Rasa yang terungkap

122 6 0
                                    

"Lo di mana gue butuh lo Ric, apa lo marah sama gue sampai gk mau hubungi gue lagi?"

Vina menangis dan terus memanggil nama Rico.

Di kamarnya Rico yang tengah galau menahan rindu pada gadis yang tak pernah absen dari ingatannya tiba-tiba merasakan sesak di dadanya.
Ia pun mengusap dadanya dengan harapan rasa sesak itu akan hilang.
Namun usahanya tak membuahkan hasil semakin lama dadanya semakin bertambah nyeri.

Tak cukup sampai di situ, kecemasan yang tiba-tiba datang pun mulai menghantui pikirannya.
Ia merasa di hantui bayangan Vina yang seolah memanggil namanya dan terus berputar di otaknya.

"Jangan-jangan terjadi sesuatu sama-"

Rico tak melanjutkan ucapannya dan langsung panik mencari ponselnya untuk menghubungi Vina.

Di lain tempat Vina yang masih menangis di kejutkan dengan suara telpon masuk dengan sebuah nama yang tertera yang beberapa hari ini sangat ia nantikan kabarnya.

"Assalamualikum," jawab Vina yang masih terisak.

"Wa'alaikum salam, Vin lo gk papa kan? Lo di mana sekarang?"
"Masih inget lo sama gue?" jawab Vina yang semakin menangis.

"Vin, lo nangis?"

Rico yang cemas langsung mengubah panggilannya menjadi video call.

"Ya Allah, Vina?"

Rico terkejut melihat wajah Vina yang berlinang air mata dan masih terisak.
"Bilang sama gue siapa yang udah bikin lo nangis sampe kayak gini? Apa ada yang nyakitin lo selama gue gk ada? Siapa orangnya, biar gue kasih pelajaran dia!"

Rico begitu geram karna ada yang berani menyakiti Vina, di dalam hati ia juga merutuki kebodohannya yang malah sibuk dengan perasaanya sendiri sampai mengabaikan Vina selama beberapa hari terahir.

"Peduli apa lo sama gue, lima hari kemarin sekalipun gue mati di bunuh orang apa lo juga peduli?"

Ucapan Vina bagai sebuah tamparan keras bagi Rico, rasanya seperti ada sebuah pisau yang menyayat hatinya mendengar Vina mengucapkan semua itu.

"Sorry, soal lima hari gue yang gk ada kabar gue bisa jelasin semuanya nanti! Gue minta maaf karna udah bikin lo cemas, gue janji akan tebus semua kesalahan gue sesampainya gue di Jakarta, apapun yang lo mau pasti gue turutin asal lo gk marah lagi dan mau maafin gue, jangan ngambek lagi ya!"

Vina menyeka air matanya, sekalipun masih terisak namun senyum simpul terukir di bibirnya.
Rico memang obat mujarab untuk mengobati kesedihannya,
hanya dengan bicara dengannya saja sudah bisa membuatnya tenang dan kembali tersenyum.

"Sekarang bilang siapa yang udah bikin lo sampe sedih kayak gini, gue janji gk akan lepasin orang itu dan bikin perhitungan sama dia!"

Vina terkekeh kecil dengan sesekali terisak mendengar ucapan Rico, membuat Rico mengerutkan dahinya karna tak mengerti dengan respon yang di tunjukan Vina padanya.

"Kok malah ketawa sih, apa karna gue tinggal lima hari gila lo jadi bertambah?"

Vina berdecak kesal mendengar ucapan Rico yang mulai mengganggunya.
Ia pun menatap Rico dengan wajah cemberut membuat Rico terbahak karna gemas dengan ekspresi wajahnya.

"Gue kangen sama lo Vin, kangeen bangeet!" ucap Rico sembari tersenyum setelah puas tertawa.

Vina terdiam, ia memandangi Rico intens.
"Apa semua yang di bilang Doni dan Sintya itu benar?" tanya Vina dalam hati dengan mata terus memandangi Rico.
Ia berharap semua itu hanyalah sebuah candaan untuk mengerjainya karna ia masih belum bisa mengartikan perasaannya sendiri, apakah ia mencintai Rico atau hanya sebuah rasa nyaman yang ia dapat dari seorang teman.

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang