Part 18 (Khawatir)

1.2K 47 0
                                    

"Ketika kita mengkhawatirkan nya justru dia malah mengkhawatirkan orang lain, terkadang takdir sekejam itu."

***

Pagi-pagi buta. Natha telah selesai membersihkan rumah. Sekarang ia lagi mempersiapkan sarapan pagi untuk kedua majikannya. Lyli dan sang tante, iya! Kepulangan sang tante kemarin malam membuat dirinya kembali merasa betapa malangnya menjadi seorang pembantu.

Selesai mengerjakan semua tugas rumah, Natha langsung membersihkan badannya untuk berangkat ke sekolah, Natha yang dulu berbeda dengan Natha yang sekarang, jika dulu ia sering terlambat hanya karna faktor pekerjaan rumah, namun sekarang ia harus jauh lebih dewasa menghadapi situasi yang ada.

***

"Pak berhenti!" seru Natha pada sang supir angkot langganannya.

"Kok berhenti disini neng, ini kan belum sampai depan sekolah neng,"
ucap sang supir heran.

"Saya cuma punya uang segini, emang bapak mau saya bayar segini tapi nganterin sampai depan sekolah saya?"

Sang supir melihat kearah uang yang Natha tunjukkan.

"Dua ribu neng?"

Natha menganggukkan kepalanya ringan.

"Terus kenapa neng naik angkot kalau cuma punya dua ribu."

"Ya abis mau buat apa pak, mending buat naik angkot, kan lumayan tidak begitu capek jalan kaki."

"Yaudah khusus hari ini bapak akan antar neng sampai depan sekolah."

Natha menatap sang supir dengan mata berbinar. "Beneran pak?"

"Iya, karena neng kan langganan saya, meski neng selalu hutang."

"Tapi kan saya selalu bayar hutangnya."

"Iya." Memang benar, meskipun Natha kerap sekali hutang pada sang supir angkot, ia tidak pernah sekali-kali lupa pada hutangnya itu.

"Tapi kali ini gratis kan."

"Iya saya akan antar neng gratis sampai depan sekolah."

Natha tersenyum bahagia, ia pun kembali memasukkan uang dua ribu nya kedalam saku.

"Yang dua ribu mana neng."

"Lah katanya tadi gratis."

"Maksud saya yang gratis itu kurangannya, kalo neng punya dua ribu ya harus bayar dua ribu."

Natha mengambil uang dua ribunya dan menyodorkan pada sang supir dengan hati yang sedikit terpaksa.

***

"Terimakasih pak," ucap Natha pada sang supir setelah sampai didepan gerbang sekolah.

"Sama-sama neng," balas sang supir ramah.

Natha memasuki gerbang dengan nafas lega, akhirnya ia bisa berangkat sekolah dengan tidak terlambat. pasca kepulangan sang tante membuatnya trauma, ia takut jika masih mengulangi kebiasaanya di waktu lalu yaitu sering terlambat.

Langkah Natha terhenti ketika melihat ada kerumunan di lobi sekolah. Ia penasaran apa yang sedang terjadi disana?

Tapi tetap pada pendiriannya, Natha tidak begitu tertarik tentang keributan atau kerumunan apalah yang intinya tidak melibatkan dirinya, karena dia bukan tergolong cewek yang kepo tingkat nasional.

Setelah memasuki kelas, Nathapun mendudukkan diri di bangkunya dan mulai mengambil ponsel di dalam tasnya lalu ia mulai membuka akun Instagram nya, tujuannya hanya satu yaitu stalking akun Azka.

Aztha (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang