Masih perang

220 18 6
                                    

Pagi harinya di Rumah Rico, terlihat Rico dan Doni sedang asik menyantap sarapan mereka. Hanya berdua karna orang tua mereka tinggal di Bandung.

Sama halnya dengan Vina dan Sintya yang merupakan anak tunggal, mereka juga merupakan anak tunggal di keluarganya.
Itu juga yang menyebabkan Rico dan Doni tak bisa pergi jauh dari orang tuanya.
Terutama Rico karna Mamanya memang tak bisa pisah lama dari anak semata wayangnya itu. Setiap seminggu sekali kalau bukan orang tuanya yang berkunjung ke Jakarta, Rico lah yang akan ke Bandung untuk mengunjungi kedua orang tuanya.

 ***
Dari semalam ucapan Doni terus mengganggu fikiran Rico.
"Gimana kalau Doni beneran naksir sama cewek stres itu? Bisa ribet urusan gue buat balas dendam ke dia!" Batinnya yang sibuk dengan fikirannya sendiri.

"Ric, hari ini lo gk akan ngerjain Vina lagi kan?" Tanya Doni sembari menikmati roti bakarnya.

"Emang kenapa? Gue akan terus bikin perhitungan sama dia sampe dia nyerah dan angkat kaki dari Kampus kita!" Ucap Rico yang bertolak belakang dengan suara hatinya.

Jujur bukan kepergian Vina dari Kampus itu yang ia mau, ia menggangu Vina karna ia suka saat melihat wajah Vina yang kesal setiap kali ia berhasil mengerjainya.
Apalagi melihat gaya Vina yang tengah marah seperti kemarin, itu merupakan sebuah hiburan tersendiri baginya.
Tanpa Rico sadari senyum manis tersungging di bibirnya ketika ia mengingat bagaimana lucunya Vina bila sedang marah.

Semua gerak- gerik aneh Rico tak luput dari penglihatan Doni.
Doni sendiri sempat heran karna tak biasanya bahkan dari kecil ia mengenal Rico belum pernah ia menemukan sosok Rico yang seperti ini.

"Alaah Ric, udahlah mau sampai kapan kalian kayak gini? Bales- balesan gk ada habisnya, inget Ric dia itu cewek!"

"Iya cewek, cewek jadi- jadian lebih tepatnya!" Jawab Rico dengan songongnya.

"Pokoknya gue gk akan ngebiarin lo ngusir Vina dari Kampus kita!" Ucap Doni penuh penekanan yang membuat Rico langsung berhenti dari aktivitas sarapannya.

"Udah ini jelas banget Doni emang beneran suka sama cewek stres itu!" Batinnya dan anehnya Rico merasakan sesak di dadanya mendengar ucapan Doni yang selalu membela Vina.

"Lo beneran suka ya sama cewek pindahan itu?" Tanya Rico akhirnya karna ia ingin mendengar pengakuan dari Doni langsung.

"Suka? Iya sepertinya gue emang suka sama dia, dari pertama gue liat dia mata gue langsung gk bisa perpaling mungkin gue udah mulai jatuh cinta sama cewek baru itu!" Ucap Doni dengan rona bahagia di wajahnya.

Mendengar pernyataan Doni, Rico merasa seperti ada sebuah benda berat menghantam dadanya.
Rasa sesak itu kembali menjalar dalam dirinya.
Rico semakin di buat bingung dengan perasaannya sendiri, kenapa ia begitu tidak suka saat mengetahui bahwa Doni menyukai Vina?

"Gk tau lah, biar semua mengalir apa adanya dulu karna kalau gue liat dia adalah tipe cewek yang gk suka kalau terlalu di kejar- kejar! Tapi gue serius pengen deketin dia, kemarin pas gue nganterin dia pulang gue ngerasa nyaman banget berada di deket dia bawaannya jadi pengen deket terus!" Imbuhnya dengan senyum bahagia.
"Mereka asik kok gk ngeselin seperti yang lo bayangin, karna lo belum kenal dekat aja sama mereka kalau udah kenal gue jamin lo pasti juga bakalan suka sama mereka, pokoknya lo harus damai sama Vina biar misi gue lancar, ya?" Pinta Doni lagi penuh harap.

"Enak aja damai, misi lo ya misi lo, gue punya misi sendiri! Udah ah gue duluan!" Jawab Rico sembari beranjak dari meja makan dan meninggalkan Doni yang berteriak karna merasa tidak terima Rico meninggalkannya begitu saja.

***
Vina dan Sintya keluar dari rumahnya untuk berangkat ke Kampus, Sintya menatap barang bawa'an Vina dengan curiga.

"Itu apaan sih yang lo bawa?"

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang