Setelah perlombaan kibasen, panitia mengadakan sesi istirahat selama 30 menit sebelum perlombaan selanjutnya di mulai. Ketiga belas vampir beserta Yui dan Haruhi tengah berkumpul sambil menikmati makan siang.
"Hah, capek lari-lari," ucap Ayato dengan napas tersengal-sengal lalu menyiram wajahnya dengan sisa air di botolnya. Pemuda itu lantas membuka satu botol lagi lalu meneguk isinya hingga setengah habis. Yang baru saja mengikuti lomba kibasen pun bernasib sama, terutama yang bertugas berlari menggotong rekan satu timnya. Haruhi dan Kino juga tampak lelah, tapi tidak selelah mereka. Bedanya, mereka hampir kehabisan suara karena berteriak saat perlombaan berlangsung.
"Yang penting kita menang," celetuk Haruhi sambil menutup botol minuman ionnya. Kino langsung mendecih mendengarnya.
"Curang lu. Masa iket kepala lo diiket mati?" ucapnya. Haruhi hanya bisa menyeringai mengejek.
"Yaa, gimana ya. Kalo lo ngambilnya bukan ditarik dari belakang pasti lepas juga tuh iket kepala gue. Lagian juga ga ada peraturan yang ngelarang iket kepalanya diiket mati," ujar Haruhi. Gadis itu lantas berdiri dan mengikat rambutnya lalu berjalan menjauh.
"Haruhi-san, mau kemana?" tanya Yui. Haruhi menoleh sambil tersenyum.
"Cuci muka, panas soalnya. Ntar balik lagi," ujar Haruhi lalu berlari kecil menuju ke wastafel outdoor di dekat lapangan sepak bola.
Sesampainya di sana, Haruhi menyalakan keran airnya dan membiarkan air tersebut terkumpul di telapak tangannya. Ia lalu membasuhnya ke seluruh wajah dan tengkuknya yang kepanasan karena keringat. Diambilnya napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Haruhi menengadah ke atas menatap langit yang biru tanpa setitik awan. Setelah ini, akan ada perlombaan kumi taiso. Ia yakin sekali pasti Reiji juga akan menyeretnya kali ini. Ia pun membasuh mukanya beberapa kali lagi sebelum akhirnya mematikan keran yang ia gunakan.
"Handuk?"
Haruhi menoleh dan melihat seorang pria paruh baya tengah menyodorkannya handuk. Haruhi yang bingung hanya menatap handuk itu dan pria di hadapannya bergantian. Pria tersebut terkekeh melihat tingkah Haruhi. Ia lantas menarik tangan kanan Haruhi dan meletakan handuknya di atasnya.
"Pakai saja. Jangan mengelap bekas airnya dengan bajumu, nanti kotor," ujarnya. Haruhi pun hanya mengangguk lalu menepuk-nepuk handuk tersebut ke wajah dan lehernya yang basah.
Diam-diam Haruhi memperhatikan penampilan pria dihadapannya. Rambutnya putih panjang, mata berwarna amethyst, berkacamata, dan berpakaian jas formal. Sepertinya, pria ini orang penting di Tougo University.
"Kamu Haruhi dari Fakultas Kedokteran, 'kan?" tanya pria itu. Haruhi yang masih agak was-was pun cuma mengangguk. Pria itu pun bergumam setelah Haruhi menjawab pertanyaannya. Wajahnya membuat ekspresi seperti tengah berpikir keras. Tak lama kemudian, pria tersebut tampak mengangguk-angguk.
"Ano, handuknya akan saya kembalikan setelah saya cuci. Boleh saya tahu nama dan ruangan kantor Bapak?" tanya Haruhi. Pria yang sedaritadi tenggelam di dunianya sendiri itu pun lantas tesadar. Ia menatap ke arah Haruhi sambil menggeleng pelan.
"Untukmu saja."
"Tapi—"
"Tidak apa, simpan saja. Kalau begitu, aku permisi," ujar pria itu lalu berjalan menjauh. Haruhi yang kebingungan pun hanya bisa menatap punggung pria itu dan handuk di tangannya secara bergantian. Ia memutuskan untuk tak acuh saja lalu kembali ke tempat berkumpul para vampir.
.
.
Setelah semuanya selesai makan dan beristirahat, kedua kelompok itu kembali ke tribun untuk bersiap-siap menonton perlombaan kumi taiso. Dan benar seperti dugaan Haruhi, Reiji memaksanya untuk ikut perlombaan kumi taiso. Kini, dirinya sedang melakukan sedikit peregangan sebelum memulai lomba.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Is Full With Absurd Vampire
Vampire[SUDAH TAMAT] [BELUM SEPENUHNYA TEREVISI, HARAP MAKLUM] Bayangkan jika kalian tiba-tiba nyasar ke mansion vampir dan dijadiin tahanan (baca = bank darah) buat para vampir itu. Untungnya, semua vampir itu cogan semua, jadi nggak begitu masalah. Yang...