Happy Reading...Indonesia.....
Sesampai di bandara Soekarno-Hatta paman Atta langsung memeluk ku erat.
Pancaran kesedihan yang mendalam begitu nampak di kedua bola matanya.
"Yang sabar ya nduk" Ucap beliau sambil mengusap punggungku lembut berharap bisa membuat aku tenang .
Aku bukanya tenang,malah air mata yang sempat terhenti kembali mengalir.
"Ra..Mau li..at ay...ah" Ucapku tergugu.
Setelah mengucapkan kalimat itu,paman langsung menuntunku menuju mobil yang sedari tadi menunggu kami....Rumah Duka....
Diambang pintu nampak jasad ayah yang terbujur kaku, kaki yang tadinya sudah siap melangkah,sekarang terasa kaku dan berat.
Lihatlah, orang yang kalian sayangi terbujur kaku di depan mata kalian, perasaan bersalah menyelimuti hati ku.
"Dek,, yang sabar" Ucap seorang yang merangkulku dalam pelukannya.
Aku terus saja menangis, menangis dan menangis tanpa menghampiri jasad ayah dan tanpa berniat melihat orang yang sedang memelukku dari samping sekarang.
"Ayo dek, kita liat ayah untuk yang terakhir kalinya" Ucap orang tadi menuntun ku menuju jasad ayah.
Aku melihat lelaki yang sekarang sedang memelukku dari samping.
" Mas... " Panggil ku langsung memeluknya erat.
" Sabar dek,,, mas tahu gimana perasaan adek, kami juga merasa kehilangan" Ucap mas ku sambil menghapus air mata ku kembut.
"Ra harus kuat" Ucapnya menguatkan ku.
Sekarang aku benar-benar melihat tubuh kaku ayah dengan kedua mataku secara nyata.
"Ayah.., " Lagi-lagi air mataku mengalir deras di depan jasad kaku ayah.
"Jangan terlalu larut dalam kesedihan nduk" Ucap bunda mengingatkan.
Astagfirullah....
Kenapa aku lupa, kalau masih ada bidadari kehidupan yang harus aku kuatkan untuk saat ini.
"Maafkan Naira bunda" Ucapku sambil menghapus air mata dengan punggung tanganku.
"Mas Azam gak pulang ummi¹ ? " Tanyaku pada ummi menatap kedalam manik mata beliau.
"Ummi belum dapat kabar dari mas mu hari ini nduk" Ucap ummi menatapku lembut.
Aku hanya bisa menghela nafas pasrah,dua minggu belakangan ini aku dan mas Azam benar-benar gak pernah saling menghubungi satu sama lain.
Sekarang aku gak ingin berburuk sangka terhadap suamiku. Aku yakin dia pasti punya alasan kenapa gak hubungi aku.
Tapi,apa aku tahan dengan keadaan seperti ini?, keadaan disaat aku butuh dia untuk merangkul dan menenangkan ku???.
Apa aku tahan? Apakah hati ku tidak akan terombang ambing?.
Wallahu Allam... aku sendiri belum tahu jawabannya.
Tbc,,,,
¹. Ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN UNTIL JANNAH (SELESAI✅)
Novela JuvenilSebuah skenario kehidupan yang tidak pernah ternalar oleh otak manusia. Syukur, sabar dan ikhlas menjadi landasan utama mencapai kebahagiaan yang hakiki. Kisah ini, adalah cerminan dari perjuangan sang gadis penyembara hidup yang menyertakan Allah d...