Part 37 (Menjauh)

1.2K 45 1
                                    

"Tak masalah kamu membenciku, jika ini demi keselamatanmu."

***

Seorang cowok tengah menatap arah kelilingnya dengan teliti, hanya ingin memastikan jika tidak ada siapapun di sekitarnya.

Perlahan ia membuka ranselnya. Mengambil sebuah kotak makanan bewarna merah. Tanpa sadar bibirnya mulai terangkat, menampakkan senyuman manis yang jarang sekali ia tampakkan pada siapapun.

"Azka!"

Cowok itu segera kembali memasukkan kotak merah berisi makanan tersebut kedalam ranselnya, saat ada seseorang memanggil namanya.

"Ada apa?" tanya Azka ketika cowok yang memanggilnya tadi telah duduk disebelahnya.

"Gue butuh bantuan lo, nih."

Azka mengangkat sebelah Alisnya.

"Please." cowok itu memelas pada Azka.

"Gue bantu selagi gue bisa."

"Cakep, gue pingin tau seberapa deket lo sama Caca."

"Caca?"

"He.em, karena setiap kali gue perhatiin kalian selalu deket."

"Biasa aja, dia ketemu gue karena butuh bantuan."

"Beneran? Kalian nggak ada hubungan special, kan?" Sekali lagi Cowok bernama Gara itu kembali meyakinkan ucapan Azka.

Azka menggeleng santai, "kenapa? Lo suka sama dia?"

Gara menajamkan tatapannya kearah Azka sejenak.

Buset, suka bener kalo ngomong. Batin Gara.

"Nggak, gue cuma heran aja, setelah lo embat Natha gue pikir lo embat Caca juga."

Azka menatap Gara datar. Entah apa yang ada dipikiran temannya itu. Gara kembali menanyakan sesuatu.

"Lo tau alamatnya Caca nggak?" tanya Gara ragu.

"Ngapain?"

"Ngapain?" Gara mengulang ucapan Azka, merasa bingung dengan maksud perkataan tersebut.

"Ngapain lo minta alamatnya?"

Gara berusaha sabar, ia tidak pernah menyangka jika bertanya pada sahabatnya itu harus menjelaskan secara detile dulu.

"Ck, ya buat ..."

Gara menjeda ucapannya sejenak.

"Intinya gue ada urusan sama dia."

"Kenapa lo nggak minta ke dia langsung, kalo penting urusannya pasti dikasih."

"Urusannya nggak begitu penting sih."

"Yaudah nggak usah minta alamatnya."

"Tapi bagi gue penting."

"Barusan lo ngomong nggak penting."

Gara menggaruk kepalanya frustasi.

"Tega lo. Masa sama sahabat sendiri nggak mau bantu." Gara mengubah ekspresinya cemberut, berharap cowok disampingnya itu mau memberi apa yang ia minta, namun bukan tatapan terharu melainkan Azka malah jijik melihatnya.

"Tujuan lo nggak jelas, jadi gue nggak mau ngasih alamat orang sembarangan."

"Oke. gue ngaku kalo gue suka sama dia. jelas kan?!" Gara terpaksa mengakui perasaannya didepan Azka, sebenarnya ia tidak ingin orang tau tentang perasaannya itu, tapi demi sebuah informasi yang jelas Gara terpaksa mengungkapkan perasaannya.

Aztha (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang