Sebuah Janji

166 13 0
                                    

Rico dan Vina masih terkunci dalam ruang perpustakaan kampusnya.
Setelah bercerita tentang masa lalu masing-masing, kini mereka mencoba menjalin hubungan baru sebagai teman.

"Haus gue!" keluh Rico sembari bangkit dari duduknya dan mencari botol air minum di dalam tasnya.

"Sial pake lupa lagi gk beli air minum tadi!" kesalnya setelah tak menemukan apa yang ia cari.

Vina pun bangkit dan mengambil kantong belanjaan yang Sintya titipkan padanya.

"Wah, ada hikmahnya juga gue nolongin orang, lihat!" ucap Vina sembari memperlihatkan kantong belanjaan yang penuh dengan makanan dan minuman.

Vina pun membagi satu botol air minum untuk Rico.

"Hari ini kita gk terlalu sial, kalau misal kita ke kurung sampai pagi seenggaknya kita gk akan mati kelaparan!"

"Hah? Sampai pagi? Lo gila ya, gk ah gue gk mau pokoknya kita harus bisa keluar dari sini secepatnya!" ucap Vina yang mulai panik.

"Dih, emang lo pikir gue mau terkurung di sini sampai pagi? Sama lo lagi!" ucap Rico kesal.

"Ya makanya lo pikirin cara dong biar kita bisa keluar dari sini, lo kan yang punya kampus tunjukin kuasa lo kayak biasanya!" Sindir Vina.

"Untuk saat ini kuasa gue gk berlaku!" ucap Rico sembari menghembuskan nafas lelah.
"Bentar gue coba telpon Doni!"imbuhnya sembari merogoh ponsel di saku celananya.
"Haiis, pake gk aktif lagi kebiasaan kalau lagi pacaran gk mau di ganggu! Coba lo telpon Sintya sepertinya dia masih sama Doni!"

Vina pun mencoba menghubungi Sintya namun ketika ia sedang mencari kontak Sintya tiba-tiba Ponselnya padam karna kehabisan baterai.
Vina pun cuma bisa nyengir kuda di hadapan Rico.

Rico memutar bola matanya malas, ia memberikan ponselnya supaya Vina bisa menghubungi Sintya.

"Ck, kebiasaan ni bocah, ini gue ogeb!" ucap Vina sembari memaki ponsel Rico yang berada di tangannya.

"Kenapa, gk diangkat?"

"Hmm, Sintya emang paling males ngangkat telpon dari nomer baru, dia mikirnya itu paling cuma orang iseng yang ngajakin kenalan!"

"Ya udahlah mau gimana lagi terpaksa nunggu Doni ngaktifin hpnya lagi, semoga aja dia gk lupa!" ucap Rico yang akhirnya pasrah.

Tiba-tiba suara petir menggelegar ke seluruh ruangan,
Vina yang terkejut langsung memeluk lengan Rico erat membuat Rico kaget hingga tak bisa mengontrol detak jantungnya.
Vina menyentuhnya dan itu membuat jantungnya berdetak keras dan lebih cepat dari biasanya.

"Lo takut petir?" tanya Rico yang cuma di balas anggukan oleh Vina yang terlihat sangat ketakutan.

Vina reflek melepas pelukannya di lengan Rico.
"Sorry gk sengaja!"

"Gk papa, ternyata lo punya kelemahan juga ya!" ucap Rico sembari cengengesan.

"Huff, andaikan gue di kasih kesempatan buat milih gue mending di kurungnya sama cowok yang ngefans sama gue, seenggaknya mereka bakal nenangin gue di saat seperti ini bukannya malah ngeledekin!" sindir Vina sembari melirik ke arah Rico.

"Harusnya lo bersyukur karna lo terkurungnya sama gue kalau sama cowok lain gue gk yakin keadaan lo bakalan tetap utuh, habis lo di grepe- grepe sama fans lo itu!" kesal Rico.

Vina baru menyadari ucapan Rico memang ada benarnya, andai ia terkurung bersama cowok brengsek di sini pasti riwayatnya sudah tamat saat ini.

Vina pun tersenyum karna seburuk apapun kondisinya sekarang setidaknya ada Rico di sini yang menemani sekaligus menjaganya.

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang