Happy reading❤
Pukul 21:00 wib, Lisya baru pulang dari toko kue mamanya, karena jalanan malam ini cukup macet. Sementara Anita, wanita itu masih ada urusan sebentar sehingga Lisya memutuskan untuk pulang duluan.
"Astagfirullah" pekik Lisya kaget, tampak dari kejauhan ada orang yang jatuh dari motornya.
Lisya pun berlari menghampiri orang tersebut.
"mas, mas gak apa-apa?" Lisya membantu orang itu berdiri.
" ngga papa kok," kata orang itu setelah melepaskan helmnya.
"syukur deh kalau gitu."
"makasih udah bantuin. Kenalin gue Devan," ucap orang itu memperkenalkan dirinya.
"Lisya," balas Lisya memperkenalkan diri.
" lo mau kemana malam-malam gini?" tanya Devan.
" pulang."
"mau gue anter," tawarnya.
"ngak usah, udah deket kok," tolak Lisya halus.
"gak apa, anggep aja tanda terimakasih, gak baik cewek pulang malem-malem sendirian," bujuk Devan.
" ee... Tapi...?"
" ngga usah takut, gue orang baik kok."
" oh...oke deh kalau gitu," balas Lisya setuju.
Lisya segera naik ke motor Devan, dan mereka segera beranjak menuju rumah Lisya.
"makasih ya Dev, udah nganterin," ucap Lisya saat sudah sampai di depan rumahnya.
"iya, gue langsung aja ya," pamit Devan dan segera pergi dari rumah Lisya.
*****
Panas, itulah yang dirasakan Lisya. Ia sudah menunggu Revan di parkiran kampus selama kurang lebih 30 menit. Lisya sudah mencoba menghubunginya tapi tak bisa.
" Lisya," panggil seseorang dibelakang Lisya.
" Devan, ngapain ke sini?" tanya Lisya bingung, ia pun berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Devan.
" jemput lo" balas nya singkat.
" jemput gue?" Lisya merasa heran.
"hm.... Revan gak bisa anter lo pulang, dia masih ada rapat, makanya dia nyuruh gue yang jemput lo" jelasnya. Ia tau kalau Lisya merasa kebingungan.
" lo kenal pak Revan?"
" kenal lah dia kan sepupu gue," balas Devan santai.
"oh... Kok gue ngga pernah liat?"
" sebelum ini gue ikut ortu di Inggris, trus sekarang balik ke Indonesia, ngurus perusahaan keluarga," jelas Devan singkat.
"eem... " Lisya hanya menganggukkan kepalanya pelan.
" udah yuk pulang, panas nih" ajak Devan seraya memakai kembali helmnya.
*****
Revan mengakhiri pelajarannya siang ini, ia lalu membereskan buku-buku yang dibawanya dan beranjak keluar kelas. Langkah Revan terhenti saat ia mengingat sesuatu. Ia memandang salah satu mahasiswa nya.
" Lisya, ikut saya." titahnya.
Lisya pun menurut dan mengikuti Revan menuju ke taman belakang, tempat itu cukup sepi dan jarang di kunjungi bila siang hari.
Mereka berdua duduk di kursi kayu panjang dekat pepohonan yang rindang. Memberikan kesejukan di tengah panasnya udara siang ini.
" eem... Ada apa pak?" tanya Lisya penasaran.
Revan tak langsung menjawab, ia menghela pelan, seperti berat untuk mengatakan sesuatu.
" minggu depan saya udah ngga ngajar di sini lagi, saya pindah tugas. Jadi mungkin saya akan jarang antar jemput kamu," jelasnya.
"hah?.... Mm.. Maksudnya?" tanya Lisya bingung.
" rapat kemarin membahas tentang adanya beberapa dosen yang akan dipindahkan ke universitas lain dikota ini. Termasuk saya," Revan menatap Lisya lekat-lekat, ia tau ada segores keterkejutan di paras cantik nya.
" kenapa mesti dipindah? Em... Maksudnya kenapa mesti bapak yang dipindah?" tanya Lisya meminta penjelasan lebih lanjut.
" ngga tau, keputusannya udah gitu."
"gitu ya," Lisya mencoba mengerti akan keadaan.
" tapi kalo emang bisa, saya akan tetap antar jemput kamu kok, tapi mungkin ngga bisa sesering sekarang."
"iya," bukan, bukan itu masalahnya. Lisya hanya takut hubungannya yang sudah agak dekat dengan Revan itu akan kembali merenggang jika jarak ikut membentangkan keduanya. Sekarang saja walaupun mereka sering bertemu, masih susah untuk saling mengerti, apalagi nanti jika mungkin hanya bertemu sehari sekali.
Tak bisa dipungkiri, Lisya sangat terkejut akan berita tadi. Jujur ia merasa sedih karena Revan akan pindah dari kampusnya sekarang.
" pulang yuk, habis ini ngga ada kelas lagi kan?" tanya Revan.
Lisya menggelengkan kepalanya.
Revan segera berdiri dari duduknya dan beranjak dari sana, berjalan mendahului Lisya yang masih diam di tempat.
" ck... Kebiasaan," decak Lisya sebal, selalu saja dirinya ditinggal.
****
" Van, malam nanti jalan yuk," kini Lisya sudah membiasakan diri untuk memanggil Revan tanpa embel-embel 'pak' jika di luar kampus. Dan Revan pun tak keberatan akan lah itu, karena ia selalu berasa lebih tua kalau di panggil 'pak' padahal ia kan masih muda.
"kemana?" tanya nya tanpa mengalihkan pandang dari jalanan.
"terserah," jawab Lisya.
" emang ada tempat terserah?" Revan sedikit melirik ke arah Lisya.
" ya maksudnya aku ngikut aja, mau diajak kemana," balas Lisya sedikit kesal.
" emang maunya kemana?" tanya Revan lagi.
" ya terserah." Revan mendengus pelan.
" berarti ke kuburan juga mau?" ucap Revan asal.
" sekalian aja nyemplung ke dalemnya," balas Lisya kesal. Masa iya kencan ke kuburan.
" emang berani?"
" kalo berdua ya berani."
"sama siapa?" Revan terus saja menanggapi ucapan Lisya, menurutnya seru juga kalau sekali-kali membuat Lisya kesal.
" kamulah."
" kalo aku ngga mau?"
" ihh... Aku serius, Vaan...." rengek Lisya mulai kehabisan kata.
"oke."
" oke apa?"
" aku temenin."
" kemana?"
" kuburan kan?" dan saat itu juga Lisya ingin merebut stir yang dipegang Revan dan menjatuhkan mobil mereka ke jurang.
****
" jam tujuh aku jemput," kata Revan saat Lisya sudah turun dari mobilnya.
" bener ya makan malam, ngga ke kuburan?"
" iyaa."
"oke, sampai ketemu nanti malam," Lisya melambaikan tangannya pada Revan, sampai akhirnya mobil Revan sudah benar-benar hilang dari pandangannya.
****
MAAF PART NYA PENDEK.......
TERIMAKASIH YANG UDAH MAU BACA CDK SAMPAI PART INI..... DOAKAN SEMOGA BISA TAMAT YA CERITANYA...
DAN KALIAN SUKA....
TETAP DITUNGGU VOTE DAN KOMENNYA....LOVE YOU ALL.... 😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati [end]
Teen Fiction➡ Part lengkap! Sebagian part ada yang direvisi:) Berawal dari pertemuannya dengan dosen dingin, killer, plus nyebelin, yang membuat lisya harus ekstra sabar dalam menjalani hari-harinya semasa kuliah. Namun apa jadinya jika orang tua lisya malah b...