Part 32 (Terungakap)

984 37 0
                                    

"Jika ujung-ujungnya salah paham, aku semakin takut untuk percaya pada semuanya."

***

Seperti biasanya, Natha selalu saja terlambat ketika memasuki sekolah, entah sampai kapan anak itu bisa mengubah kebiasaan buruknya.     
Ia tau resiko terlambat sekolah yakni tidak diizinkan memasuki kelas atau tidak harus berurusan dengan guru bp terlebih dahulu, namun jika murid itu bernama Natha, sebisa mungkin ia harus menghindari segala resiko itu.

"Aduh pake ditutup segala." Natha merutuki nasibnya sambil memegang gerbang yang telah ditutup rapat.

Mau tidak mau ia memilih jalan rahasia untuk memasuki sekolah, jalan rahasia yang dimaksud ialah memanjat benteng belakang sekolah yang tidak begitu tinggi namun ia selalu menahan rasa sakit karena tubuhnya diharuskan membentur tanah terlebih dahulu setelah memanjat dinding benteng itu.

Natha menengok kearah sekitar sebelum ia memajat benteng tersebut, tanpa rasa takut sedikitpun ia menjatuhkan dirinya untuk memasuki halaman, hari-hari sebelumnya tidak begitu membahayakan namun entah kenapa hari ini ia mendapat kesialan, ketika ia menjatuhkan dirinya, tangannya tidak sengaja menancap pada paku yang tengah berdiri kokoh ditanah.

Alhasil darah keluar bercucuran dari tangannya ditambah paku yang menancap di tangannya itu sudah berkarat dan lumayan besar.

Dengan sangat berhati-hati ia mencabut paku tersebut dengan perlahan sambil menahan rasa sakit yang menjalar ditangannya.

Setelah paku tersebut berhasil tercabut, Natha langsung membuangnya ditambah darah yang keluar semakin banyak, ia langsung lari kearah uks sambil menutup area yang terluka.

Ditengah perjalanan menuju uks ia tidak sengaja menabrak seseorang alhasil ia terpental diatas lantai.

Natha meringis kesakitan, matanya mulai buram, ia menengok kearah orang yang ia tabrak, orang itu seperti tengah melihatnya dengan rasa cemas dan khawatir, detik itu juga Natha tidak bisa melihat semuannya.

***

Natha membuka matanya perlahan setelah ia mengalami pingsan sesaat, ia melihat tubuhnya sedang berbaring diatas brankar diuks, dan ia melihat tangannya sudah diobati dan diperban dengan rapi.

Tiba-tiba seseorang datang dengan membawa seragam atasan putih yang berada ditangannya.

"Lo udah sadar?" Suara cowok berkaos olahraga warna merah perpaduan dengan hitam serta celana trining yang dikenakannya, mampu mengejutkan Natha.

"Kak Azka yang nolong saya tadi?"

Azka menganggukkan kepalanya santai, ia langsung menutup ponselnya dan memasukkanya kedalam saku, cowok itu langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Natha dengan langkah santai.

"Kenapa lo bisa luka kayak gitu?"

Natha langsung mengubah posisi baringnya menjadi duduk.

"T-tadi nggak sengaja ketancap paku dihalaman belakang."

"Ngapain lo kesana? Disana itu bahaya, banyak benda tajam."

"Ya saya nggak tau."

Natha baru sadar, jika Azka itu bukan cowok baik-baik, sungguh ia sangat khawatir apakah cowok disampingnya ini telah melakukan hal macam-macam padanya ketika ia tidak sadarkan diri?

"Lo kenapa?" Azka yang menyadari reaksi Natha yang terlihat aneh, langsung bertanya.

"Kakak udah lakuin apa aja selama saya pingsan tadi?" Natha menatap Azka dengan rasa takut serta cemas.

Aztha (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang