Keputusan terberat

97 4 0
                                    

Vina menjerit histeris memanggil nama Rico saat melihat kondisi mobil Rico yang sudah hangus terbakar.
Doni dan Sintya yang berada di sampingnya tak mampu lagi menenangkannya karna mereka juga syok sekaligus cemas dengan keselamatan Rico.

"Bagaimana kondisi korban, apa dia selamat?" Tanya Doni cemas kepada salah satu Polisi yang bertugas.

"Kami masih belum menemukannya, waktu kami cek mobil itu kosong!"

Mendengar jawaban dari salah satu Polisi itu, Vina pun dengan cepat menghapus air matanya dan kembali semangat.
"Itu artinya ada kemungkinan Rico selamat, dia pasti berhasil keluar dari mobil sebelum mobil itu meledak!" Ucapnya dengan antusias.

"Semoga saja karna saat ini kami juga tengah menyisir area sekitar buat mencari keberadaan korban!" Imbuh salah satu Polisi.

"Saya akan bantu mencari korban, dia harus secepatnya di temukan!" Ucap Vina lagi dan ingin bergegas namun di tahan oleh Doni dan Sintya.

"Tempat ini terlalu berbahaya jadi sebaiknya anda sabar menunggu dan menyerahkan pencarian korban kepada kami!"

"Maaf, tapi saya tidak bisa menunggu lagi!" Ucap Vina dan langsung berlari menerobos kegelapan untuk mencari Rico.

Vina terus memanggil nama Rico dengan suara bergetar menahan tangis.

Di sisi lain Rico yang setengah sadar masih bisa mendengar suara Vina yang memanggilnya.
Dengan badan penuh luka dan berlumur darah ia pun berusaha untuk bangkit dengan menggapai apapun yang ada di sekelilingnya sebagai tumpuan untuknya agar bisa berdiri.

Bersamaan dengan itu Vina yang berada tak jauh dari Rico terus menyorotkan lampu senternya ke segala arah hingga akhirnya cahaya itu menangkap wajah Rico yang sudah berlumuran darah.

Vina menjerit histeris memanggil nama Rico dan langsung berlari menghampiri tubuh Rico yang kembali ambruk karna tak mampu lagi bertahan.

Dengan susah payah Vina menopang tubuh Rico yang nyaris tak sadarkan diri.

Vina menangis sembari mengusap wajah Rico.

"Sa-yang," Panggil Rico dengan terbata menahan sakit." Ma-af kar-na ak-u gk ha-ti- hati!" Imbuhnya yang membuat Vina semakin menangis histeris.

"Aku gk akan pernah maafin kamu kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk sama kamu! Kamu udah janji akan jaga diri kamu baik-baik, lalu ini apa?" Ucap Vina di sela isak tangisnya.

Rico mengangkat tangannya seolah ingin menghapus air mata Vina.
Vina pun menyadari dan langsung meraih tangan Rico kemudian ia tempelkan di pipinya.

"Sa-yang,"
Rico menjeda ucapannya sembari memejamkan mata seolah menahan sakit.
"An-dai ter-jadi se-suatu- yang- buruk-sa-ma- aku,"
Vina menggeleng cepat menanggapi ucapan Rico.
"Aku- mo-hon jang-an ter-lalu la-ma ber-sedih, lupa-in ak-u dan ang-gap aku se- bagai mim-pi in-dah-mu!"

"Gk! Kamu gk boleh ngomong gitu! Kamu harus kuat, kamu harus bertahan demi aku! Kamu udah janji akan selalu ada di samping aku, kamu gk boleh pergi, aku harus gimana kalau kamu gk ada?" Ucap Vina yang semakin menangis mendengar ucapan Rico.

"Aku jan-ji akan ber-juang de-mi ka-mu ta-pi kalau ak-u ga-gal,"
Rico menarik nafas dan kembali memejamkan mata seolah dengan itu bisa meredam rasa sakitnya.
"Aku ing-in ka-mu tau ka-lau cin-ta-ku akan te-tap hi-dup buat ka-mu! aku men-cin-taimu,"
Rico tak sadarkan diri seusai mengungkapkan perasaannya.
Vina pun menjerit memanggil nama Rico sembari memeluk tubuhnya erat.

***

Di Rumah sakit

Doni dan Sintya tengah gelisah menunggu di depan ruang Operasi di mana para Dokter tengah berusaha menyelamatkan nyawa Rico.

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang