#Typo everywhere
Happy reading❤
Pagi ini aku sudah bersiap-siap untuk menyaksikan pertandingan rekan sesama atlet yang akan turun lapangan.
Aku berjalan santai untuk menuju gelanggang yang saat ini digunakan untuk bertanding.
Aku memang tidak bersama rombongan atlet, karena aku ingin sedikit menikmati suasana kota paris dengan berjalan kaki.
Aku menoleh ke kiri dan kanan namun disini aku tidak menemukan satu pun orang yang aku kenal, aku melanjutkan langkahku menuju gelanggang.
*Tinnn....Tinnn* aku menengok kekiri dan mendapati taksi yang berhenti tepat disampingku.
Beberapa detik kemudian kaca penumpang belakang terbuka dan menampilkan wajah rian yang tersenyum ke arahku.
"Mau kemana? Kok sendiri?"
"Mau ke gelanggang"
"Barengan aja yuk" ajaknya
Aku hanya diam dan detik berikutnya menggeleng "Nggak usah, gue jalan kaki aja" ucapku dan siap melangkahkan kakiku
Dengan gerakan cepat rian turun dari taksi tersebut, dan menarik paksa ku agar mau ikut naik taksi bersamanya.
"Ehh pelan pelan woy" sebalku
"Maaf, udah sana masuk" dia mendorong pundakku agar masuk kedalam taksi
Dengan berat hati aku akhirnya masuk kedalam taksi, gagal sudah wacana ku yang akan menikmati suasana kota paris dengan berjalan kaki.
"Ini nanti biar gue yang bayar. Gue nggak mau ya dibayarin trus habis itu dikatain" sarkasku dengan ekspresi datar
"Hehehe masih ngambek soal tadi malem? Maaf deh, kan bercanda doank" ujarnya mengacak rambutku pelan
"Nggak juga, pokoknya ntar gue yang bayar. Atau kalau nggak kita patungan" tegasku menatapnya tajam
Dia hanya mengehembuskan nafas pasrah, "iya nanti patungan, daripada kamu marah lagi. Kita kan baru dekat 4 hari, masa iya mau jauhan lagi" lesunya
Aku hanya mengedikan bahu acuh, tidak ingin menimpali ucapannya. Karena apa? Itu sama saja akan membahas hal yang telah lalu mengenai sikapku yang menjauhinya semasa aku baru dipelatnas.
Taksi yang kita tumpangi berhenti tepat didepan gelanggang. Sopir taksi di Paris dengan di Indonesia sangat berbeda, jika di Indonesia kita membuka pintu sendiri untuk turun maka lain halnya di Paris, disini sebelum kita turun sopir taksi akan turun lebih dahulu untuk membukakan pintu untuk kita.
Saat sopir taksi akan turun dan membukakan pintu untukku, rian terburu-buru untuk mencegahnya.
"Stop sir, you just sit down. And let me replace your assignment for her" dengan cepat rian turun dan membukakan pintu untukku.
"Silahkan nona Ghanilia calon masa depan" dengan gaya tengil yang didapat dari kevin sepertinya, dia membungkukan badannya memberi ku hormat.
Aku turun dan memasang ekspresi datar "Inget, MANTAN!! Nggak usah ngarep" ucapku meninggalkannya untuk masuk kedalam gelanggang.
Sebelum sepenuhnya masuk aku menghampirinya lagi, "Duhh iya, ini uangnya buat bayar taksi" aku menyerahkan beberapa uang dari kantong celanaku.
"Nggak usah! Anggep aja aku lagi belajar memberi nafkah untuk kamu. Uang itu simpen aja, buat kebutuhan masa depan"
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Ex)Boyfriend [Rian Ardianto]
Fanfic[COMPLETE] You read my story? You only need to vote!! "Memaafkan memang perkara mudah, tapi menyembuhkan hati yang patah bukanlah hal yang mudah." - Ghanilia Vionika Maulana Let's halu with me guyss❤