part 14

3K 117 5
                                        

Happy reading ❤

  Lisya mengerjap-ngerjapkan matanya dan perlahan mulai bangun dari tidurnya saat mendengar suara orang yang memanggili namanya.

  "Sya bangun, kamu ngapain tidur di sini?"  tanya Anita sembari menguncang-nguncangkan tubuh Lisya yang tengah tertidur pulas di atas sofa.

  Lisya meyipitkan matanya, mencoba menyesuaikan pandangannya karena terpaan cahaya lampu yang menyilaukan. ya...  Rupaya hari sudah malam,dan Lisya tertidur di sofa saat menunggu kepulangan mamanya.

Masih dapat terlihat dengan jelas, bercak-bercak air mata di sekitar matanya, yang membuat Anita semakin bingung akan keadaan putrinya itu.

  " mama.... " lirih Lisya kembali dengan mata yang berkaca-kaca. Ia langsung membaur kedalam pelukan sang mama yang duduk di sampingnya dan tentu membuat Anita terkejut sekaligus khawatir.

  "ada apa Lisya?" tanya Anita lembut sembari mengelus rambut panjang Lisya.

  "ma.... Revan" adu Lisya dengan suara serak dan menahan isakannya.

  " Revan kenapa?"

  " tadi......" Lisya mulai menceritakan semuanya persis seperti dengan apa yang dilihatnya.
Sementara Anita terus menyimak cerita Lisya dan mencermatinya.

  "menurut mama, Lisya harus gimana?" tanya Lisya ketika sudah selesai dengan ceritanya, tanpa sadar air matanya terus menerobos keluar dan membanjiri pipi pucat Lisya.

Dengan lembut Anita mengusap wajah Lisya yang sudah basah, dan mencoba memberikan ketenangan dengan memperlihatkan senyum hangatnya pada Lisya.

  " kalau menurut mama Revan itu gak salah, lagipula niat Revan kan baik mau nolongin temannya, dia kan juga udah minta maaf tadi. Masalah kecil jangan di besar-besarin Sya, kamu harus percaya sama Revan. Ingat kunci dari sebuah hubungan adalah kepercayaan," nasihat Anita, mencoba memberikan ketenangan dan penjelasan pada Lisya yang terus menangis dalam pelukannya.

****

Pukul 09:00 wib

  Revan tengah berdiri di depan rumah Lisya, tepatnya di depan pintu rumahnya. Ia sedang memantapkan hatinya untuk mengetuk pintu di depannya itu, takut-takut kalau Lisya belum mau menemuinya.

Sebelum itu Revan mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannnya.

Tok.... Tok.... Tok....

"Assalamualaikum" ucapnya.

Tak lama kemudian terdengar sahutan dari dalam.

"waalaikumsalam" pintu pun terbuka dan memperlihatkan seorang wanita paruh baya dengan celemek yang menempel di dibadannya.

  " pagi tante," sapa Revan sembari menyalami Anita.

  "Revan, ada apa pagi-pagi ke sini?" tanya Anita dengan seulas senyum yang tetap menghiasi wajah cantiknya.

  "eem... Saya ke sini mau jemput Lisya tan."

  "lho... bukannya Lisya udah berangkat ya?" tanya Anita kaget.

  " sudah berangkat? Em.. Setau saya jadwalnya Lisya hari ini jam 10 deh tan" ucap Revan bingung.

  " tante sih gak begitu tau jadwal-jadwal Lisya, tapi tadi pagi sekitar jam tujuh an Lisya udah pergi," jelas Anita.

  " yaudah kalau gitu saya permisi dulu ya tante, Assalamualaikum" pamit Revan dan segera beranjak memasuki mobilnya.

  " waalaikumsalam" jawab Anita pelan dan kembali masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan kegiatan masaknya yang tertunda.

Pilihan Hati [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang