Part 11 (Sebuah kecurigaan)

1.2K 44 1
                                    

"Apakah terlalu jahat? Dia peduli padaku tapi aku justru mempedulikan orang lain."

***

Di tempat pemakaman Lola, air mata Natha tidak pernah berhenti mengalir dipelupuk pipi, ia benar-benar menyesal, ia telah gagal menjadi sahabat yang baik, bahkan ia belum sempat mendapat maaf dari mantan sahabatnya itu.

Semua orang pergi meninggalkan pemakaman satu per-satu bahkan kedua orang tua Lola sudah pergi dari area tersebut tinggalah dua orang yang masih setia disana.

"Nat, ayo pergi, lo harus relain Lola pergi dialam sana."

"Nggak, ini salah aku, andai aku nggak ketemu Kak Devan waktu itu mungkin nggak ada kesalah pahaman disana, dan andai aku bisa menghindar dari kakak mungkin Lola sekarang masih hidup dan tidak sakit hati yang sekarang membuatnya bunuh diri."

Alga memeluk tubuh Natha, ia baru tau jika Lola mempunyai perasaan padanya padahal tujuannya mendekati Lola adalah untuk membuat Natha lebih dekat dengannya tapi malah menjadi berantakan seperti ini.

"Gue minta maaf jika cara ini salah, gue nggak tau kalau Lola punya perasaan ke gue, mungkin gara-gara sikap gue yang berlebihan bisa buat Lola kebaperan, jadi gue minta maaf Nat."

"Kak Alga lepasin, aku maafin kakak kok, tapi tolong kakak bisa jauhin aku demi Lola, kan? Lola pasti bahagia diatas sana jika kakak jauhin aku."
Natha melepas pelukan Alga dengan tangis sesenggukan.

"Nat, Lola itu sudah pergi, dia nggak akan peduli lagi sama kita, dunianya dan kita itu udah beda."

"Tapi gara-gara melihat kita dia jadi meninggal."

"Dia meninggal bukan gara-gara kita, melainkan sudah takdir, waktu pertama kali Lola tidak sengaja melihat kita ngobrol sikapnya biasa saja, justru hari besoknya ia kembali tersenyum, dan kejadian kemarin tidak jauh beda dengan kejadian waktu itu, hanya saja mungkin Tuhan sudah menuliskan takdir untuk Lola."

"Mungkin saking sakit hatinya, Lola memilih untuk mengambil jalan ini, tidak! ini bukan takdirnya, hanya saja ia mengekang takdir karena ulah kita." Natha kembali menangis dengan hebatnya.

"Udah, Lo jangan nangis, nggak ada gunanya, Lola udah pergi." Alga mengusap air mata Natha dengan perlahan.

"Tap--"

"Udah ayo pulang, udah mendung, bentar lagi hujan turun." Alga membantu Natha untuk berdiri dan pergi meninggalkan tempat pemakaman tersebut.

***

Natha menghampiri Devan yang tengah duduk di depan kelasnya dengan mata sembam.

"Kak Devan yang sabar ya, aku juga sedih atas kepergian Lola yang begitu cepat." Natha menatap Devan dengan mata berkaca-kaca.

"Ini semua gara-gara lo, andai lo mau diajak kerja sama, pasti gue nggak akan kayak gini." Pandangan Devan menatap lurus kedepan tanpa minat melihat Natha yang berada disampingnya.

"Maaf jika aku membuat kakak sedih kayak gini, mungkin aku mau di ajak kerja sama dengan kakak jika itu bisa membuat Lola bahagia, tapi tidak dengan cara aku pacaran sama kak Alga, itu salah besar."

Devan diam mematung tanpa ekspresi ketika Natha menghentikan perkataannya sejenak, kemudian ia kembali melanjutkan perkataannya.

"Kak dengerin aku, Lola bunuh diri itu karena kak Alga dan aku tidak sengaja ngobrol berdua, padahal hanya ngobrol biasa, mungkin akan lebih parah jika aku dan kak Alga itu pacaran, aku tau Lola itu cinta sama kak Alga, dan maaf jika perkataanku membuat kakak cemburu, tapi memang itu kenyataannya."

Aztha (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang