Perang di mulai

229 19 3
                                    

Hari ketiga Vina berada di Kampusnya yang baru.

Rico tidak menyianyiakan kesempatan untuk mengerjai Vina habis- habisan.
Di mulai dari Rico yang menyuruh orang menempelkan kertas di punggung Vina tanpa sepengetahuan gadis itu yang sukses membuat Vina benar-benar malu karna kertas yang di tempel di punggungnya bertuliskan kalau dia adalah cewek gila.

Vina tau itu adalah perbuatan Rico dan dia berencana untuk membalas Rico hari itu juga.

Vina mulai menyusun rencana, ia baru saja selesai menaruh lem super di kursi Kantin tempat biasa Rico nongkrong bersama genk'nya.
Sembari menunggu targetnya keluar, ia pun menunggu di sisi lain Kantin yang tak terlihat oleh pengunjung yang baru datang.
Sesuai perkiraannya, Rico datang dan langsung menuju meja yang salah satu kursinya sudah di berinya lem.
Untuk memastikan dirinya tak salah korban, Vina pun menghampiri Rico sebelum Rico sampai ke mejanya.

Rico menyadari kehadiran Vina dan langsung memasang wajah songongnya.

"Lo yang udah bikin gue di permalukan di depan umum tadi pagi, apa dugaan gue benar? Lo tau cara yang lo pake itu SANGAT MURAHAN, NORAK DAN PENGECUT!"

Rico tersenyum menang karna ia merasa rencananya berhasil untuk mengerjai Vina.

"Kalau iya emang kenapa? Lo gk terima? Atau mau balas dendam?" Tanya Rico dengan santainya sembari menarik kursi untuk ia duduki.

Vina sadar kalau Rico menarik kursi yang salah, dengan cekatan ia pun menarik kursi yang akan di duduki Rico.

Rico yang sudah bersiap duduk kembali berdiri dan menatap Vina dengan tatapan meremehkan sekaligus kesal.

"Gue gk terima? Itu jelas! Gue mau balas dendam? Itu juga udah jelas dan pasti! Cuma cara kita beda, kalau lo ngerjain gue pake tangan orang lain gue bakalan balas lo pake tangan gue sendiri dan dengan cara terang- terangan, bukan dengan cara kotor seperti yang lo lakuin ke gue tadi pagi!" Ucap Vina lengkap dengan tatapan lasernya.

Rico kembali menarik kursi di sampingnya dan itu kursi yang tepat yang sudah Vina siapkan khusus buat Rico.

Vina tersenyum menang karna melihat mangsanya yang hampir masuk ke dalam perangkapnya.

"Emang lo bisa apa?" Tanya Rico dengan senyum meremehkan.

Tanpa curiga Rico pun langsung duduk di kursi dan-,

"Kleep"

Senyum di bibir Rico yang tadinya terlihat meremehkan dan begitu sombongnya berubah seketika menjadi senyum hambar dan getir karna ia sadar dirinya telah masuk ke dalam perangkap cewek yang ada di depannya kini.

Vina hampir saja melonjak kegirangan saat ia tau Rico telah sukses masuk ke dalam perangkapnya.

Dengan senyum kemenangan Vina pun duduk di samping Rico dengan tangan di atas meja yang menopang kepalanya.
Vina menatap Rico dengan senyum yang terkesan mengejek namun malah terlihat sangat manis di mata Rico.
Beberapa detik Rico pun lupa kalau cewek di depannya ini yang telah membuatnya tak bisa beranjak dari kursi karna celana jins yang ia kenakan saat ini telah melekat sempurna dengan kursi yang ia duduki.

"Hehe, gue udah bilang kan gue bakalan balas lo!" Ucap Vina dengan senyum manisnya.
"Lain kali hati- hati ya kalau mau duduk, untung gue masih baik karna cuma lem yang gue taruh di kursi itu bukannya paku atau benda tajam lainnya, coba bayangin kalau sampai paku yang nancap di kursi itu, euh!"
Vina mendekatkan wajahnya ke arah Rico dan berbisik.
"Pasti pantat lo bakalan bernasib tragis!" Bisiknya lengkap dengan seringaiannya.

Rico mendelik tak percaya dengan apa yang ia dengar, berani- beraninya cewek di depannya ini berbicara sevulgar itu.
"Emang dasar cewek stres!" Batinnya geram.

True loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang