Ujian yang bertubi-tubi

6K 204 2
                                    


Happy Reading,,,

Sebenarnya aku sangat penasaran akan keadaan Iin. Selama aku kuliah disini kami gak pernah bertukar kabar sekalipun.

Ada apa dengan dia?  Setahu aku, dia melanjutkan kuliahnya di pondok Darul Muttaqin. 

Aku harus tahu keadaan dia, sahabat macam apa aku ini yang gak tau kabar sahabat sendiri?.

Kenapa hubunganku dengan orang-orang yang berkecimpung langsung dengan sejarah hidupku harus renggang oleh jarak dan waktu?.

Begitu lemahnya diriku ini yaallah,aku terlalu lalai dengan kehadiran orang-orang baru didekat ku.

Ya allah ampuni aku..

Aku gak bisa lagi menahan cairan bening yang membasahi pipiku, aku merasa bersalah sekali,masih pantaskah aku berada dekat dengan mereka.

"Aku harus memperbaiki semuanya sebelum terlambat" Ucapku lirih masih tergugu karena tangisku.

"Kamu kenapa Ra? " Ucap cik Jiran khawatir melihat keadaanku yang sekarang.

Ya sekarang aku sedang berada di ruang tamu.

Akupun langsung memeluk cik Jiran sambil menceritakan masalah yang kuhadapi sekarang dengan air mata yang masih setia mengalir lembut di pipi ku.

"Aku harus pulang Cik! " Ucapku tegas.
Cik Jiran menatapku lekat dan tersenyum lembut kearah ku.

"Kamu sudah besar dan ai' yakin kamu tahu apa yang harus kamu lakukan" Ucapnya menggenggam erat tanganku,menguatkan.

"Syukron¹ cik" Ucap ku membuatnya bingung.

"S.. Yuk.. Ron.. ?" Ucapnya terbata-bata.

Aku lupa kalau kakak ku yang satu ini gak paham bahasa arab.

"Terima kasih Cik" Ucapku di iringi tawa kecil.

Hahahaahaha....

Tawa kami berdua pecah..

Bunda is calling....

Bunda nelphon?  Tumben banget, biasanya aku yang menghubungi beliau.

"Assalamualaikum  bun" Ucapku memberi salam.

"Waalaikumussalam nduk" jawab beliau dengan suara serak.

"Bun,, bunda gak apa-apa, kan?" Tanyaku khawatir.

"Ayah mu Ra,,, " Ucap beliau terbata-bata. Bunda menangis, kenapa bunda menangis? Sebenarnya apa yang terjadi dengan ayah ku?.

"Ayah me.. Ninggal"  kabar dari bunda bagaikan petir, aku terduduk lemas di atas kursi. Rasanya tenaga ku terkuras habir oleh kejadian yang aku alami akhir-akhir ini.

"Ini gak mungkin bunda.. Ini gak mungkin" Ucap ku gak percaya. Suara tangis pilu membuat Cik Jiran memelukku erat.

Setiap yang bernyawa akan mengalami yang namanya kematian.

Tapi gak secepat ini. Aku belum bisa membuat ayah bahagia, aku belum sempat minta maaf pada ayah aku belum___,aku belum bisa membalas semua kasih sayang ayah untukku.

Kenangan bersama ayah berputar di otakku. Ayah yang sering menggodaku, ayah yang memanggilku dengan panggilan putri manja, ayah yang menjodohkan ku dengan mas Azam dan ayah yang aku panggil dengan sebutan AYAH.

Sekarang ayah gak ada, kepada siapa aku harus memanggil dengan panggilan AYAH?.

Air mata yang sempat terhenti sekarang kembali mengalir,bahkan ini lebih pedih.

Ya allah ujian apalagi ini?.
Apa dosa hamba sehingga kau memberikan ujian yang begitu  berat buat hamba?.

Ayah.....???

Sosok yang aku baggakan, sosok yang sama sekali belum aku bahagiakan.

Tbc,,,,

1. Terima kasih.

TEMAN UNTIL JANNAH (SELESAI✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang