part 20

2.3K 95 1
                                        

Happy reading ❤

  Entah sudah berapa kali Revan mencoba menghubungi Lisya lewat ponselnya, mulai dari mengirim pesan, menelpon, tapi tak kunjung ada balasan.

Ia berniat mengajak Lisya untuk bertemu di kafe langganan mereka, untuk menanyakan suatu hal yang sejak kemarin ingin ia tanyakan.

Tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, ia pun memutuskan untuk menjemput Lisya, menurut info yang ia dapat dari Niko, Lisya masih berada di kampus sekarang.

Dengan segera Revan masuk ke dalam mobilnya dan melesat menuju ke tempat wanita itu berada.

****

Terdengar helaan nafas berat dari seorang wanita yang tengah terduduk di bangku taman kampusnya. kelas terakhirnya sudah berakhir sekitar 30 menit yang lalu tapi tak ada niatan baginya untuk kembali pulang ke rumah.

  Entah apa yang ia pikirkan hingga membuatnya enggan beranjak dari sana, menikmati semilir angin yang menerbangkan beberapa helai rambutnya, menjadikan tempat itu sebagai tempat paling nyaman untuk merenung dan memikirkan suatu hal yang membuat pikirannya kacau akhir-akhir ini.

  Lisya melihat ke arah jam yang melingkar di tangan kirinya. Sekarang sudah pukul 14:05 wib. Ia harus segera pulang ke rumah.

Baru saja Lisya hendak bangkit dari duduknya, terdengar suara yang memanggil namanya hingga membuat Lisya mengurungkan niatnya itu. 

  "Sya...dicariin revan tuh," kata Niko yang sudah berdiri di samping Lisya.

Sementara Lisya tak langsung menjawab, ia memalingkan wajahnya malas, "bodo" jawab Lisya acuh.

"kenapa lagi sih Sya? kalo ada masalah tuh ngomong jangan kaya gini," sahut Dila yang datang dari arah belakang dan diikuti Nindi disampingnya.

Namun Lisya hanya diam tak menanggapi ucapan Dila. 

Nindi berjalan mendekat ke arah Lisya, dan menepuk pundaknya pelan.

  "Sya, ada apa?" tanyanya lembut.

   Lisya tersenyum singkat, "ngga apa-apa"  jawabnya sambil menggeleng.

  "gue pergi ya," lanjutnya dan beranjak dari sana meninggalkan ketiga sahabatnya.  

Lisya berjalan dengan malas, tatapannya lurus ke depan seakan tak ada hal lain di sekitarnya.

Saat memasuki area parkiran Lisya melihat sebuah mobil yang tak asing lagi baginya, mengetahui hal itu ia agak mempercepat langkahnya agar segera bisa keluar dari area kampus.

Namun apalah daya, suara bariton khas itu sudah terlebih dahulu memasuki indra pendengarannya yang membuat lisya menambah kecepatan berjalannya.

  "Lisya..." panggil Revan namun tak di tanggapi oleh Lisya.

Dengan cepat Revan kembali mengejar Lisya yang semakin menjauh.

  "Lisya tunggu!" Revan menarik tangan Lisya agar wanita itu berhenti melangkah.

Lisya menghela napas pelan,"apa?" tanyanya tanpa menoleh ke arah pria dibelakangnya.

  Sementara Revan yang menyadari akan perubahan sikap Lisya merasa heran dan bertanya-tanya akan apa yang terjadi.

  "aku mau bicara," lanjutnya.
 
  "tentang?" tanya Lisya tanpa merubah posisinya.

  " kelanjutan hubungan kita."

  "gak perlu," dengan cepat Lisya melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana, namun Revan kembali menarik tangannya.

  "kamu masih marah sama masalah dinner kemarin?" tanya Revan, ia pikir Lisya masih marah padanya soal sikap cueknya kemarin malam.

Pilihan Hati [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang