Udara segar pegunungan, matahari bersinar cerah menghangatkan, hutan hijau yang lebat dengan suara-suara binatang yang saling bersahutan, serta padang rumput luas dan air terjun yang menumpahkan airnya dengan deras. Cocok banget buat santai dan melepas penat.
Pengennya sih gitu.
Tapi nyatanya malah makin stress.
Muka dekil, baju kucel, rambut berantakan, mata panda … udah mirip zombie intinya. Retret berujung petaka kalo para maba bilang. Suruh kumpul di kampus pagi-pagi buta ternyata berangkatnya ngaret sampe berjam-jam.
"Kampret banget, bukannya buat seneng-seneng malah jadi ajang pelampiasan senior ke junior. Bangke," ujar Laito kesal sambil memasukkan satu per satu kayu bakar yang baru ke api unggun. Ayato pun dengan malas mengaduk pelan sup yang berada di dalam panci.
"Kukira bayar mahal udah sekalian konsumsi, ternyata cuma nyewa tempat doang. Syaiton bener sih kating panitia," gerutunya sambil mengambil sesendok kuah sup untuk dicicipi lalu mengaduh kepanasan.
"Lu masak sop apa masak rendang? Lama bener. Udah hampir dua jam nih. Kelompok lain udah pada makan kita doang yang belum," gerutu Kanato sambil menahan perutnya dengan sebuah batu. Ayato mencebik kesal.
"Sabar dodol, lu mau makan sop keasinan? Nih makan!" gerutu Ayato sambil mengedikkan dagu ke arah panci sop. Kanato pun menghela napas panjang kesal. Memang di antara kembar tiga itu gak ada yang beres kalo urusan masak.
"Rempong bener kalian pake masak sop segala," ujar Haruhi yang lewat melirik ke arah panci sop The Triplets.
"Lha emang lo makan apaan?" tanya Ayato kepo.
"Hah, dasar anak kota. Kan ada sungai, kenapa gak cari ikan di sana?" ujar Haruhi. The triplets pun tengsin sendiri. Kenapa gak dari tadi mereka kepikiran buat nyari ikan?
"Ya udah yok, kita cari ikan!" ujar Laito bangkit dengan semangat 45. Mereka bertiga pun berjalan ke arah sungai. Setelah sampai, mereka langsung memancing menggunakan jala dan alat pancing. Tangkapan yang mereka dapat pun lumayan banyak. Mereka kembali ke tempat bakaran untuk menyantapnya bersama-sama.
"Kalian makan bertiga ya, gue mau ke sana," ujar Haruhi sambil menunjuk sebuah pondok kecil.
"Ngapain? Makan bareng kita aja napa?" ujar Ayato membujuk sambil menusuk seekor ikan dengan kayu.
"Sorry banget, panitia harus ngumpul di tempat terpisah sama peserta. Ntar kalo gue ada waktu pasti gue nibrung sama kalian kok. Jaa ne!" sahut Haruhi lalu berlari kecil ke arah pondok sambil membawa beberapa ekor ikan di dalam ember. Ayato pun mendecih kesal.
"Salah lu sih, ga mau ikut pas ditawarin jadi panitia. Mampus kan lu, gebetan lu diambil kating," ujar Laito meledek. Ayato mendecih kesal.
"Gebetan matamu mletak. Di sana ada Reiji sama Carla tau! Enak bener mereka bisa monopoli Haruhi sendirian. Padahal gue udah ngebet pengen minum darah," sahut Ayato kesal lalu menggigit ikan bakarnya.
"Yee, dasar maniak tako. Lo pikir lo doang yang udah gak tahan? Kita juga tau," sahut Kanato sambil memasukkan sedikit demi sedikit ikan bakarnya. Mereka bertiga pun menghela napas kecewa.
.
.
Setelah beraktivitas ini itu sampai sore, para panitia pun mulai membagikan kamar para peserta. Satu kamar berisi empat sampai lima orang tergantung besar kamar. Khusus panitia, satu kamar berisi dua orang.
Haruhi dan Yui ditempatkan di satu kamar. Mereka berdua pun segera membawa koper mereka ke kamar untuk berbenah.
"Waah, view-nya di sini bagus banget," ujar Haruhi sambil membuka pintu geser yang menuju ke beranda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Is Full With Absurd Vampire
Vampire[SUDAH TAMAT] [BELUM SEPENUHNYA TEREVISI, HARAP MAKLUM] Bayangkan jika kalian tiba-tiba nyasar ke mansion vampir dan dijadiin tahanan (baca = bank darah) buat para vampir itu. Untungnya, semua vampir itu cogan semua, jadi nggak begitu masalah. Yang...