Ketulusan Rendra

110 8 0
                                    

Satu minggu lebih Rico dan Vina tidak saling berkomunikasi.

Rico pun mengabaikan permintaan Sintya untuk berbaikan dengan Vina.

Sedangkan Vina juga tak memperdulikan Sintya yang terus memaksanya bercerita tentang masalah yang ia hadapi.

Ia hanya mengatakan apa yang seperti Rico ceritakan pada Sintya.
Membuat Sintya tidak puas dengan jawaban Vina dan terus memaksa Vina untuk jujur supaya ia bisa membantu menyelesaikan masalah sahabatnya itu.

***

Malam itu Rico yang tengah bosan berada di rumah memutuskan untuk keluar sekedar untuk mencari angin.

Ia baru saja keluar dari sebuah Mini market dan ingin kembali ke mobilnya.
Tiba-tiba matanya melihat Vina dan Rendra yang juga baru keluar dari sebuah cafe yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Rico berdecak kesal sembari menghela nafas malas.
"Huf, kenapa gue ngerasa Jakarta begitu sempit akhir-akhir ini ya? Gk cukup di kampus di luar pun gue juga harus melihat mereka! Kenapa setiap kaki gue melangkah selalu aja ada mereka sih, bikin panas aja!" gumamnya kesal.

Rico pun masuk ke mobilnya, ia ingin secepatnya meninggalkan tempat itu dan menjauh dari dua manusia yang selalu bisa membuat suasana hatinya memburuk.

Akan tetapi suara hatinya melarangnya dan menyuruhnya untuk mengikuti mobil Rendra yang membawa Vina pergi.

Rico pun mendengus kesal, ia merutuki hatinya yang begitu keras kepala sampai mengalahkan egonya sendiri.

Rico akhirnya pasrah dan menuruti suara hatinya.
Ia membuntuti mobil Rendra dengan menjaga jarak supaya tidak ketahuan.

"Begonya lo Ric, masih aja peduli sama dia! Dia aja gk peduli sama lo, ah emang dasar bego!" gumamnya sembari menyetir dan memukul kepalanya sendiri karna geram.

Rico terus membuntuti mobil Rendra dan mulai curiga karna mobil Rendra melintas di jalanan yang sepi dan itu bukan jalan yang menuju rumah Vina.

"Wah, gk beres nih! Ngapain juga lewat sini, mana sepi lagi jalannya!" ucapnya sembari melihat sekelilingnya yang sepi.

Rico semakin curiga melihat Rendra memakirkan mobilnya di pinggiran jalan yang sepi itu.

"Lah, kok berhenti? Mau ngapain mereka berhenti di sini? Apa jangan-jangan mereka mau- "
Rico tak melanjutkan ucapannya ia pun menggeleng cepat untuk mengusir pemikiran buruknya.
"Gk, Vina bukan cewek yang seperti itu, gue yakin pasti cowok brengsek itu yang punya niat jahat sama Vina! Liat aja, sampai lo berani nyentuh Vina, gue habisin lo!" ucapnya geram sembari mencengkram stir mobilnya.

Di dalam mobil Vina yang sedari tadi protes karna Rendra bukannya mengantarnya pulang tapi malah membawanya semakin jauh dari rumah semakin kesal karna Rendra menghentikan mobilnya di jalanan yang sepi.

"Kenapa malah berhenti di sini? Lo sebenarnya kenapa sih Ren, gue ngerasa sikap lo aneh banget hari ini?"

Rendra hanya diam merespon ucapan Vina membuat Vina semakin kesal.

Vina pun melepas self beltnya
"Udahlah gue naik taksi aja!" ucapnya dan ingin membuka pintu mobil namun tangannya di cekal oleh Rendra.

Vina pun buru-buru melepas tangan Rendra dari tangannya, jujur ia sudah mulai was-was saat ini.

"Vin, gue pengen ngomong sesuatu sama lo!" ucap Rendra serius dan kembali menunduk lalu terdiam.

"Kenapa, lo ada masalah? Cerita sama gue! gue juga pendengar yang baik sama kayak lo!" ucap Vina sembari tersenyum.

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang