Special Valentine : Sakamaki Laito

1.6K 145 12
                                    

[REPUBLISH]

Tag butjinnya dulu … reikoaishita ekheemmー 🌚

.

.

04. Laito

Kamu sedang berjalan menyusuri jalanan malam yang ramai sepulang sekolah. Bel pulang baru saja berbunyi 45 menit yang lalu. Dan karena ulah Ayato yang gak sabaran jadi kau ditinggal oleh mobil limousine keluarga Sakamaki.

'Ayato sialan, awas kau ya.' batinmu kesal.

Ditengah perjalanan, tiba-tiba ada seseorang yang menutup matamu dengan kedua tangan disusul sebuah bisikkan ditelingamu.

"Mi-tsu-ke-ta!" ujar orang yang kau yakini adalah Laito. Beberapa saat kemudian, Laito melepaskan tangannya dan beralih memelukmu dari belakang.

"Hai, Bitch-chan. Sendirian aja nih?" ujarnya sambil tersenyum lebar.

"Laito, please. Ini tempat umum tau." ujarmu berusaha melepaskan pelukan Laito, tapi bukannya menurut malah pelukannya semakin erat.

"Gak papa sih, orang banyak orang pacaran kok disekitar sini. Tuh liat." sahutnya sambil menunjuk ke arah pasangan yang berlalu lalang. Memang banyak sih, bahkan sampai ada yang berciuman segala. Namun, tetap saja kau malu.

"Ya tetep aja .." ujarmu masih berusaha melepaskan pelukan Laito.

"Kenapa sih, iih~ orang pengen meluk juga." gerutu Laito sambil mengeratkan pelukannya. Kamu pun mendecak kesal.

"Ya kan dirumah bisa, kan?" sahutmu sambil menoleh ke arah Laito yang bersender di bahumu.

"Kenapa sih? Malu ya?" ujar Laito mulai menjahili kamu. Ia meniupi telingamu lalu mencium pipimu sekilas sebelum akhirnya melepaskan pelukannya.

"Ne, sebelum pulang ikut aku sebentar yuk!" sambungnya lagi sambil menggenggam tanganmu, lalu membawamu ke sebuah festival tanpa kau setuju lebih dulu.

"Uwaaaaah .." ujarmu takjub ketika melihat festival Valentine. Berbagai macam coklat, permen, dan makanan manis berjajar sana-sini sampai kamu bingung mau mulai dari yang mana dulu. Dan lagi, kamu sendiri tidak menyangka Laito akan mengajakmu ke festival ini. Tumben pikirannya bersih, pikirmu.

"Saa, mau beli apa? Aku yang bayarin." tanya Laito sambil tetap mempertahankan senyumannya. Matamu berbinar senang sambil menatap Laito. Kau pun segera menyeretnya keliling festival. Makanan gratis gak boleh disia-siakan.

"Laito, aku mau beli permen apel dong!" ujarmu sambil menunjuk ke arah permen apel yang biasa kau temui di festival-festival di Jepang.

"Oke, ayo ke sana." sahutnya lalu menggandeng tanganmu ke stand penjual permen apel.

"Sumimasen, permen apelnya satu." ujar Laito pada si penjual, lalu membayarnya. Ia pun menyerahkan permen apel itu padamu. Dengan wajah berseri-seri, kamu menggigit permen apel itu. Kalian pun kembali berjalan menikmati festival.

"Mmmmm~ Umai!" ujarmu lalu menggigit segigit lagi.

"Enak ya?" tanya Laito. Kamu mengangguk semangat.

"Banget!" sahutmu lalu kembali menggigit permen apel itu.

"Aku mau coba juga dong." ujar Laito.

"Kenapa tadi gak beli sekalian? Aku beliin ya?" tawarmu lalu bergegas berbalik badan. Namun, Laito menahan pergelangan tanganmu.

"Gak usah, aku minta punyamu aja." ujar Laito lalu menarikmu mendekat. Well, lebih tepatnya memelukmu. Kamu otomatis membelalakkan matamu kaget.

"-!! Laito!" gerutumu kesal dan berusaha melepaskan diri dari pelukannya, sementara Laito tertawa gemas melihat tingkahmu.

"Kenapa sih?"

"Ya gak usah meluk gini juga kan bisa?" sahutmu lalu memasang wajah kesal. Kau mengigit permen apel sekali lagi lalu menyodorkannya ke arah Laito.

"Tuh, makan." ujarmu sambil mengunyah permen apel. Laito diam sejenak kemudian menyingkirkan apel itu dari hadapan wajahnya.

"Cara itu udah terlalu mainstream, gak asik!" ujarnya.

"Lha terus kamu maunya gimana, hah?" tanyamu yang mulai risih dipeluk di depan umum.

"Yee, ada lah cara yang gak mainstream! Nih, coba deh kamu buka mulutmu sedikit." sahut Laito semangat. Kamu mengernyitkan alis heran.

"Kok malah aku yang buka mulut sih? Kan kamu yang mau makan?"

"Udah, buka aja. Nanti kamu akan tau." ujar Laito lalu mengembangkan senyum di wajahnya. Kamu pun terpaksa membuka mulutmu meskipun sedikit. Detik kemudian, Laito sudah menciummu. Kamu membelalakkan mata kaget ketika Laito tidak hanya mencium biasa, tapi ikut mengecap gigitan permen apel yang masih bersarang di rongga mulutmu. Beberapa saat kemudian, Laito melepaskan ciumannya sambil menyeringai jahil.

"Hmmm~ iya enak." ujarnya lalu terkikik melihat wajahmu yang benar-benar merah, semerah permen apel yang kau beli.

"Ih, apaan sih lo!!!! Sebel!!" teriakmu kesal sambil memukuli bahu Laito. Sementara Laito tertawa gemas.

"Hahaha, gomen gomen! Abisnya seru sih kalo njailin kamu!" sahut Laito dengan wajah tanpa dosa. Kamu mengerucutkan bibirmu kesal.

"Mou ii! Watashi kaeru wa!" gerutumu sambil berbalik berjalan pulang.

"Ne, gomen tte ba! Gak lagi-lagi deh, jadi maafin ya?" ujar Laito sambil mengejarmu. Kamu yang merasa tidak enak pun berbalik badan.

"Hontou?" tanyamu memastikan. Laito mengangguk lalu mengulurkan jadi kelingkingnya.

"Janji deh." ujar Laito. Kamu pun mengaitkan jari kelingking milikmu dengan miliknya.

"Janji lho ya." ucapmu mengulangi perkataan Laito, disusul anggukan oleh Laito. Setelah itu, Laito pun memelukmu erat sambil mengusap-usap puncak kepalamu.

"Nah kan, tadi katanya janji?" ujarmu menyindir di dalam pelukannya.

"Apaan sih? Orang ini udah dirumah kok." sahut Laito lalu melepaskan pelukannya dan pemandangan yang pertama kali kau lihat adalah kamar Laito yang bernuansa hijau.

"Oh, iya bener." gumammu lalu berjalan mendekati pintu kamar Laito, hendak keluar. Namun, tiba-tiba Laito menggendongmu bridal style dan menidurkanmu di tempat tidur dan segera menindihmu supaya tidak bisa kabur.

"-!! Laito! Apaan sih?!" ujarmu marah sekaligus malu.

"Kamu gak boleh pergi dulu sebelum aku puas." ujar Laito sambil melonggarkan dasi sekolahnya.

"Aku kan masih pake baju sekolah, masih nggendong tas pula." ujarmu mencari-cari alasan.

"Aku juga masih pake baju sekolah kok." sahut Laito lalu menyeringai jahil ke arahmu. Kau pun mengerucutkan bibirmu dan buang muka.

"Ne, Bitch-chan .. Kau pikir aku bakal traktir kamu tanpa ada imbalan? Ooh, gak bisa gitu dong." sambungnya lagi lalu mendekatkan mulutnya ke telingamu.

"Sebagai ganti uang yang telah kuhabiskan, biarkan aku menghisap darahmu." ujarnya lagi lalu menatap wajahmu yang sudah mulai ketakutan.

"Happy Valentine, Bitch-chan."

.

FIN

.

My Life Is Full With Absurd VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang