahabat Vina yang katanya sangat berarti bagi gadisnya itu.

"Kenapa lo malah lebih mentingin hubungan gue sama temen gue? Apa hubungan kita gk penting buat lo? Apa lo pikir gue baik-baik aja sekarang? Hati gue sakit Vin, apa lo gk bisa liat semua itu? Apa perasaan temen gue lebih penting dari perasaan gue?"

Rico kembali mendengus kesal ingin rasanya ia mengutarakan semua pertanyaan itu pada Vina, namun akankah gadis itu mau menjawab dengan jujur pertanyaannya? Jawabannya sudah pasti tidak, yang ada ia akan tambah sakit hati karna gadis itu pasti akan mengelak dengan mengeluarkan kata-kata sadisnya lagi.

"Sebenarnya apa dosa gue sama lo kenapa lo sampai sejahat ini sama gue? Sedangkan sama yang lain lo baik banget selalu mikirin perasaan mereka, apa lo pikir gue gk punya hati dan perasaan?"

Entah sudah berapa kali dalam hari yang masih begitu pagi ia menghela nafas lelah.
Semua pertanyaan yang tak terungkapkan membuatnya semakin geram dan kesal pada gadisnya itu.

Rico pun berlalu dari tempat pengintaiannya dengan perasaan yang kembali kacau.

***

Beberapa hari berlalu, hubungan keduanya semakin memburuk.

Tak ada komunikasi sedikit pun bahkan di saat keduanya berpaspasan Rico seolah mengabaikan keberadaan Vina.

Rico masih kesal karna keputusan Vina yang mengabaikan dirinya, sedangkan Vina hanya pasrah melihat Sikap Rico yang mengabaikannya.
''Bukankah ini yang ia mau, tapi kenapa rasanya begitu menyakitkan?
Itulah yang Vina rasakan saat itu.

Vina juga sempat beberapa kali melihat kebersamaan Rico dan Renna, hatinya kembali teriris namun ia tetap berusaha untuk tersenyum seolah menyemangati dirinya sendiri.

"Semua sudah benar Vina, lo gk boleh egois biarkan Rico kembali pada sahabatnya!" gumamnya menasehati dirinya sendiri.

Sintya dan Doni yang geram melihat keduanya yang seolah menyiksa diri mereka sendiri mulai merencanakan siasat untuk bisa menyatukan keduanya kembali.

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang