9996

28 1 0
                                    

Aku dan dia sedang duduk bersebelahan berdua. Pandangan kami lurus ke arah yang sama. Kami tidak saling memeluk atau berpegangan tangan, tidak larut dalam perbincangan. Kami hanya duduk diam berdua bersebelahan.

Saat itu, kami adalah sunyi.

Saat itu, kami adalah daun menguning di ujung dahan yang sedang menanti angin untuk gugur berjatuhan. Saat itu, kami adalah matahari yang hampir tenggelam dan mengucap perpisahan.

“Menurutku, kau tak perlu pergi.”

Aku memecah keheningan dengan berbicara demikian, tanpa menoleh, tanpa melihat seseorang yang sudah aku ketahui tak mungkin aku capai.

Dia tidak berkata apa-apa. Kami hanya menghitung selisih napas kami yang tersisa. Tak pernah ada ikatan, dan kami tak pantas dapat perayaan perpisahan.

“Kau tak perlu pergi.”

Ucapku lagi. Sungguh. Maksudku, bila yang dia cari adalah perubahan dan proses pendewasaan, sungguh dia tak perlu pergi. Dia bisa berubah di sisiku, dia bisa belajar banyak hal baru dan tumbuh menggebu-gebu di sisiku, asal di sisiku.

Aku frustasi. Aku mengerti bila dalam hidup ada hal-hal yang tidak bisa dihindari, aku mengerti bila akan sampai pada momen ini, tetapi tetap saja aku tidak akan pernah siap menghadapi tak peduli sudah berapa lama mempersiapkan hati.

“Katakan padaku bahwa kau tak akan pergi.”

Lantas sunyi. Lantas hanya tangisku yang kutahan agar tak berbunyi. Lantas hanya aku yang duduk diam di sini sebab pada akhirnya dia tetap pergi.

—9996
#9996Series

Aksara SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang