Happy Reading....
Author 's pov...
Satu bulan telah berlalu, setiap minggu Abah mengabarkan keadaan Gus Zamzam kepada Naira.
Berbagai pertanyaan muncul di benak gadis pencinta novel tersebut. Kenapa bukan Gus Zamzam langsung yang menghubingi dia? Kenapa harus perantara? Apa dia tidak merindukan Naira?.
Dua tahun sudah usia pernikahan,pernikahan jarak jauh.. Kemesraan bersama yang hanya bebetapa bulan mereka cicipi.
Pendidikan, pesantren, umat, berjihad di jalan allah,, itulah alasan mengapa mereka selalu di pisahkan oleh jarak,waktu dan komunikasi.
Sempat terbesit di benak Naira untuk mengakhiri semuanya, mengakhiri hubungan yang menurutnya terasa begitu ambigu.
Dua tahun bukanlah waktu yang singkat, lika liku kehidupan yang telah dia jalani selama dua tahun membuat dia semakin percaya dengan firman Allah.
"Barang siapa yang bersyukur maka akan aku tambahkan nikmatnya dan barang siapa yang kufur akan nikmat ku maka azab ku sangatlah pedih"
Dan pada pelajaran mahfudzhot¹ yang pernah dia hafal di pondok ketika menyantri dulu.
"Man shobara dzofiro"²
Buah kesabaran dan ketabahan sudah terpampang jelas di depan matanya.
Karir yang begitu gemilang di tanah rantauan membuat dia semakin bersyukur dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
"Ra... Libur esok kamu pulang ke Indonesia? " Naira tersentak mendengar pertanyaan Cik Jiran.
Pena yang di genggamnya dia letakkan diatas meja.Pulang? Kenapa aku tidak pernah berfikir untuk pulang? Hati ku menghangat mendengar kata pulang, apa aku harus benar-benar pulang?. Batin Naira.
Rindu? Jangan ditanyakan lagi tentang satu kata itu, Naira sangat merindukan tanah kelahirannya,Naira sangat merindukan Ayah, Bunda, Abah, Ummi, Mas Rizky dan masih banyak lagi orang -orang yang terlibat dalam ke hidupannya yang dia rindukan.
Cik Jiran menatap Naira dengan perasaan harap-harap cemas.
Apa Naira tak merindukan Indonesia? Kenapa dia lama sekali menjawab pertanyaan aku? Aduh Si Naira bikin aku cemas aja deh. Batin Cik Jiran menanti jawaban Naira yang sedang menerawang menatap sketsa rancangan busana syar'i yang belum selesai di atas meja.
"Ra.. Gimana? Kamu pulang gak? " Tanya Cik Jiran tak sabar mendengar jawaban yang keluar dari bibir tipis gadis berniqob ini.
Naira tersenyum hangat mendengar pertanyaan Cik Jiran yang terdengar begitu antusias.
"Bismillah,,,, Insya allah Naira akan pulang Cik" Jawab Naira mantap seraya tersenyum manis kearah Cik Jiran.
"Alhamdulillahhh.. ", Cik Jiran tersenyum lega mendengar jawaban dari Naira.
"Aku kirain kamu gak mau balik ke Indonesia, aku kirain kamu udah kecantol sama pria melayu" Ucapan terakhir yang di ucapkan Cik Jiran Membuat Naira terdiam seketika.
Cik Jiran menyadari ekspresiNaira yang berubah seketika.
"Aishh.. Ra.. Aku cuma becanda kok" Ucap Cik Jiran mengibaskan tangannya sambil tetkekeh geli.
"Kamu mah maunya cuma sama si Zamzam aja, betul gak aku? " Hati Naira menghangat mendengar nama Zamzam disebut.
Hanya dengan mendengar namanya di sebut aku hati ku menghangat. Batin Naira menyadari efek dari seorang Azam baginya.
"Do'akan aja Cik" Jawab Naira dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.
Cinta karena Allah tidak akan pernah pudar, apalagi alasanya jarak, waktu dan komunikasi. Cinta yang di dasari dengan cinta kepala sang pemilik cinta tidak sedangkal itu.
...............
"Assalamualaikum " Naira dan Cik Jiran menoleh ke sumber suara yang mengucapkan salam.
Seorang lelaki tampan bertubuh tegap dan tatapan teduh memasuki butik Naira.
Siapa dia? Kok asing banget ya?
Naira melirik Cik Jiran yang tengah menunduk dan tersenyum manis.
"Cik dia siapa? " Tanya Naira kepo level akut.
"Dia... Dia calon ku Ra" Jawab Cik Jiran malu-malu meong.Naira tersenyum mendengar ucapan Saudari tersayangnya ini. Cik Jiran ini begitu mengejutkan.
"Silahkan duduk mas" Ucap Naira mempersilahkan lelaki yang katanya calon Cik Jiran untuk duduk.
Cik Jiran? Dia jangan di tanya lagi. Senyuman manis tidak hilang sedikitpun dari paras cantiknya.
Lelaki itupun duduk diatas sofa ruang tamu yang sengaja di seting oleh Naira dan crew butik lainnya.
"Thank you" Ucap Lelaki tampan di depan kedua gadis berjilbab yang satunya merona dan yang satunya tersenyum bahagia.
"Kenalin Ra... Ini Kak Khoirul Asyaf" Cik Jiran memperkenalkan Naira ke Khoirul. Naira menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Begitun dengan Khoirul.
"Dia ini rekan kerja ku" Jelas Cik Jiran malu-malu,pipi putihnya yang merona tidak bisa dia sembunyikan.
Khoirul hanya menunduk memandang keramik yang menghiasi lantai. Baginya belum saatnya dia memandang gadis yang belum halal untuknya.
«Subhanallah... Ini cowok bikin adem ya gaess»😘😘😊😊😊
(si author ini...bilang aja kepingin di do'ain biar dapet cowok kayak gitu😀)
"Insya allah Minggu depan aku akan melamar Jiran" Ucapan Khoirul yang tiba-tiba membuat dua wanita dihadapannya terperangah.
Cik Jiran melirik kearah Khoirul sekilas. Tiba-tiba, belir bening menitik membasahi pipi putihnya. Dia menangis,menangis haru dalam diam tanpa mengeluarkan suara.
"Alhamdulillah ya Allah" Kalimat pujian itulah yang pertama kali keluar dari lisan Cik Jiran,kalimat yang menggambarkan betapa bahagia dan bersyukurnya dia.
"Alhamdulillah Cik" Ucap Naira seraya memeluk Cik Jiran.
"Akhirnya saudari ku ada yang meminang juga" guyon Naira yang di balas satu cubitan maut dari Cik Jiran.
"Auwww" Rintih Naira pelan.Sebentar lagi Cik Jiran akan membina rumah tangga, Ya Allah aku mohon pada mu, pertemukan aku dengan suami ku secepatnya aku sangat merindukan dia, aku ingin mengabdi untuk dia, aku ingin menjadi istri yang sesungguhnya untuk dia, istri sholehah yang engkau ridhai. Do'a Naira dalam hati.
Tbc,,,,,
1.kata-kata bijak dalam bahasa arab.
2. Barang siapa yang bersabar maka dapatlah ia.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN UNTIL JANNAH (SELESAI✅)
Novela JuvenilSebuah skenario kehidupan yang tidak pernah ternalar oleh otak manusia. Syukur, sabar dan ikhlas menjadi landasan utama mencapai kebahagiaan yang hakiki. Kisah ini, adalah cerminan dari perjuangan sang gadis penyembara hidup yang menyertakan Allah d...