Part 2 (Perasaan tak terdefinisi)

3K 93 2
                                    

Natha sedang berada didalam perpustakaan, Jika tujuan Natah memasuki perpustakaan untuk belajar dan membaca buku, jawabannya salah! Melainkan hanya sekedar mengintip seseorang di ujung sana yang tengah membaca buku semacam novel eh ... entahlah ... buku itu terlalu samar di penglihatannya. dengan earphone yang tertancap di telinganya.

Nikmat tuhan mana yang kamu dustakan Natha?

Dalam hati Natha tidak pernah berhenti memuji ketampanan cowok tersebut.

Satu jam telah berlalu namun Natha tidak menemukan rasa bosan jika dihadapkan oleh ciptaan Tuhan yang begitu sempurna dimatanya sampai rasa kantuk mulai menghampirinya dan tidak lama kemudian ia telah berada dalam alam mimpinya.

"Dek bangun." Seseorang tengah berusaha membangunkan Natha.
Tetapi masih tidak ada respon dari cewek itu.

"DEK BANGUN!"

"Eh ... iya ada apa?" Natha langsung terpelonjat kaget ketika suara keras meneriaki telinganya.

"Kamu ketiduran. Perpus sudah mau tutup dan ini sudah waktunya jam pulang." Sang penjaga perpus menjelaskan.

"Apa?" Natha langsung melihat ke arah ujung dimana sang pujaan hatinya berada, tapi kosong.

Tidak ada siswa satu pun disana kecuali dirinya.

Lagi-lagi Natha kehilangan jejak cowok idamannya itu, ia selalu bertanya pada dirinya sendiri, kenapa setiap ia ingin mencari keberadaan cowok tersebut sangat sulit bagi Natha untuk menemukannya. Namun ketika Natha tidak mencarinya, tiba-tiba ia dipertemukan oleh cowok tersebut tanpa kesengajaan. Itupun dengan cara bisa dibilang tidak tepat.

Bagaimana tidak? Bahkan pertemuan pertama ketika dirinya tengah berdebat dengan penjual kantin, tiba-tiba cowok tersebut berada di sampingnya. Dan sekarang di sini, di perpustakaan. Awalnya Natha tidak mempunyai minat untuk memasuki apa yang namanya perpustakaan, namun hanya satu faktor yang mampu mendorong dirinya untuk masuk ke dalam perpustakaan yaitu karena sebuah hukuman.

Iya! Natha kerap sekali mendapat hukuman dari sang guru mulai dari membersihkan kamar mandi, berlari mengelilingi lapangan, dan sekarang membersihkan serta menata buku yang berserakan di perpustakaan.

Lalu apa gunanya penjaga perpustakaan jika dirinya selalu terlambat sekolah?
Jika dipikir-pikir, ia lebih cocok menjadi asisten pengurus sekolah. Buktinya ia jauh lebih ahli dalam membersihkan sekolah daripada pelajaran sekolah.

Tapi rasa emosi yang meluap di otaknya menjadi reda seketika, seperti percikan api yang diguyur oleh air sepuluh ember. Ketika ia dipertemukan oleh ciptaan Tuhan yang membuat hatinya terpikat dalam waktu kurang lebih satu detik, siapa lagi jika bukan cowok yang Natha temui di kantin kemarin.

Natha segera keluar dari perpustakaan, ia mencoba untuk mencari keberadaan cowok tersebut.
Namun hasilnya nihil. Ia sudah terlambat, mungkin saja cowok tersebut sudah pulang dari sekolah.

Satu pertanyaan terlintas di otaknya begitu saja. Siapa namanya? Detik itu juga Natha mulai berusaha untuk mencari nama dari cowok tersebut.

***

Natha tengah berada didalam kamarnya, ia bergelut dengan sejuta rasa yang bergejolak didalam tubuhnya. Ia tidak tau perasaan apa yang telah tumbuh di dalam hatinya, apakah ia suka atau bahkan cinta?

Namun ia mencoba untuk menepis jauh-jauh rasa itu, bahkan ia tidak sadar mengucap pada Lola tentang pengungkapan soal cinta waktu itu.

Sekali lagi Natha benar-benar ingin membunuh hatinya. Ia sadar perasaan itu salah. ia tidak mungkin mencintai seseorang dengan mudah.
Apalagi mencintai seseorang hanya bermodalkan tampan dan secuil perhatian. Itu bukanlah alasan seseorang untuk jatuh cinta. Ia hanya sekedar mengagumi. kagum akan rupa menawanya. Dan itupun adalah sifat yang wajar untuk anak berusia remaja seperti Natha.

Aztha (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang