Hanya ingin Bersamamu

110 6 0
                                    

Dua minggu berlalu

Apa yang di takutkan Rico memang benar terjadi.
Semenjak malam itu sikap Vina berubah drastis padanya.
Vina memang masih menyapanya setiap kali bertemu, namun hanya sebatas itu tak ada lagi canda tawa apalagi menghabiskan waktu berdua seperti sebelumnya.

Vina seolah membangun sebuah dinding kokoh sebagai pembatas dengan dirinya.
Rico sendiri hanya bisa pasrah menerima semua itu karna ia tak mau membuat Vina merasa tertekan bila bersamanya.

Setiap harinya Rico hanya bisa memandangi Vina dari jauh, tak ada lagi kata yang dapat menggambarkan kesedihannya karna ia harus kehilangan Vina lagi.

Doni dan Sintya pun merasa bersalah melihat hubungan keduanya yang kembali renggang, andai keduanya tak membocorkan perasaan Rico pada Vina pasti keduanya masih bisa bersama saat ini.

Vina sendiri tak jauh beda dengan Rico, dalam diam ia pun sering mengamati Rico dari jauh, kesedihan jelas terpancar di wajahnya.
Merasa kehilangan Rico? Itu sudah pasti.
Dulu setiap harinya Rico selalu mempunyai cara untuk membuatnya tersenyum.
Ia selalu ada untuk membantunya menyelesaikan masalah, menjaganya, menemani nya, intinya Rico selalu ada waktu untuknya.
Sekarang semua itu hanya tinggal kenangan baginya, kenangan indah yang mungkin tak akan pernah terulang lagi.

"Vin udahlah, mau sampai kapan lo nyiksa diri lo sendiri? Kalau lo emang suka sama Rico terima dia, apa sih kurangnya Rico di mata lo?"

"Rico nyaris sempurna di mata gue, dia begitu tulus sama gue dan itu juga yang bikin gue takut kalau sampai melukai perasaan dia!"

"Trus lo pikir dengan lo ngejauh dari dia itu gk nyakitin perasaan dia gitu?"

"Entahlah Sin, gue bingung harus bersikap gimana sama Rico!"

"Ya Allah Vin, bingung kenapa lagi? Lo masih gk yakin dengan perasaan lo ke Rico?"

Vina pun hanya mengangguk lemah menanggapi pertanyaan Sintya.

"Sekarang gue tanya, apakah lo bahagia ketika bersama Rico dan apakah sekarang lo merasa kehilangan karna Rico gk ada di samping lo lagi?"

Vina memalingkan wajahnya ke arah Sintya karna ucapan sahabatnya itu memang yang ia rasakan saat ini.

"Sepertinya dugaan gue bener, lo merasa ada sesuatu yang hilang dari hidup lo saat Rico gk lagi di samping lo!" ucap Sintya dengan tatapan mengintimidasi ke arah Vina.
"Apa itu masih belum cukup buat jadi bukti kalau lo juga punya perasaan yang sama pada Rico? Lo cinta sama Rico, akui itu dan raih kebahagiaan lo Vin!"

Vina menggeleng menanggapi ucapan Sintya.
"Itu semua masih belum cukup buat ngeyakinin gue kalau apa yang gue rasain ke Rico itu Cinta, gimana kalau itu semua cuma rasa nyaman sesaat? Gimana kalau ternyata gue cuma jadiin Rico pelarian karna gue kehilangan cinta pertama gue? Gue gk mau nyakitin Rico lebih dalam lagi Sin, lo tau apa yang di katakan Rico ke gue malam itu?" tanya Vina sembari memalingkan wajahnya yang sudah basah karna air matanya ke arah Sintya.
"Dia bilang, dia cuma mau bersama gue dan gk akan maksa gue buat membalas cintanya! Dia juga bilang bila nanti gue nemuin seseorang yang gue cintai dia akan pergi dengan sendirinya dari hidup gue dan merelakan gue bahagia bersama orang lain!"

Tangis Vina pun pecah setelah ia menceritakan pada sintya ucapan Rico yang entah kenapa begitu sakit ia rasakan saat mengingat semua ucapan itu.

"Bagaimana mungkin gue terus bersama Rico di saat dia begitu tulus mencintai gue sedangkan gue masih belum yakin apakah gue juga tulus atau cuma manfaatin dia doang?" imbuhnya di sela isak tangisnya yang belum juga reda.

"Gue paham posisi lo dan gue hargai keputusan lo karna niat lo juga baik! Lo gk mau mainin perasaan Rico yang udah baik sama lo, tapi menurut gue keputusan lo ngejauh dari Rico itu gk sepenuhnya bener karna bukan itu yang Rico mau dan lo juga tau itu kan?"

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang