part 31

1.7K 76 6
                                    

Happy reading❤

  
   Helaan napas berat terdengar dari arah sudut ruangan, dimana terdapat seorang lelaki yang tengah terduduk sambil bertopang dagu, pandangannya lurus ke depan namun tampak kosong. Diteguknya air yang diambilnya beberapa saat lalu, lantas untuk kesekian kalinya ia menghela napas panjang seolah itu semua bisa turut menghilangkan beban-beban yang terus membelenggu di dalam pikirannya.

  Tak lama kemudian terdengar suara seorang wanita beserta derap langkah kaki, yang mendekat ke arahnya.

  "Dev, ngapain? Nglamun aja dari tadi?" Devan menolehkan kepalanya dan mendapati tantenya berdiri  disana. Meta lantas menarik kursi disampingnya dan duduk menghadap Devan.

  "nggak kok, tan" jawab Devan pelan.

  "bener?"

  "iya."

  " jangan bohong, kalo ada apa-apa bilang sama tante."

Alih-alih menjawab Devan malah kembali diam, sibuk dengan pikirannya sendiri.

  "tan?" panggil Devan setelah beberapa menit saling diam.

  " ada apa?" Meta yang tadinya fokus membaca majalah kini pandangannya beralih menatap Devan.

  "Devan... Boleh cerita?"

  "boleh, cerita apa?"

  "gimana ya... Devan bingung mulainya dari mana," Devan menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba saja memang terasa gatal.

  " cerita aja ngga usah canggung gitu, kaya sama siapa aja, tante ini kan mama kamu juga," Meta mengusap pelan bahu Devan, berusaha memberikan kenyamanan pada ponakannya itu untuk bercerita.

  "Ee.... tante....pernah ngrasain cinta segitiga nggak?" sontak Meta merasa ingin tertawa mendengar pertanyaan semacam itu, tapi semua itu ia urungkan saat melihat ekspresi Devan yang menurutnya kelewat serius.

  " eemm....tante kayaknya nggak pernah sih," jawab Meta kikuk. Oh ya kalau kalian mungkin bertanya-tanya kemana sosok papanya Revan? Beliau sudah meninggal saat Revan masih Sma, atau tepatnya beberapa bulan setelah kelahiran Lita (adik Revan, kalo lupa, baca di part 2) yang sekarang tengah melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta.

  "oh."

  "kenapa sih emang?" tanya Meta lagi.

  "tante tau ngga, kadang tuh Devan suka ngerasa bingung," ucap Devan memulai sesi curhatnya.

  " kamu ngga lagi kejebak cinta segitiga kan?" tanya Meta berusaha menyembunyikan tawanya.

  " ya.... Devan sebenernya ngga yakin sih tan. Tapi.... Semakin Devan berusaha buat lupain 'dia', semakin Devan berusaha untuk memendam semuanya, berusaha untuk ngga peduli, tapi gak bisa. Semuanya malah berasa semakin kuat."

  "dan Devan ngga bisa ngebohongin perasaan Devan sendiri, tan. Kalo Devan suka sama...." Devan tak melanjutkan perkataannya, lidahnya terasa kelu dan ia pun memang tak berniat untuk mengatakannya.

  "siapa?"

  " 'dia' siapa?" tanya Meta lagi karena tak kunjung mendapat jawaban.

Devan menarik napas panjang sebelum akhirnya menjawab dengan suara pelan, " Lisya."

Meta tampak tersentak dengan jawaban yang terlontar dari mulut Devan, tak menyangka bahwa anak dan keponakannya akan menyukai satu gadis yang sama.

  "Lisya?" ulangnya.

Sementara Devan yang menyadari perubahan mimik tantenya itu langsung menggeleng pelan.

  "Ee.... Tapi tante tenang aja, Devan ngga bakal macem-macem kok."

Pilihan Hati [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang