Misterius boy

17.9K 411 2
                                    





Happy Reading gaes...

Setelah dari ruang musik, aku langsung menuju asrama untuk beristirahat. Rasanya badanku akan remuk semua. Saat lelah seperti ini, hanya satu benda yang aku rindukan dan sangat aku butuhkan yaitu kasur. Rasanya aku ingin cepat sampai kamar dan berbaring nyaman diatas kasur. Ahkirnya. Aku membuka pintu kamarku pelan dan yang pertama kutemui adalah Iin yang sedang membaca novel sambil berbaring diatas kasus. Enak banget...

"Assalamu'alaikum" salamku seraya mendudukkan bokong ku diatas kursi belajar dan meletakkan tas yang sedari tadi aku bawa.

"wa'alaikumussalam," jawabnya dan mengalihkan tatapannya dari novel yang dia baca. " baru pulang neng? Kemana saja?" tanya Iin seraya duduk diatas kasur. Aku menghembuskan nafas lelah dan berbaring diatas kasur samping tempat Iin duduk. ku pejamkan mataku pelan dan kuresapi kenyamanan dan kedamaian. Ya Allah jangan engkau cabut rahmat-Mu dari hamba yang lemah ini. batinku.

Aku hanya memejamkan mata tapi tidak terlelap. Lima menit berlalu, aku tidak mendengar suara Iin. Mungkin dia bisa melihat kalau aku sedang sangat lelah dan belum bisa di ganggu. Syukurlah...

Aku membuka mataku pelan dan kulihat Iin sedang membaca novel yang tadi dia baca. Iin sangat serius dengan bacaannya sampai dia tidak nyadar kalau aku sedang memperhatikannya. Aku terkikik geli melihat berbagai ekspresi yang dia tunjukkan. Iin termasuk gadis yang sangat ekspresif. Dia tidak akan segan-segan mengemukakkan apa yang ada dalam pikirannya.

"Iin... " Panggilku pelan seraya menyenggol lengannya pelan. Iin menutup novelnya dan menatap kearahku kaget.

" eh, kirain tidur" ujarnya heran. Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.

" In.. kamu yakin aku bisa tampil kompetisi?" tanyaku mulai ragu dengan keputusan ku. Iin tersenyum meyakinkan mendengar ucapanku.

" kamu pasti bisa, kamu sangat pantas dan layak Ra. Dan yang pasti kamu harus mengalahkan kang Zamzam dari asrama putra barat" Ujar Iin menyemangati dan meyakinkanku. Wait, tadi dia bilang apa? Ngalahin? Ngalahin siapa? Zamzam? Kang Zamzam? Kok namanya seperti gak asih yah. Otakku mulai terpenuhi oleh nama yang berinisial Z.

Sebenarnya, aku sudah pernah mendengar nama yang di sebutkan Iin. Santri wati di kelas maupun di asrama sangat sering menyebut nama itu. Tapi aku heran aja, apa sih hebatnya dari sang pemilik nama.

"do'ain aja deh In" Ucapku akhirnya.

......

Hidup dua tahun dipondok, menjadikan aku pribadi yang berbeda seratus dua puluh derajat dari aku yang dulu. Tapi, aku sangat bahagia karena perubahanku ini lebih mengarah pada hal yang positif. Dulu, Aku yang selalu dilayani dua puluh empat jam sekarang harus mengurus keperluanku sendiri,dan al-hamdulillahnya, disini aku bisa menemukan dan mengasah bakat-bakat yang dulunya tidak aku sadari.

Aku selalu menghubungi bunda atau ayah dua minggu sekali. Kadang aku merasakan kerinduan yang sangat mendalam pada keluargaku , tapi aku sudah bertekad aku harus sukses dan bisa bertahan disini.aku masih ingat, ketika awal-awal masuk pesantren tiada hari tanpa menangis dan keinginan untuk pindah sekolah dan pulang. Lucunya, dulu aku sering menangis diam-diam dalam kamar mandi dan terkadang aku memasukkan kepalaku dalam lemari dan menangis dalam diam. Dan pada saat itu, salah satu orang yang datang mengulurkan tangan dan mengelus punggung menenangkanku adalah Nur Hurun In. Dia menjadi salah satu alasanku bertahan di penjara suci ini.

"Ra,,, ra,, Naira,,!" Astagfirullah.. ternyata aku sedari tadi melamun dan parahnya aku tidak menyadari kehadiran mbak Onik. Aku tersenyum canggung. Dan mbak Onik menggelengkan kepalanya maklum melihat tingkahku. Sebelumnya, Mbak onik ini kakak senior aku,dia adalah keponakan dari pimpinan pondok.

Awalnya aku pikir mbak Onik adalah sosok yang tertutup dan tidak suka bergaul dengan orang lain apalagi orang biasa seperti aku. Ternyata aku salah. Mbak Onik adalah sosok yang sangat penyayang dan pendengar yang baik. Kami sering kali bertukar cerita berbagai pengalaman yang kami alami. Aku sudah menganggap mbak Onik seperti bagian dalam keluarga ku. Terkadang, aku juga menceritakan masalah pribadiku dan begitu pula sebaliknya.

"Ente kenapa sih,, dari tadi ana perhatiin ngelamun terus!! " Tany mbak Onik serius. Akupun langsung menceritakan apa yang tersarang dalam otakku.

"Sebenarnya gak ada apa apa sih mbak, cuma ana lagi bingung aja gimana caranya biar ana bisa tampil maksimal!! " Ucapku. FYI, aku kalau ngomong selain dengan Iin menggunakan ana, ente atau ukhty.

mbak Onik menaikkan sebelah alisnya,pertanda dia gak setuju dengan apa yang baru saja aku ucapkan.

Aneh ya. Batinku bertanya.

"Ra,, denger mbak ya,, Ra,, gak usah takut akan hal itu, yang penting Ra udah berusaha dan mengeluarkan semua kemampuan terbaik yang Ra miliki,,!!" Ucapnya seraya mengelus kepalaku dan memperbaiki letak niqob yang ku kenakan.

Ya,, begitulah mbakku yang satu ini.

"Hmm,, by the way,, kompetisinya kapan mbak?" Tanyaku penasaran. Pasalnya aku sama sekali gak tahu kapan kompetisi itu di laksanakan. Mbak Onik menatapku bingung dan...

"Ra.. sekarang sudah H-3" Ucap mbak Onik berusaha setenang mungkin dan ketenangan mbak Onik cukup membuat aku kaget.

"Oh my god,, seriusan mbak? " tanyaku gak percaya. Makin pusing deh kepala aku gaes..

Bayangkan saja aku sudah lama banget gak nyanyi ataupun nyentuh alat musik, lah ini acaranya sudah H-3, H-3 hari guys? Bukan 3 bulan!! Apa aku bisa? Belum lagi saingan aku orang yang sudah berpengalaman semua.

"Kamu bisa ra,,!! "Ucap mbak onik menyemangatiku.

Aku menatap manik mata mbak Onik,, ada harapan disana,ada pancaran kelembutan disana.

Makasih tuhan sudah ngirimin orang Sebaik dia padaku. batinku

"Ya mbak doakan naira!!" ucapku tersenyum memeluknya erat.

Hari Yang Menggetarkan

Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh seluruh santri karena hari ini akan ada penampilan- penampilan yang sangat ditunggu- tunggu. Aku memasuki aula ,kulihat ada empat peserta yang mengukuti kompetisi ini. Dua dari asrama putra barat dan dua dari asrama putri timur termasuk aku.

Kulihat pesertanya rata2 menggunakan tuxedo dan kemeja sedangkan yang putri menggunakan gamis dan jilbab putih. Untuk acara ini, aku sengaja menggunakan gamis biru yang dipadukan dengan jilbab putih dan satu lagi niqob putih yang sudah menutupi wajahku. Sekarang hanya kedua mataku yang terlihat dan aku sangat nyaman dengan style ku yang sekarang.

Cek Cek Cek,,,

Suara protokol terdengar diseluruh sudut ruangan.kuperhatikan antusias para santi yang ingin melihat penampilan kami,, kuarahkan pandanganku ditempat mbak Onik dan Iin berada,, kulihat ada pancaran kedamaian dimata mereka,yang membuatku semakin semangat dan yakin dengan apa yang harus aku lakukan.

Bantu Naira tuhan. Batinku.

Ustad yang menjadi master of ceremony memanggil seluruh para peserta termasuk aku untuk mengambil nomor antrian tampil. Akupun menaiki stage,dan ini adalah pertama kalinya aku menaiki stage dengan penampilan baruku (dengan niqobku)

Aku gak berani memandang peserta lainnya,, tapi sekilas kulihat salah satu diantara peserta putra ada yang memakai kacamata.

"Udahlah gak penting juga! " Batinku dalam hati.

Gak sampai dua menit kami melakukan pencabutan nomor urut tampil ,,akupun membuka kertas kecil yang ada ditanganku.. Dan ternyata,,,,,,

Oh my god,,, nomor urut 2? Aduh ini gak salah?? .


13 september 2021

TEMAN UNTIL JANNAH (SELESAI✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang