Menjauh

140 6 0
                                    

Rico sampai di kamarnya, ia pun merebahkan tubuhnya di tempat tidur kesayangannya.
Ia pun kembali teringat kejadian di pesta, ia merogoh saku celana dan mengambil piagam best couplenya.
Ia juga melihat voucher candle light dinner hadiah dari Revan karna dirinya dan Vina yang berhasil memenangkan game best couple di pestanya tadi.

Rico tersenyum, ia pun meraih ponselnya kemudian membuka galeri.
Ia memandangi foto Vina yang ia ambil secara candid.

Tiba-tiba ingatannya membawanya pada moment dimana ia berhasil menemukan Vina dalam gelap dan bagaimana jantungnya berdetak seolah mengenali keberadaan Vina.

"Ada apa sama gue?" gumamnya.

Rico kembali menatap foto Vina di ponselnya.
"Masa iya lo jodoh gue?" gumamnya lagi yang seolah mengajak foto Vina berbicara.

Di tempat lain, Vina juga tengah di sibukkan dengan otaknya yang seperti terus memutar kejadian di pesta.
Bagaimana ia menggandeng lengan Rico saat di pesta, bagaimana Rico menangkap dirinya dalam kegelapan
dan saat ia bernyanyi berdua bersama Rico di atas panggung.
Tatapan mata Rico dan cara benyanyi Rico yang seolah ingin menyampaikan perasaannya lewat lagu itu.

"Apa gue yang terlalu baper ya?" gumamnya.
"Tapi Rico hari ini beda, keliatan lebih keren pake jas gitu!" batinnya yang membuatnya menggelengkan kepalanya cepat untuk mengusir bayangan Rico dari otaknya.
"Haiiss, kenapa gue jadi mikirin dia terus sih?" kesalnya.

Vina juga kemudian teringat piagam best couplenya.
Ia pun merogoh tasnya dan tersenyum sembari memandangi piagamnya.

***

Paginya di kampus di saat Vina tengah asik mengobrol dengan teman-temannya tiba-tiba sebuah tangan kekar merangkul bahunya, bersamaan dengan itu terdengar suara yang tak asing lagi di telinganya.

"Morning cantik!" sapa Rico manis yang membuat Vina sedikit blushing.

"Singkirin tangan lo atau gue patahin sekarang!" ucap Vina berusaha bersikap dingin untuk menutupi gugupnya.

"Ck, galak banget sih!" gerutu Rico.

"Ciee, gue perhatiin lo sekarang manis banget sama Vina, ada apaan nih?" goda Sintya sembari menyenggol bahu Vina.

"Udah gue bilang Sin, jangan tertipu sama mulut manisnya bisa sesat lo lama- lama!" ucap Vina asal.

Doni yang juga ikutan nimbrung tak kuasa menahan tawanya.

"Wah, parah ngatain gue sesat! Nih cewek di lembutin gk mau, di kasarin balesnya lebih kasar! Enaknya di apain ya Don?" ucapnya sembari merangkul bahu Doni dan menatap Vina miring.

"Di kawinin aja!" jawab Doni yang langsung kabur karna takut dengan Vina murka karna ucapannya.

Rico merutuki mulut Doni yang suka bicara asal tanpa memikirkan akibatnya.
Dan sekarang sepertinya ia akan terkena imbas dari ucapan Doni yang sangat lancang itu.

Rico pun menatap Vina was-was sembari tersenyum manis ia mulai melangkah mundur untuk menghindar dari Vina.

Vina menatap Rico tajam membuat Rico sedikit bergidik ngeri.

"Doni yang bilang bukan gue, kenapa lo liatin gue kayak gitu?" protes Rico sembari terus melangkah mundur.

"Dia saudara lo, trus dia ngomong gitu juga buat lo! Gk usah mundur-mundur katanya mau ngawinin gue, gk jadi?"

Rico menggeleng cepat menanggapi pertanyaan Vina.

"Gue harus ke kelas, duluan ya!" ucap Rico dan langsung kabur menuju kelasnya.

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang