“Dia online, tapi nggak balas pesan saya.”
Lalu kenapa?
Kamu mungkin lupa, orang yang kamu sebut pacarmu itu—si dia yang bikin kamu jatuh cinta, punya banyaaakk sekali peran.
Dia anak ibunya, teman buat teman-temannya, penonton lawakan bapaknya, tukang nyicipin masakan neneknya, partner main catur kakeknya, tukang bikin ribut di grup chat keluarga, ketua kelompok di kelasnya, dsb, dsb.Bisa saja dia online dan memang bukan buat kamu.
Bisa saja dia sedang ada keperluan membuat tugas atau pekerjaan yang harus diurusi saat itu.Biarlah, hidupnya memang bukan melulu kamu.
“Kalau dia chatnya dalam rangka pendekatan dengan orang lain gimana? Buat saya nggak ada waktu, buat orang baru siap sedia selalu.”
Lalu kenapa?
Pacaran itu pilihan, kesepakatan. Kemudian yang sering salah persepsi adalah:
Memberi kabar itu hak, bukan kewajiban.Dia sudah susah-sudah terikat dengan kamu. Sudah mau pacaran. Mengurangi ego supaya bisa bersama dengan orang lain. Lantas, memberi kabar adalah hak yang dia dapat. Dia berhak merecoki kamu dengan semua ceritanya hari ini, dia berhak bercerita tentang mimpinya semalam, atau tentang temannya tadi yang salah seragam.
Ketika dia tidak memberimu kabar, bukan kamu yang rugi. Dia yang rugi sebab tidak menggunakan haknya. Berhenti berpikir kalau memberi kabar adalah suatu kewajiban, maka nanti kebahagiaanmu dalam berhubungan tidak tergantung pada si dia.
Berusaha untuk percaya. Masa sih, seseorang yang kamu sebut belahan jiwamu itu tidak kamu percaya?
Kecewa dan dibohongi itu resiko hidup. Dan kalau pun suatu saat kamu diselingkuhi, itu bukan karena kamu terlalu percaya.
Tidak ada namanya diselingkuhi karena terlalu percaya, kamu diselingkuhi karena dianya yang brengsek saja.Sependek pengalaman saya, ada dua alasan umum mengapa orang mau berpacaran:
1. Ingin menjalin hubungan penjajakan serius sebelum mantap ke jenjang pernikahan.
2. Ingin senang-senang.Kalau kamu ada dalam hubungan dengan tujuan pertama. Lalu kamu atau pasanganmu jadi ogah-ogahan dalam berpacaran. Lebih sering sengaja menghilang. Semakin asing, bukannya semakin kenal. Kamu dan dia harus mulai mengevalusi lagi hubungan seperti apa yang sedang kalian jalani.
Apa betul sedang serius saling menjajaki untuk menuju pernikahan?Kalau kamu ada dalam hubungan dengan tujuan kedua. Lalu kamu dan pasanganmu lebih sering sedih daripada senangnya. Lebih sering bertengkar daripada akurnya. Kalian harus mengevaluasi lagi hubungan seperti apa yang sedang kalian jalani.
Apa betul sedang dalam hubungan yang membuat kalian senang?Ketika nanti hubunganmu ternyata tidak sesuai rencana semula, kamu punya opsi memperbaiki atau menyudahi.
Duduk lah berdua, berdiskusi saling membantu mencari solusi.***
Namun dalam pandangan saya pribadi, kalau si dia tidak mau berdiskusi atau malah memberi sikap “kalau-kamu-bertahan-aku-juga-bertahan” udah toyor aja kepalanya.Hubungan seperti itu tidak akan ke mana-mana. Sikap-sikap seperti itu yang makin menenggelamkan di saat pihak lain susah payah menggapai-gapai permukaan.
Terlebih mereka yang keukeuh jadi penumpang, ikut apa katamu, konsekuensi dan resiko ditanggung kamu.
Kalau kamu memilih bertahan, ya dia juga belum tentu berubah.
Kalau kamu memilih memutuskan hubungan, langsung deh dia bertingkah jadi korban.
Jorog-in aja eta ke empang. Bikin kzl.—9996
#9996Series
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Semesta
PoetrySetiap moment yang kupikir Bisa didokumentasi oleh seisi langit Namun akhirnya tidak ada seorang, sesuatu Yang mampu menuliskan cerita kita dengan benar Bahkan aku sekalipun Nyatanya semuanya terasa salah dimatamu. -888