Part 1

16.1K 403 18
                                    

Keramaian terlihat jelas di sekolah menengah atas, tepatnya di salah satu kota yang sangat padat dan ramai akan penduduk nya.

SMA MARTIA NUSA. Sebuah tulisan terpampang jelas di plang depan sekolah.

Seperti SMA pada umumnya, SMA MARTIA NUSA baru saja menerima beberapa siswa dan siswi yang baru saja lulus dari SMPnya. Dan sekarang, sedang diadakannya Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau lebih sering disebut mpls.

Seorang gadis tengah tergesa-gesa, sembari mengeluarkan uang dari sakunya.

"Nih pak, kembaliannya ambil aja," Gadis itu melangkah dengan kecepatan penuh, karena mengetahui dirinya sudah telat 15 menit di hari pertama masuk sekolahnya.

Pengemudi motor itu menatap punggung gadis itu, lalu beralih menatap uang yang sudah bertengger di tangannya.

"Gimana mau kembali neng, ini aja duitnya kurang. Dasar jaman now!"

Pengemudi motor itu memasukan uang itu ke dalam sakunya, dan pergi dari halaman sekolah.

🍁🍁🍁

Gadis itu terus berlari, hingga dirinya menemukan kertas yang di tempel di depan pintu. Kertas itu bertuliskan
X.5, kelas untuk masa pengenalan lingkungan sekolah berlangsung.

Di bukalah pintu kelas olehnya.

"Permisi," Ucap gadis itu pelan, namun masih terdengar oleh semua orang di dalam kelas itu.

Semua mata tertuju pada gadis yang bernama lengkap Kesya Athaleta Almeera, Kesya yang merasa ditatap hanya mampu terdiam dan tidak berpindah tempat kemana pun, dia masih setia berdiri di ambang pintu.

"Kamu siswi disini?."

Suara itu berhasil memecahkan keheningan yang sedari tadi menyelimuti ruangan ini.

"I..Iya kak," jawab Kesya seadanya.

"Kamu tau gak, sekarang jam berapa?" Tanya gadis itu, yang notabennya adalah seorang kakak kelas, dan menjabat sebagai OSIS, karena terlihat dari almamater yang ia kenakan.

Kesya mengangkat tangannya, dan menatap jam yang melingkar ditangannya. "Jj...jam 7 kak"

"Lewat?"

"15 menit kak."

Gadis itu mengangguk, sembari menatap Kesya.

"Kamu tau kan, sekolah ini masuk jam 7."

"I...Iya kak saya tau."

"Berarti kamu telat dong?" Tanya gadis itu, yang semakin menyudutkan Kesya.

Kesya memberanikan diri, menatap kakak kelas itu. Dirinya sempat melihat nametag yang terpampang jelas di seragam kakak kelasnya. Lala Valencia.

"Maaf kak, saya tau, saya telat. Tapi saya janji kak, tidak akan mengulangi nya lagi kak." 

"Terus menurut kamu, saya bakalan kasih kamu kebebasan gitu?." Gadis yang lebih akrab di sapa Lala, mendekat ke arah Kesya. "Gak akan, setiap anak baru yang telat di hari pertama nya sekolah, akan mendapat hukuman." Lanjutnya.

Kesya hanya mampu pasrah, dengan kejutan di hari pertama nya masuk sekolah.

"Jadi kamu har-"

Ucapan Lala terhenti, karena ada seorang pria yang tiba-tiba masuk ke kelas. Pria itu memakai almamater sama dengan Lala, dan sudah di pastikan dia adalah seorang OSIS.

Kesya merasa dirinya berdiri menghalangi pintu masuk, alhasil dia menggeser tubuhnya ke sebelah kiri, agar seseorang lebih leluasa untuk masuk.

"Ada apaan sih?" Ucap dingin pria yang baru saja masuk.

"Itu gan, ada anak baru telat." Lala mengadu kepada pria yang baru saja masuk, sambil menatap Kesya seperti tatapan meremehkan.

Fagan Ahza Pratama, termasuk cowok most wanted di MARTIA NUSA, menjabat sebagai ketua OSIS, dia sangat peduli kepada sesama. namun, sifat kepedulian itu tertutup semua dengan sifat dinginnya.

"Kamu telat?" Wajahnya tetap sama seperti awal mula datang, datar dan tidak berekspresi sama sekali, itulah fagan.

"Iya kak."

Fagan melihat ke sekeliling nya, dia melihat ada kursi kosong yang sepertinya belum ada penghuninya.

"Duduk." Suruh Fagan.

"Hah?!" Kesya mendongakkan kepalanya, dirinya terkejut mendengar kalimat yang Fagan ucapkan.

"Sebelum saya berubah pikiran."

Kesya mengangguk cepat, langsung berjalan ke arah kursi yang masih kosong.

Fagan berjalan melewati Lala, lala masih tidak percaya dengan tingkah laku Fagan. Bisa-bisanya dia membebaskan, siswi baru yang datang terlambat begitu saja.

Lala berjalan mendekati Fagan yang sudah duduk. "Kok Lo bebasin gitu aja sih?"

Fagan mendongak, wajah nya masih tidak berekspresi. "Ngurangin kerjaan."

Lala mengkerutkan keningnya. "Apa sih maksud Lo?"

"Gak usah ngerti, otak Lo gak nyampe."

Fagan beranjak dari duduknya, dan berbalik ke arah Lala sebelum dirinya pergi meninggalkan kelas ini.

"Gue nitip mereka semua, nanti Abi kesini nemenin Lo."

🍁🍁🍁

Kringggggg kringggggg

"Oke, adek-adek berhubung bel pulang sudah berbunyi. Kalian boleh pulang, dan jangan lupa sama barang-barang yang kakak suruh bawa besok. "

"Iya kakkkkkkkkk"

Jawab mereka serempak.

"Bagus, oke kalian boleh pulang."

Semua siswa berhamburan keluar, hanya Kesya yang masih setia duduk di kursinya. Dia menunggu, hingga semua anak keluar, disitulah Kesya baru keluar kelas.

Kesya mencolokkan earphone ke ponselnya, memasangkan earphone nya di telinga sebelah kanannya.

Dirinya sengaja, hanya memakai sebelah telinganya. Karena jika ada yang mengajaknya berbicara, dirinya masih bisa mendengar dan nyambung tentang topik pembicaraan nya.

"Kamu gak pulang?"

Kesya menoleh ke sumber suara, benar saja di depan kelas masih ada Fagan sang ketua OSIS.

"Nan...Nanti kak."

Fagan berdiri dari duduknya. "Besok jangan bawa handphone ke sekolah."

Kesya tidak berani menjawab, dia hanya mengangguk dan menatap punggung Fagan yang lama kelamaan hilang karena terhalang oleh pintu.

"Gila tuh kakak kelas, jutek banget tapi ganteng hehe. Gue lagi ngomong sama orang, apa sama balok es batu sih tadi?"

Kesya menggeleng lalu beranjak dari duduknya.

Cinta pertama memang indah. Namun, jika kita salah mengartikan sebuah perasaan cinta, hati yang akan bermasalah.


To Be Continued...

Aurora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang