Aku sedang membersihkan laci-laci meja belajar kamar yang tidak terpakai karna terlalu lama ditinggal dan memilih hidup di kontrakan demi urusan perkuliahan.
lalu Aku menemukan lembaran foto lama yang sudah sedikit buram, termakan waktu.
Disana terlihat sahabat lamaku,dia remaja yang kuat, lelaki yang tak pernah menangis walau di putusi kekasih.Siang itu di sekolah dia tiba-tiba pergi keruang kesehatan beralasan sedang tidak enak badan, berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja, kupikir dia berkata mengenai ulangan yang akan berlangsung tanpa dirinya di kelas sebagai sumber jawaban.
Aku mengiyakan, lalu pergi ke kelas dengan pengumuman yang pasti mengejutkan teman-teman,aku membayang ia yang pasti tertawa terbahak melihat hasil yang akan diumumkan minggu depan.
Dua jam berlalu aku memilih medatangi ingin bertanya apakah sudah ingin kembali.Namun, yang kutemu hanya seonggok badan yang membeku biru, tanpa jiwa, tanpa tawa.
Aku berlari berteriak pada seluruh ruang bahkan bila bisa pada seluruh semesta yang ada bahwa karib kita telah tiada hilang di dunia.
Melihatnya yang di anggung dengan tandu, lalu dibawa pergi dengan gagu. Setelahnya ku tatap ruang kesehatan yang menjadi saksi bisu hilangnya satu nyawa tanpa tau kenapa.Dari sanalah aku tidak ingin masuk, bahkan melihat ruang kesehatan manapun. Karena Mereka membuka kembali luka dihati mengenai hilangnya sahabat sejati.
-888
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Semesta
PoetrySetiap moment yang kupikir Bisa didokumentasi oleh seisi langit Namun akhirnya tidak ada seorang, sesuatu Yang mampu menuliskan cerita kita dengan benar Bahkan aku sekalipun Nyatanya semuanya terasa salah dimatamu. -888