part 18

2.4K 96 5
                                    


Happy reading❤

  Sesuai dengan tujuan utamanya, kini Lisya dan Revan sudah berada di dalam bioskop, mereka sudah memutuskan untuk menonton film horor saja karena Revan tidak terlalu suka pada film yang bergenre romance.

  Sekotak popcorn ditangan Lisya ia. cengkeram kuat-kuat, jujur saja Lisya agak takut pada hal-hal yang berbau horor.

Lisya menengok pada kursi disampingnya tempat Revan berada, pria itu tampak santai dan sangat menikmati film nya, berbeda dengan Lisya yang wajahnya sudah pucat pasi karena ketakutan.

  "kalo takut merem aja," celetuk Revan.

  " ng... Ngga kok," elak Lisya.

  "ngga usah bohong, kelihatan kok."

Emang kelihatan banget ya kalo gue lagi ketakutan, pikir Lisya.

  Dan selama film berlangsung sampai dengan selesai Lisya hanya berani mengintip sebagian dari adegan film.
Sungguh tidak menyenangkan.

Lisya dan Revan keluar dari dalam boiskop setelah film nya berakhir, penampilan Lisya sungguh awut-awutan bahkan tangannya masih gemetaran. Ia pun pamit untuk pergi ke toilet dan merapikan tatanan rambutnya, setelah selesai ia kembali ke tempat semula dan menemui Revan yang tengah menunggunya.

  "lama ya?" tanya nya saat sudah ada di hadapan Revan.

  "nggak. "

  " habis ini mau kemana lagi?" tanya Revan kemudian.

  " eemm....pulang aja deh, udah malam juga."

Benar saja jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Akhirnya mereka memutuskan untuk segera pulang, Revan dan Lisya berjalan berdampingan melewati beberapa toko yang sudah tidak terlalu ramai di penuhi oleh pengunjung,

Lisya melihat ke samping bawah lebih tepatnya ke arah tangan Revan yang mengayun bebas, ingin sekali Lisya menggandeng tangan itu dan dengan memberanikan diri tangan Lisya perlahan mulai mendekat dan...

Ssrrett.....

Belum sempat kedua tangan itu menyatu, Revan sudah terlebih dahulu memasukkan tangannya ke dalam saku jaket yang ia kenakan.

  "ck."decak Lisya sebal.

  "kenapa?"

  "gpp."

  "oh."

Untuk yang kedua kalinya Lisya dibuat kesal, sangat.

Ga peka banget sih jadi cowok, kira-kira seperti itulah dumelan Lisya dalam hati yang terus meruntuki Revan, sampai akhirnya mereka sampai di parkiran.

Di perjalanan pulang tetap sama saja,  hening. Dan jangan tanyakan ekspresi wajah Lisya, selama keluar dari mall sampai sekarang ia masih cemberut dan enggan membuka suara. Ia masih kesal sama Revan, niatnya mengajak Revan untuk nonton kemarin supaya bisa senang-senang tapi malah dia sendiri yang kesal.

  "sya," panggil Revan memecah keheningan.

  "apa?" sahut Lisya ketus.

  "kenapa sih, dari tadi diem mulu?"

  "gpp."

Bosen ga dari tadi cuma baca 'gpp' mulu?, sama... Revan juga,Bosen dengernya.

"yaudah," fix kulkasnya keluar.

Lisya mendengus sebal, bener-bener cowok di sampingnya ini super duper tidak peka.

  "kok yaudah?" Lisya mulai protes.

Pilihan Hati [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang