The Secreet Of Khitbah
Tidak seperti hari-hari sebelumnya,hari ini begitu aneh bagiku. Mulai dari ayah yang tiba-tiba datang ke pesantren,bunda yang memerintahkanku untuk siap-siap, dan ning Roza yang memanggilku dengan sebutan buk nyai. Padahal, dari segi keturunan aku tidak memiliki silsilah tersebut. Entahlah.....
Kedatangan ayah disambut dengan sangat meriah oleh seluruh penghuni pesantren . pikiranku kesana kemari mengira-ngira apa yang akan ayah lakukan disini. Kami bukan dari keluarga kalangan pesantren atau ulama. Saudara ayah kebanyakan berprofesi sebagai pengusaha. Sedangkan dari keluarga bunda, memang ada yang menjadi pendidik tapi bukan pesantren melainkan sekolah umum.
Apa ayah berkawan dengan mudir? Kok aku gak tau? Yang aku tahu ayah berkawan hanya dengan sesama bisnisnya. Apa ayah sudah lama kenal dengan mudir?. Batinku berkecamuk bingung.
......
Selesai acara penyambutan kedatangan ayah,seluruh santri memasuki Aula pertemuan yang sudah didesign sedemikian rupa layaknya pertemuan dengan pemuka-pemuka agama.jujur saja, kejadian hari ini diluar prediksiku. Ayah duduk berdampingan dengan mudir seraya tersenyum ramah.
Mudir bangkit dari kursi yang beliau duduki dan menuju mimbar. Beliau mulai memberikan sambutan dan mengungkapkan kegembiraanya karena kunjungan ayah. Dan tidak lupa, beliau memperkenalkan pondok mulai dari visi-misi, jumlah santri sampai rencana jangka panjang yang akan dilakukan pondok kedepannya.
Setelah memberikan sambutan, mudir pun mempersilahkan ayah untuk memberikan ungkapan kata prakata. Gemuruh tepuk tangan menyambut ayah. Ayahpun bangkit dari duduknya dan menempati tempat yang kami juluki dengan panggung kehormatan.
Ayah berdiri gagah dibelakang mimbar,suara lantang ayah menggema diseluruh sudut aula, dan yang paling mengejutkanku adalah ayah memperkenalkanku sebagai putri beliau. Aku bersyukur karena aku menggunakan niqob. Rasanya wajahku sudah sangat merah merona menahan malu. Aku gak mau jadi sorotan...
Ya,, kedua orang tuaku, tidak seperti kebanyakan orang tua yang sangat sering menjenguk anaknya. Disaat teman-temanku dijenguk sekali dalam seminggu yaitu di hari jum'at, aku hanya dijenguk tiga bulan sekali. Itupun tanpa kehadiran ayah. Tapi jangan salah,biarpun aku jarang dijenguk, paket makanan dan transferan uang yang dikirim orang tuaku tidak kalah dengan mereka yang dijenguk. Maka tak heran kalau santri banyak yang tercengang mendengar ucapan ayah.
Akupun langsung menunduk sedalam-dalamnya menahan malu. Aku gak tahu, ini antara perasaan aku saja apa gimana, rasanya seluruh mata sedang menatap kearah ku.
"Raa,,, itu benar ayah ente" Ucap Iin berbisik pelan kerahku. Aku tahu, pasti Iin juga sangat bingung sekarang. walaupun aku bersahabat baik dengan Iin, tapi dia tidak pernah berjumpa dengan ayahku barang sekali pun. Akupun menganggukkan kepalaku pelan.
" parah sih, ternyata gen kalian gak sembarangan yah" Ujar Iin tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari sosok ayah..
"Maksud kamu apa? Gen? apaan?" tanyaku heran. Seketika Iin menatapku sejenak dan menjelaskan maksud dari ucapannya.
Ternyata yang dia maksud itu bahwa ayahku sangat tampan dan bahkan bunda dan mas Rizky termasuk golongan good looking. Jadi, kecantikan dan ketampanan mereka menurun padaku. Aku hanya tersenyum merespon ucapan Iin.
Tiga puluh menit pun telah berlalu, acara diakhiri dengan penampilan nasyid islami DM. yang diberi nama syifa'ul qolby.
Ayah dan mudir beserta jajaran ustad dan ustadzah beranjak meninggalkan tempat acara. Kulihat ayah berjalan beriringan dengan pimpinan. Aku sangat ingin menghampiri beliau, tapi aku malu kalau harus bertemu langsung dengan pimpinan.
Akupun langsung melangkahkan kakiku menuju Asrama. Belum sampai kamar, suara pengumuman membuatku terkejut.
Yu'lanu ala ukhtyna Naira Mumtazatul Qolby alaiha itzyan hatta ya'ty ila baitilmudir ba'da hadzihil i'lan tamaman.
Ini adalah sejarah, yang dimana pertama kalinya namaku di panggil melalui alat yang paling kuhindari untuk memanggil namaku. Tapi, sejarah ini adalah sejarah yang sangat membuat aku bahagia. Aku sudah sangat bisa menebak maksud kedatanganku pasti untuk berjumpa dengan ayah. Ah.. senangnya.
Akupun bergegas menuju kediaman pimpinan. Sesampai disana kulihat ayah sedang berbincang-bincang dengan pimpinan.
"Assalamualaikum " Ujarku memberikan salam.
"Waalaikumussalammm " jawab beliau-beliau memutuskan bincangannya.
"Ayo masuk nak" Seru mudir mempersilahkanku masuk. Ayah tersenyum melihat kedatanganku.
Akupun memasuki rumah mudir dan langsung duduk disamping ayah. Sebelumnya kucium punggung tangan dan pipi ayah.
"Gini nak Naira,, abah dan ayah nak Naira telah menyepakati ini sejak lama" ucap beliau membuatku bingung. Menyepakati apa? Apa yang disepakati?.
"Afwan,,ustad ana benar-benar tidak paham dengan apa yang ustad bicarakan" tanyaku sesopan mungkin.
"Nak Naira udah tau apa belum alasan ayah nak Naira memondokkan nak Naira disini" tanya beliau lembut.
"Ana tidak tahu ustad" jawabku jujur. ya,, sampai sekarang aku gak tau apa motifnya bunda sama ayah memondokkanku, padahal dikeluargaku gak ada dari kalangan pesantren satupun.
"sebelumnya kami minta maaf karena tidak memberi tahu kan perihal perjodohan ini dari awal" ucap beliau membuatku syokk.
Kutatap ayah dengan pandangan bertanya. Tapi ayah membalas dengan pandangan teduhnya. Senyuman teduh yang mampu membuatku bungkam dengan segala keganjalan dihati dan otakku.
"Ana benar-benar tidak paham ustad" ucapku bingung.
"Nak Naira sudah ana khitbah untuk putra abah,kami melakukan ketika nak Naira masih duduk dikelas tsanawiyah" jelas beliau dengan tenang.
Dikhitbah? Apa gak salah? Umurku baru 16 tahun? Ya tuhan sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan?
" yahh,,, umur Naira baru 16 tahun, apa gak terlalu dini? " tanyaku pada ayah.
"gak sayang,,,kalian akan melaksanakan walimah secepatnya dan setelah itu kalian bisa melanjutkan pendidikan" ucap ayahku yang lebih-lebih membuatku membulatkan mataku.
OMG hello..........
Kalian bisa bayangkan saja, umur kalian baru 16 tahun, kalian dijodohkan, kalian dikhitbah secara diam-diam tanpa sepengetahuan kalian, yang terakhir kalian gak tau siapa calon suami kalian.
"Apa yang harus kulakukan ya allah " batinku resah dengan keadaan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN UNTIL JANNAH (SELESAI✅)
Novela JuvenilSebuah skenario kehidupan yang tidak pernah ternalar oleh otak manusia. Syukur, sabar dan ikhlas menjadi landasan utama mencapai kebahagiaan yang hakiki. Kisah ini, adalah cerminan dari perjuangan sang gadis penyembara hidup yang menyertakan Allah d...