Happy Reading gaes...Melihat interaksi antara ning Roza dan gus Zamzam mengingatkanku pada mas Rizky. Ya Allah aku sangat merindukan keluargaku.
Back to the topic, latihan yang lakukan berjalan dengan lancar, ning Roza sangat cerdas dan pandai. Aku tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk mengajarinya.
" Kak Naira, syukron banget yah udah bersedia ngajari Roza," Ujar Roza ketika akan mengantarku balik ke asrama. Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya " Kakak mau kan ngajarin aku lagi?" lagi, lagi aku tersenyum melihat binar antusias dan penuh harap di retina ning Roza.
" In Sya Allah" ujar ku seraya tersenyum bangga. Aku sangat salut dengan orang-orang yang mau belajar dan ingin meningkatkan kualitas diri. Salah satu ciri-ciri penuntut ilmu adalah tamak akan ilmu. Jadi, jangan pernah puas akan ilmu yang kita punya. Sebisa mungkin, kita harus mencoba hal-hal baru dan yang pastinya berusa untuk meningkatkan kualitas diri menjadi pribadi yang lebih baik dan selalu berpikiran positif.
......
Ning Roza mengantarku sampai kamar kemudian pamit pulang. Tatapan penuh tanya dari teman-teman asrama membuatku kurang nyaman. Aku sangat sadar, segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga pimpinan pesantren menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk mereka. Apalagi yang berkaitaan dengan Gus zamzam. Pasti langsung trending satu.
Allahu Akbar Allahu Akbar,,,,
Suara adzan menggema diseluruh penjuru pesantren. Akupun bergegas untuk menunaikan kewajibanku. Namun, ketika memasuki kamar tidak kutemukan Iin didalamnya. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengambil perlengkapan sholat dalam lemari. Berangkat sendiri deh. Batinku.
Aku berjalan melewati lorong asrama dengan langkah cepat. Ada beberapa santriwati yang juga hendak ke masjid tapi aku sama sekali tidak mengetahui nama mereka. sayang sekali, padahal kalau tahu namanya pasti bisa berangkat bareng. Batinku menyesali keminiman pengetahuanku tentang santriwati Darul Muttaqin.
Ketika akan menuju area perbatasan asrama dan masjid, aku melihat salah satu santriwati yang aku kenal. Akupun mempercepat langkahku dan benar saja dia adalah Anna.
"Ukhty Anna" panggilku. Dia terkejut melihat kedatanganku.
" Ukhty Naira? " ucapnya penuh tanya. Aku tersenyum " Ukhty kok tiba-tiba nongol? ukhty habis dari mana? Ukhty Iin mana, biasanya selalu bareng" matanya kesana kemari celingukan mencari keberadaan Iin. Seraya melangkah menuju masjid, akupun menjelaskan kalau aku gak bersama Iin dan baru daja balik dari kediaman pimpinan. Seketika Anna menghentikan langkahnya. Akupun ikut berhenti seraya menatapnya penuh tanya. Kenapa?
"seriusan? Ukhty ngapain? Ketemu Gus Zamzam tak? " rentetan pertanyaan yang dia ucapkan membuatku bingung harus menjawab yang mana. Aku tersenyum maklum mendegar pertanyaan terakhirnya. Ketemu Gus Zamzam tah?
Akupun menjelaskan alasan aku ke kediaman pimpinan. Dan dia semakin speechless ketika tahu kalau ning Roza sempat memperkenalkanku pada Gus Zamzam. Wajar sih dia bereaksi seperti itu, karena yang aku ketahui perempuan disini rata-rata sangat memuja gus Zamzam.
Sejenak aku tersentak kaget ketika menyadari keberadaan kami yang belum sampai tempat tujuan. Masjid-sholat. Aku menarik tangan Anna dan melangkah tergesa menuju masjid. Sesampai di masjid, kami memasuki tempat wudhu yang disediakan khusus putri.
Untuk tempat sholat berjamaah, santri wati ditempatkan dilantai dua. Jadi, santriwati yang berpenampilan sama dengan aku, tidak perlu khawatir karena area santri wati sudah sangat tertutup. Aku melepaskan niqob yang sedari tadi aku kenakan dan menggantinya dengan mukenah yang sedari tadi aku bawa. Akupun langsung menunaikan kewajibanku pada Allah, dzat yang selalu mengiringi langkah ku, dzat yang maha mengetahui apa yang tidak kuketahui.
Disujud terakhir kupanjatkan do'a untuk keluarga, guru, santri, pondok, dan tak lupa pendamping yang masih dirahasiakan Allah untukku.
"ya,, muqollibal qulubb,, tsabit qulubana aladdinika watto'atika,, robbana atina fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah waqina adza bannar,, amiinn alfatikhah" aku mengakhiri munajatku pada Allah dengam bacaan al-fatikahah.
Kenapa al-fatikhah,, karena al-fatikhah adalah ummul surah dan surah yang memiliki sejuta makna yang terkandung dalam setiap bait ayatnya. Setelah melakukan sholat kusempatkan untuk melakukan sujud syukur,, ketika sujud syukur ini tiada hentinya air mata mengalir di pipiku. Air mata kerinduan yang kupendam selama ini,rindu kehadiran orang-orang yang aku sayangi. Punggungku bergetar hebat karena tangisan ku.
Setelah melakukan sujud syukur, ku rasakan ada sebuah tangan yang mengusap punggung ku lembut. Kulihat ternyata Iin yang melakukan itu. Akupun langsung menghambur kedalam pelukannya.
Seakan tahu penyebab kesedihanku, dengan sangat lembut dia mengelus punggungku. Aku semakin terisak dalam pelukan Iin. Disaat merasa sedikit lega, akupun menceritakan perasaan yang aku rasakan sekarang. Segala kerinduan yang aku pendam selama ini.
" Ya Allah, itu wajar Ra. Perbanyak baca Al-Qur'an dan jangan lupa do'akan mereka disetiap sujudmu." Ujar Iin dengan nasihat yang membuatku tenang dan secara bersamaan bersyukur kepada Allah karena telah dihadirkan sosok sahabat seperti Iin.
" aku beruntung banget punya sahabat seperti kamu In," ucapku seraya mengusap sisa air mataku. Iin tersenyum mendengar ucapanku. " walaupun kamu sangat heboh dan terkadang membuatku cukup malu dengan segala tingkah unik dan anehmu, tapi aku sangat bersyukur memilikimu." Lanjutku langsung mendapatkan jitakan maut dari Iin. Aku tersenyum seraya mengusap kepalaku pelan.
" kalau mau puji, puji aja gak usah hina-hina, pake kalimat halus segala lagi" ujarnya seraya mencebikkan bibirnya kesal. Lagi- lagi aku tersenyum melihat respon Iin. Dan sejenak kemudian, kamipun tertawa bersama.
Ma Sya Allah, persahabatan itu ternyata indah banget. Gak butuh sesuatu yang mewah untuk tersenyum bahgia. Cukup dengan hal sederhana bisa menciptakan lengkungan indah disudut bibir. Aku sangat bersyukur memilki sahabat yang selalu ada disetiap suka dan duka ku.
jangan lupa follow IG aku ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN UNTIL JANNAH (SELESAI✅)
Teen FictionSebuah skenario kehidupan yang tidak pernah ternalar oleh otak manusia. Syukur, sabar dan ikhlas menjadi landasan utama mencapai kebahagiaan yang hakiki. Kisah ini, adalah cerminan dari perjuangan sang gadis penyembara hidup yang menyertakan Allah d...