Apinja Anastasia

44 3 0
                                    

Tatapanmu semalam perih. Aku kenal sekali tatap itu. Tatap di mana ketika seseorang akhirnya menyadari bahwa perasaan pujaan hatinya sudah tidak sama lagi. Satu hal yang kamu tidak tahu, itu adalah tatapanku juga ketika kamu dengan mudahnya sempat melepasku pergi.

Genggaman tanganmu semalam gemetar. Aku paham sekali genggaman itu. Percayalah bahwa tanganku juga pernah sama gemetarnya, tanganku pernah kehilangan kekuatannya ketika kamu memutuskan menjauh begitu saja tanpa aba-aba seakan aku tidak pernah berarti apa-apa.

Suaramu semalam bergetar. Aku mengerti sekali suara itu. Suara yang menahan tangis dan penuh rasa cemas diiringi sekujur tubuh yang mendadak terasa lemas. Karena aku pernah memiliki suara itu, ketika kamu memutuskan meninggalkan aku padahal kamu tahu betapa aku sangat mencintaimu, dulu.

Bagaimana rasanya? Seperti terjatuh dari seribu lapis awan dan kamu tahu di bawahmu ada jurang membentang, kan? Seperti sedang mengunyah jarum yang menembus setiap pori di kerongkonganmu sembari dadamu berusaha memungut setiap partikel oksigen yang tercerai berai, ya? Sangat sakit, bukan? Aku paham. Rasanya sampai sulit bernafas, bahkan tenaga pun entah ke mana terlepas.

Ikhlaslah, kataku.

Ikhlas, tanyamu? Ya, kamu protes. Kamu ingat bagaimana dulu kamu tidak memberiku kesempatan protes atas keinginanmu meninggalkanku, bahkan untuk sekedar menemuiku dan berpisah secara dewasa pun kamu tidak mau? Boleh sekarang kutanya, punya hak protes apa kamu padaku?

Aku hampir mati karena patah hati, dan kamulah penyebabnya. Aku tidak semangat makan, aku tidak mampu bangun dari ranjangku sampai bergerak pun aku kesulitan, semuanya karena kamu. Ketika semalam kukatakan semuanya padamu, percayalah rasa sakitnya masih terasa hingga ke tulang punggungku. Kamu tahu aku terluka parah, dan masih juga kamu memilih menambah satu luka lagi ke dalamnya.

Kamu harus tahu, dengan rasa sakit yang sama aku menopang kedua kakiku agar kembali bekerja. Kutempa yang luka-luka agar ia mengeras seperti baja dan apa yang kamu tancapkan ke dada telah mengantarkanku jauh dari tempat semula. Jauh lebih baik tentunya sampai-sampai akhirnya kamu menyesal sudah berpisah.

Dan sekarang kamu ingin aku kembali mencintaimu? Baiklah, hanya ada satu cara. langkahilah waktu, cari aku di masa lalu. Iya, aku yang sudah mati itu. Karena kalau yang sekarang kamu tidak pantas mendapatkannya, tidak walau hanya sesenti saja.

— Apinja Anastasia
#maidenoffire

Aksara SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang