Disaat kita merasa belum siap dengan scenario yang telah digariskan oleh Allah SWT, percayalah itu hanyalah partikel-partikel keraguan yang kita ciptakan sendiri. Yakinlah bahwa sesungguhnya kita sudah siap karena Allah adalah dzat yang maha mengetahui dan lebih mengetahui diri kita melebihi diri kita sendiri. Dan Allah tidak akan menguji hamba-Nya melebihi kapasitas hamba-Nya.
@Naira Mumtazatul Qolby
Banyak hal yang ingin aku tanyakan dan banyak hal yang ingin aku ketahui tentangnya. Jujur, mengetahui dan melihat langsung bahwa dia yang akan dijodohkan dengan aku membuat diri ini sedikit insecure dan merasa tidak pantas sama sekali bersanding dengan dia. Apalagi setelah mendengar berbagai macam kehebatan dan ke indahan peringai yang dia miliki. Apa dia mampu menerima segala kekurangan yang aku miliki?. Entahlah, hanya dengan memikirkanya saja membuat aku merasa gak sanggup.
"Gus Azam sebelumnya Naira ingin menyampaikan apa yang Naira rasakan," Ujar ku seraya melirik kearah gus Azam sekilas dan kembali menundukkan pandangan ku.
"aku bukanlah perempuan yang sempurna, aku hanyalah perempuan sederhana dengan segala kekurangan dan kelemahan yang aku miliki," ucapku lanjut seraya melihat ekspresi gus Azam. Gus azam hanya tersenyum teduh dan sesekali memperbaiki letak kaca mata yang dia gunakan.
"Apa gus bersedia menerima segala kekurangan yang aku miliki dan membimbing aku menjadi manusia yang bisa tetap melangkah dijalan Allah?" ucapku sungguh dan memberanikan diri menatap kedua matanya. Kulihat, dikedua bola mata itu ada kesungguhan, dan kedamaian yang mampu membalas tatapan penuh harapku menjadi sebuah keyakinan dalam lubuk hati.
"bismillah, ana siap menerima segala kekurangan dan berjanji akan membimbing dan bersama-sam melangkah dijalan yang diridhoi Allah SWT." ucapnya sungguh.
Dibalik niqob aku tersenyum, mensyukuri scenario indah yang telah Allah tuliskan untukku. sedikitpun tidak pernah terlintas dalam otakku, aku akan menghadapi situasi seperti ini. aku masih sangat dini untuk terjun kedunia asing ini, bisa dikatakan mentalku belum siap aku masih ingin menjalani hari-hari remajaku. Bercanda ria dengan sahabat, memilih universitas impian, dan masih banyak lagi pengalaman yang ingin aku coba. Satu pelajaran berharga yang bisa aku petik dari yang aku rasakan saat ini, mungkin secara pribadi aku merasa belum siap dengan segala hal akan aku laluikedepannya akan tetapi Allah berkehendak lain Allah maha mengetahui, mengetahui diriku lebih dari yang aku tahu. Allah telah menggariskan scenario hidupku yang artinya Allah tahu bahwa aku sangat siap dengan scenario yang telah Allah tuliskan.
.....
Ayah menggenggam tanganku erat seakan mengatakan bahwa ini adalah keputusan terbaik dan gus Azam adalah pilihan terbaik. Aku memperbaiki jilbab dan niqob yang aku kenakan.
"Maaf Ra," ucap gus Azam membuatku melirik kearahnya. Kulihat gus Azam seakan berat mengatakan apa yang ingin dia utarakan. Aku menatapnya bingung seraya menunggu apa yang ingin dia ucapkan. " sebelumnya apakah ana boleh melihat wajah Naira?" tanyanya membuatku kaget. Aku ragu dan sedikit deg-degan karena ini pertama kalinya setelah aku memutuskan untuk mengubah penampilanku.
" Ayah, ustad apakah boleh?" tanyaku meminta pendapat pada pendamping kami.
"Terserah Naira,, toh Azam ini dalam waktu dekat akan menjadi suamimu" ucap ayah, sedangkan mudir tersenyum mendengar pertanyaanku.
Bismillahirrohmanirrohim,,, akupun membuka niqob yang menutupi wajahku.
Azam's pov
Yassalam...di depanku ini adalah gadis yang sangat aku kagumi, gadis yang sebentar lagi akan menjadi makmumah disetiap sholatku dan menjadi ibu dari anak-anakku.
Sebelum melangkah lebih jauh, aku ingin melihat wajah calon istriku. Aku perhatikan dia malu ketika mendengar permintaan ku.
"ayah, ustad apakah boleh?" tanyanya meminta pendapat pada pendamping kami.
"Terserah Naira,, toh Azam ini akan menjadi suamimu dalam waktu dekat" ucap ayahnya sedangkan abah hanya tersenyum mendengar ucapannya.
Bismillahirrohmanirrohim,,, ucapnya membaca basmallah. Ku tundukkan pandangan ku dalam-dalam sambil menetralisirkan detak jantungku.
"Azam,, lihatlah rupa calon istrimu" ucap abah mengagetkanku.
Kutegakkan pandanganku dan,,,subhanallah,, aku benar-benar tak percaya dengan penglihatanku. Dia? Naira Mumtazatul Qolby calon istriku,gadis yang aku kagumi, begitu rupawan,gak ada kata-kata yang bisa menjabarkan kecantikannya. Aku tersihir oleh kecantikannya.
"Mas,,," panggilnya membuyarkan kekagumanku. Apa? Mas? Apakah aku gak salah dengar, beberapa menit yang lalu dia masih memanggilku dengan sebutan gus dan sekarang.... Ah, entahlah aku belum bisa menggambarkan keindahan bunga-bunga yang sedang bermekaran dalam hatiku.
"i,,, ya,," jawabku gagap, membuat semua yang duduk disini tersenyum kearahku.
"Naira boleh menutup kembalikan mas?" ucapnya meminta persetujuan dariku.
"Silahkan Ra,," ucapku akhirnya.
"baiklah,,sekarang kalian sudah saling mengenal, dua hari lagi kalian akan melangsungkan walimatul arsy" ucap abah tegas. Kulirik calon istriku,ku perhatikan dia begitu tenang dengan berita ini.
Ya Allah jadikanlah Naira mumtazatul qolby pendamping hidupku hingga maut memisahkan. do'aku dalam hati.
Naira's pov
Setelah melakukan pertemuan yang akan mengubah pola hidup, statusku dalam dua hari yang akan datang.Aku langsung pamit kepada ayah, abah dan mas Azam untuk kembali keasrama. Karena kuyakin semuanya sudah sangat jelas. Tadi, panggilan mas terucap begitu saja tanpa aku sadari. Aku sedikit malu dan merasa belum pantas memanggilnya dengan sebutan mas. Dan yang membuat aku semakin malu karena kekagetan dia ketika mendengar panggilan mas yang keluar dari lisanku.
.....
Walimatul Arsy
Seluruh santri sudah mengetahui kabar tentang pernikahanku, ekspresi mereka rata-rata seperti halnya ekspresiku pada awal mendengar kabar ini. terkejut dan tidak menyangka aku akan bersanding dengan idola mereka.
Sekarang disinilah aku, didalam kamar mas Azam, duduk menunggu ritual ijab qobul yang sedang dilakukan mas Azam dan ayah yang dihadiri oleh seluruh santri dan kerabat dekat, keluargaku dan keluarga mas Azam.
"Bun,,,Ra deg-degan banget" ucapku pada bunda seraya memperbaiki niqob yang menutupi wajahku.
"Tenang sayang,,, semuanya akan baik-baik saja kok" ucap bunda menenangkan.
Sah,,,,, sah,,, sah,,,,
Kudengar suara saksi mengucapkan kata sah.
" Ya Allah Alhamdulillah" batinku terharu.
Beberapa saat kemudian mas Rizky menghampiri kami.
"Ra,,, sekarang kamu seorang istri" ucap masku sambil memelukku bahagia.
"Do'akan Naira mas,, semoga Ra bisa menjadi istri yang sholehah" ucapku membalas pelukannya dengan erat.
Kamipun melangkah menuju tempat acara. Kulihat begitu banyak para undangan yang hadir dalam acara ini,, suara vokalis nasyid mengiringi langkahku.
Sesampai dihadapan mas Azam aku langsung duduk disampingnya, mencium punggung tangannya dan diapun mencium keningku disertakan dengan do'a yang dia panjatkan. Saking bahagianya kami lupa menyematkan cincin pernikahan dijari kami. Para undangan tertawa melihat kami yang masih malu-malu dengan status baru kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN UNTIL JANNAH (SELESAI✅)
Teen FictionSebuah skenario kehidupan yang tidak pernah ternalar oleh otak manusia. Syukur, sabar dan ikhlas menjadi landasan utama mencapai kebahagiaan yang hakiki. Kisah ini, adalah cerminan dari perjuangan sang gadis penyembara hidup yang menyertakan Allah d...