part 26

1.9K 76 0
                                    


  Happy reading❤

 
  "ini jadinya tigapuluh ribu ya, bu" ucap Lisya ramah sembari memberikan kantung kresek yang berisikan sekotak kue kepada pelanggannya.
 
   "ini uangnya, neng" ibu paruh baya itu mengulurkan tiga lembar uang pecahan sepuluh ribuan.

   "makasih, bu" balas Lisya sebelum ibu itu berlalu dari sana.

   " sya, kamu belum pulang? Ini kan udah malem. Besok kamu ada kelas pagi kan?" anita tiba-tiba datang dan mengagetkan Lisya yang masih sibuk menaruh uang tadi.

   "eh, mama....ini juga udah mau pulang kok, ma"

   "yaudah, Lisya ambil tas dulu ya," lanjutnya sebelum berlalu menuju kebelakang untuk mengambil tasnya.

Setelah membereskan semua barangnya, Lisya pun kembali ke depan untuk berpamitan pada mamanya.

"ma, Lisya pulang dulu ya" pamit Lisya sembari mencium punggung tangan anita.

  "iya, kamu hati-hati di jalan" pesan anita pada putrinya itu.

  Lisya mengangguk mantap seraya tersenyum, "Assalamualaikum."

  "waalaikumsalam."

Setelah itu Lisya berjalan keluar dari dalam toko kue mamanya, dan berdiri di pinggir jalan untuk mencari taksi yang akan ia tumpangi untuk membawanya pulang.

****

   "dev, lo tau gak?" Revan sedikit menoleh ke arah Devan yang tengah asik bermain ponsel.

   "hm?" gumam Devan, sedikit melirik ke samping kirinya, tempat Revan berada.

  Saat ini mereka berdua sedang duduk di bangku taman belakang rumah Revan, sembari menikmati secangkir coklat panas yang dibuatkan oleh meta tadi. 

   "Lisya beneran marah sama gue," jawab Revan kemudian.

   "tuh kan, bener kata gue kalo Lisya tuh lagi marah sama lo," ucap Devan antusias karena tebakannya selama ini benar adanya.

     Sementara Revan hanya bisa mendelik tajam melihat respon sepupunya itu, sungguh itu semua berbanding terbalik dengan bayangan Revan, ia kira Devan akan merasa iba padanya dan berusaha untuk mencarikan solusi yang terbaik, tapi apa? Dia malah bersorak senang karena tebakannya benar.

  "elo sih... Dibilangin ngga percaya" ucap Devan lagi seraya menepuk pelan pundak Revan.

   "iya, dan semua itu gara-gara ini" kata Revan pelan sembari memandangi kertas persegi yang berada di tangannya, ia memang sengaja mengambil salah satu dari foto-foto itu tadi siang.

  "coba liat" Devan segera menyambar benda itu dari tangan Revan dan melihatnya dengan teliti. 

   "ini elo, van?" tanya Devan tak percaya akan apa yang dilihatnya.

   "lo gila ya! Mau-maunya lo dipeluk sama si mak lampir itu?" semprot Devan.

  "kalo gue mah, mending pelukan sama anak kucing."

  "lagian lo ma aneh, punya cewek cakep kaya Lisya, malah peluk yang beginian."

  Sementara Revan, ia sama sekali tak memperdulikan ocehan Devan yang mengalun indah sedari tadi, tatapan pria itu kosong, lurus kedepan.

  "yee.... Dianya malah ngelamun. Van!" Devan menepuk lengan Revan kencang, hingga membuatnya terjingkat kaget.

  "apa sih?" balas Revan tetap menghadap ke depan.

  "mending sekarang lo temuin Lisya," saran Devan.

  " percuma gue minta maaf, gak bakal di maafin."

Pilihan Hati [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang