Part 19 (Sakit yang Luar Biasa)

1.3K 49 0
                                    

"Lebih baik merasakan luka fisik yang merenggut nyawa daripada merasakan luka hati yang masih bernyawa."

***

Azka membuka matanya perlahan, bayangannya masih kabur, akibat efek obat bius yang diberikan oleh dokter padanya.

"Kamu sudah sadar?" tanya seorang paruh baya yang menatapnya dengan mata sembam.

"Bunda? Bunda kok ada di sini?" Azka mengernyitkan alisnya.

"Iya, tadi ada satu temenmu yang memberi kabar pada bunda kalau kamu di rumah sakit, menggunakan ponsel kamu ini," Sang bunda memperlihatkan ponsel Azka pada pemiliknya.

"Temenku yang mana?"

"Ada tadi cewek. dia manis sekali, bunda pikir pacar kamu, tapi katanya cuma temen."

Azka baru ingat, tadi ketika ia tengah ditusuk oleh salah satu perampok itu, ada seseorang yang intinya memanggil polisi, dan ia melihat bayangan Natha sedang menatapnya dengan khawatir.

"Maksud bunda ... Natha?" tanya Azka sedikit ragu.

"Nggak tau, soalnya tadi bunda mau tanya namanya, eh dia malah buru-buru pergi, katanya kalau dia tidak tepat waktu pulang sekolah, pasti dia akan... Binasa gitu, emang sekejam itu ya orangtuanya?"

Azka mengingat-ingat kejadian tadi, ia tidak pernah menyangka, Natha senekad itu, jujur seumur hidupnya ia tak pernah menjumpai cewek seceroboh dan seaneh itu.

Azka harus berterimakasih pada Natha, berkat cewek aneh itu ia bisa terselamatkan, jika bukan karena Natha, mungkin mayatnya sudah dibuang oleh perampok sialan itu.

***

"Natha, kan?" Natha menoleh, ketika seseorang tengah menepuk bahunya.

Natha langsung tercengang, ia tidak bisa berkutik apa-apa, tubuhnya serasa seperti batu bahkan bibirnya terasa terkunci dengan sendirinya.

"Makasih udah bantu gue," ucap Azka langsung ke inti.

"Kak tolong cubit pipi saya, ini nggak mimpi kan?" ucap Natha sambil menatap cowok didepannya itu tanpa berkedip.

"Lebay banget."

"Soalny dari sekian banyaknya mimpi saya sama kakak, hanya ini yang terlihat sangat nyata."

Azka tidak menggubris celotehan Natha, ia membalikkan badannya untuk melangkah menjauh, intinya ia sudah meminta maaf pada cewek tersebut.

"Eh, kak tunggu!"

"Apa?" tanya Azka tetap menjalankan kakinya.

"Dua hari kakak nggak masuk sekolah, saya kangen tau."

Azka meng geleng-gelengkan kepalanya malas. Pasalnya cewek disampingnya ini selain gila dia juga terlalu kebanyakan nonton FTV.

"Kak saya boleh nanya nggak?"

"Apa?"

"Nanti saya datang ke rumah kakak boleh?"

Azka mendadak menghentikan langkahnya, Nathapun ikut menghentikan langkahnya.

"Ngapain?"

"Iya saya mau dekat sama kakak, saya tau kok alamat rumah kakak, tante dirumah sakit itu sangat baik sekali sama saya, dia nawarin saya minta sesuatu, ketika saya minta alamat rumah kakak eh ... malah dikasih."

Azka benar-benar jengah dengan sikap Natha yang sangat aneh menurutnya, ditambah sang bunda yang sangat mudah memberi cewek disampingnya itu alamat dimana ia tinggal.

Aztha (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang