Aku tidak pernah tinggal di kafe itu, karena kini aku hanya mengetuk pintunya dan kau tidak membiarkanku masuk ke dalamnya.
***
Pagi buta aku kembali ke rumah setelah menjalani tugas dari Bos Besar ke Tanjung Pinang. Mobilku masuk pelataran rumahku yang besar. Sangat jelas teringat bagaimana Ulin memandang penuh takjub rumahku yang besar itu dan bagaimana dia bertanya kenapa aku membangun rumah yang begitu besar jika aku tinggal sendiri. Entahlah. Aku memimpikan rumah dengan kolam renang yang luas sejak kecil, untuk itulah aku bekerja sejak muda dan saat itu lah aku bertemu Ulin. Rumah bagiku sangat berarti. Aku lelah tidur di kolong jembatan maupun emperan toko. Aku banyak berkelahi dengan anak jalanan lain, untuk itulah akhirnya aku bekerja sebagai bodyguard. Pekerjaan ini justru lebih baik, dibandingkan ketika aku gemar mencuri dompet di kereta bawah tanah. Aku gemar berkelahi dan dibayar untuk itu. Bertahun-tahun aku bekerja untuk dipukul maupun menembak, bukankah aneh?
Tapi, justru bagiku yang aneh adalah ketika kau dibayar untuk ditiduri oleh pria lain dan itu terjadi bagi Riani. Wanita yang 1 minggu yang lalu aku tiduri. Tapi, aku tidak benar-benar menidurinya karena entah... aku merasa wanita seperti dia berbeda. Dia meminta untuk patah hati denganku. Bukankah lucu? Aku tidak benar-benar minat melukai wanita manapun, namun, dia memintaku untuk mematahkan hatinya. Aku tidur dengannya, tapi, malam itu, aku hanya membelakanginya dan tidak berkata-kata apapun semalaman. Paginya pakaianku masih utuh, memo darinya di dekat lampu tidur, dan juga kopi Arabika di meja. Aku cepat-cepat pergi untuk mengejar flight pagi dan 1 minggu itu aku tidak ingat dengannya.
Namun, pagi itu berbeda. Aku membuka pintu rumah, naik ke kamarku untuk meletakkan tasku, melonggarkan dasiku, menuju ke dapur untuk mengambil bir kalengan ketika ku dengar suara nyanyian dari arah dapur. Aku membuka pintu dapur ketika ku lihat sosoknya bersenandung di depan kompor. Aku tertegun, kembali menutup pintu dapur. Menghirup napas, dan bertanya-tanya apakah ini benar? Apakah Riani masih ada di rumah ini? Apakah dia tidak pulang? Pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan sampai suaranya menggema dari balik pintu.
"Mas?" Panggilnya dari balik dapur. Aku mematung. Itu memang benar suaranya.
Pintu dapur terbuka dan aku menatapnya dari atas ke bawah. Dia hanya memakai kaus yang kebesaran menyentuh paha tanpa celana.
"Lho kamu sudah pulang?" tanyanya sambil tersenyum. "Kebetulan sarapannya sudah siap. Makan yuk," katanya sambil melewatiku dengan piring di tangannya. Ia berjalan ke meja makan. "Bagaimana perjalanannya? Pasti capek ya?"
Aku hanya terdiam. Oke, Al, kamu hanya perlu bersikap normal dan mengusirnya. Mudah bukan?
"Ng..."
Namun, tangannya sudah meraih tanganku dan mempersilakanku untuk duduk. Ini pertama kalinya aku sarapan di rumah, dengan wanita asing yang memintaku mematahkan hatinya. Mengusirnya sepertinya tidak mudah.
Ia mengambil piringku dan mengambilkan nasi untukku. "Segini?" aku tidak menjawab dan ia pun tersenyum. Riani beralih mengambilkan lauk di piringku namun aku hanya tertegun memandangnya. Aku beralih memandang piringku dan hampir menyendokkan makananku ke mulutku namun tak jadi. Sendok dan piringku berdenting ketika aku meletakkannya. Riani menengok menatapku heran.
"Kenapa kamu di sini?" tanyaku datar.
Riani menghela napas. "Kamu menyuruh saya tetap di sini," jawabnya singkat dan masih menyendokkan makanannya di mulutnya.
"Apa?"
Dia tersenyum lagi. "Kau tidak berusaha menyentuh tubuh saya, kau membelakangi saya saat tidur, tapi, justru kamu menahan tangan saya saat subuh dan bilang begini 'jangan pergi'," Riani berdecak. "Kamu benar-benar merepotkan saya, tapi, sudah saya bilang untuk memintamu mematahkan hati saya. Jadi, saya akan melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior Doctor
ChickLitUlinda, dokter spesialis bedah syaraf akhirnya bertemu dengan dokter Ari, seorang dokter spesialis anak di bangsal anak-anak rumah sakit saat mereka internship. Mereka bertemu dengan masa lalu mereka di rumah panti tua sejak mereka masih kecil. Ulin...