part 33

1.6K 76 10
                                    


Happy reading❤

  " Devan!"

Semua orang terdiam saat kata itu meluncur bebas dari mulut Lisya, tak terkecuali Devan yang sekarang tengah tercengang saat indra pendengarannya menangkap satu nama yang tak pernah ia bayangkan akan terucap saat ini. Apa dia tidak salah dengar? Tadi Lisya benar-benar menyebutkan namanya? Dia tidak sedang bermimpi kan? Sungguh ia sangat-sangat bahagia saat ini. Mungkin jika ada kata yang mempunyai makna di atas kata bahagia, seperti itulah yang Devan rasakan sekarang.

  Tapi itu semua lenyap seketika saat kalimat berikutnya terlontar dari mulut Lisya, kebahagiaan itu sirna seketika dan tergantikan dengan sebuah perasaan yang.... Entahlah Devan sendiri juga tidak bisa menjabarkannya.

  " maaf, gue ngga bisa nerima lo."

Jdeerr.....

  Seketika Devan merasa menjadi orang yang paling bodoh didunia. Bagaimana bisa dengan begitu gampangnya ia menyimpulkan bahwa Lisya menerimanya, padahal ia tau hal itu tidak akan mungkin terjadi. Siapalah dia yang hanya orang asing yang masuk ke dalam kehidupan Revan dan Lisya.

  Kalian tau? Rasanya seperti dihempaskan jauh ke dalam jurang penuh duri, saat sebelumnya di ajak bermain di atas pelangi. Sakit.

  Sementara Revan refleks mendongakkan kepalanya saat mendengar pernyataan Lisya. Saat sebelumnya sempat kecewa akan kalimat pertama yang Lisya ucapkan,tapi sekarang apa? Itu berarti Lisya memilihnya kan? Apa ia baru saja dipermainkan?

  Sungguh kalimat Lisya itu berhasil membuat semua orang yang berada disana kebingungan mengatur ekspresi wajah mereka, antara sedih, kecewa, senang, kaget, bahagia, dan entah apa lagi.

  " itu artinya...." Revan menggantungkan kalimatnya.

  " iya, aku milih bertahan sama kamu," Lisya menyunggingkan senyum kecil yang tampak manis itu.
Sungguh ia merasa lega sekarang karena sudah bisa mengungkapkan semuanya dengan lancar.

  Sejurus kemudian, Lisya menggeser arah pandangnya pada seseorang yang berada di samping Revan. Pandangannya tampak tertunduk, Lisya tau lelaki itu pasti kecewa, tapi mau bagaimana lagi?

  "Dev! Maaf."

Merasa ada yang mengajaknya bicara, Devan pun mendongakkan kepalanya dan menatap Lisya yang tengah tersenyum ke arahnya.

  " gak papa, keputusan lo udah bener kok."

  " tapi kita masih sahabatan kan?" tanya Lisya lagi.

  " pasti!" jawab Devan mantap.

Obrolan pun terus mengalir di antara mereka, suasana yang tadinya hening kini mulai terasa hidup kembali. Dinginnya udara malam seakan tak mampu mengalahkan kehangatan yang mereka ciptakan.

****

  Lisya membaringkan tubuhnya yang terasa letih itu, malam sudah semakin larut, hawa dingin pun semakin terasa mencekam membuat Lisya sedikit menaikkan selimutnya. Meta, Revan, dan Devan sudah pamit pulang sekitar 30 menit yang lalu.

  Sepenggal obrolan mereka tadi masih terekam jelas di kepala Lisya, membuat gadis itu tak henti-hentinya memaparkan senyum bahagia.

  " ingat, satu bulan lagi kalian akan bertunangan. Baik-baik sama hubungan kalian.... Jangan pada berantem mulu."

  Lisya terkekeh geli saat mendengar ucapan mamanya itu, disini ia merasa seperti anak kecil yang selalu diingatkan tidak boleh tertengkar saat bermain bersama temannya. Padahal ia dan Revan kan sudah sama-sama dewasa, tapi tak menutup kemungkinan juga, buktinya mereka malah sering bertengkar karena kesalahpahaman.

Pilihan Hati [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang