part 17

2.6K 106 7
                                    


Happy reading❤

  " bener gak apa-apa kakinya?" tanya Revan sekali lagi.

  "iyaa.... Revaann..." entah sudah berapa kali Lisya mengucapkan kata itu. Pasalnya Revan terus saja memaksa Lisya untuk pergi ke tukang urut, tapi Lisya rasa itu nggak perlu karena kakinya sudah agak baikan sekarang.

  Revan menghela pelan merasa bosan dengan jawaban yang di dengarnya,
  " yaudah... " oke Revan kembali pada mode dinginnya.

  " aku pulang dulu,"  pamit Revan seraya membalikkan badannya dan segera beranjak pergi dari rumah Lisya.

Sementara Lisya hanya diam tak menjawab perkataan Revan, ia hanya memperhatikan mobil Revan yang lambat laun makin menghilang dari pandangnnya.

Entah kenapa hatinya kini tengah merasakan berbagai rasa yang campur aduk menjadi satu.  Baru saja beberapa menit yang lalu Revan bersikap hangat padanya dan sekarang sudah beralih ke sifat aslinya. Dingin.

  "ah tau ah biarin aja."

****

Pukul 18:30 wib.

Revan berjalan keluar dari dapur sambil membawa segelas air di tangannya.

  "Revan sini bentar deh," panggil Meta yang sedang duduk di ruang tengah sambil menonton televisi.

  "ada apa ma?" Revan berjalan mendekat ke arah Meta dan segera duduk di samping mama nya.

  " mama mau ngomong sesuatu sama kamu."

  "apa?"

  "mama langsung aja ya."

  "iya"

Meta menarik napasnya dalam-dalam.

  "kamu sama Lisya saling menerima perjodohan ini kan," ucap Meta memulai pembicaraannya.

Revan menaikkan satu alisnya, meminta penjelasan lebih lanjut.
 
  " jadi kapan kalian akan meneruskannya ke jenjang yang lebih serius?"

  "maksudnya?" tanya Revan polos.

  " menikah,"  Meta sedikit memelankan suaranya.

  "uhuk.. uhuk.... uhuk..." sontak Revan yang sedang meminum airnya itupun tersedak akan perkataan Meta yang sangat mengejutkan.

  "apa ma, nikah?" Revan membulatkan matanya tak percaya.

  "hm," Meta menganggguk semangat.

  " eee... nan.. nanti coba Revan omongin lagi sama Lisya ya ma," jawab Revan gugup.

  "hem... Kamu ini" Meta menggelengkan kepalanya.

Tanpa mereka sadari bahwa sedari tadi ada seseorang yang tengah menyimak pembicaraan mereka dari balik lemari.

  " huft..." Devan menghembuskan napas gusar,  entah kenapa hatinya merasa tertohok setiap kali mendengar tentang Revan dan Lisya, apalagi jika menyangkut masalah pernikahan.

  " Ya Allah... rasa apa ini?" gumam Devan seraya memegangi dadanya yang entah kenapa terasa sesak.

  "yaudah ma Revan balik ke kamar dulu ya" jujur kini Revan tengah berusaha menghindar dari mamanya.

  "kebiasaan deh, kalau diajak bicara soal ginian pasti ngehindar," sindir Meta.

  "mama tau aja," Revan tertawa kecil seraya berlalu pergi menuju kamarnya.

  Sedangkan Devan, ia sudah kembali kedalam kamarnya karna tak mau kalau sampai ketahuan menguping pembicaraan antara Revan dan Meta.

Sampai dikamar Revan merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan meraih ponselnya.

Pilihan Hati [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang