part 19

2.3K 91 8
                                    


Happy reading❤

Perlahan namun pasti, wanita itu mulai mengangkat kepalanya menghadap Revan.

"SHILA!!!"

tanpa ba bi bu Shila langsung menghambur ke dalam pelukan Revan dan sontak membuat Revan kaget, hampir saja Revan terjerembab kebelakang.

  "Revan aku takut," ungkap Shila dengan suara gemetar.

Sementara Revan tak langsung menjawab, tubuhnya masih mematung merasa canggung dengan suasana ini.

  "mereka udah pergi,tenang aja," kata Revan kemudian.

Shila semakin mengeratkan pelukannya dikala angin berhembus menerpa keduanya, sedangkan Revan sedikitpun tak ingin membalas pelukan tersebut, ia mendorong tubuh Shila agak menjauh darinya. Kemudian Revan berdiri dan diikuti oleh Shila yang juga ikut berdiri.

  " ayo saya antar pulang," ucap Revan seraya melangkah menuju kearah mobil, ia merasa kasihan saja jika menyuruh Shila pulang seorang diri.

  "iya," angguk Shila lalu membuntuti Revan yang sudah berlalu pergi.

Selama di perjalananpun terasa hening, Revan lebih memilih diam dan fokus pada jalanan bahkan ia tak bertanya pada Shila mengapa dia bisa berurusan sama dua orang tadi, sedangkan Shila tak berani membuka suaranya lantaran Revan yang terus diam sedari tadi.

30 menit kemudian, mobil Revan sudah berhenti di depan rumah megah nan mewah tersebut.

Setelah Shila turun, ia segera menancap gasnya menjauh dari lingkungan rumah Shila.

Entah kenapa setelah bertemu dengan Shila membuat Revan rindu pada Lisya, padahal baru beberapa jam yang lalu mereka bertemu sekarang sudah main rindu gitu aja. Memang cinta kadang membuat seseorang lupa akan waktu.

Bicara soal Lisya membuat Revan ingat akan sesuatu, tentang perkataan mamanya, bagaimana bisa Revan lupa menanyakannya pada Lisya, harusnya tadi itu jadi waktu yang tepat untuk membicarakan soal kelanjutan hubungan mereka.

****

Cklek...
Pintu kamar mandi terbuka, menampakkan seorang gadis dengan baju piyamanya. Ia baru saja selesai membersihkan diri setelah pulang dari acara nonton nya tadi, ditaruhnya handuk yang telah ia pakai untuk mengeringkan rambutnya. Lantas Lisya merebahkan tubuh mungilnya itu di ranjang empuk yang selalu setia menemaninya disetiap hari minggu itu.

Lisya meraih ponsel disampingnya lalu menyalakan data seluler yang tadi sengaja ia matikan.

Satu persatu pesan mulai masuk secara beruntun, dan kebanyakan chat dari grup kelasnya, ada juga dari teman-teman Lisya yang lain.

Lisya membuka chat dari Nindi, ada 7 spam chat disana.

Nindi
Malam nyonya revan..

Gmana diner nya tadi?

Sukses ga?

Seneng ga?

Trus revan tadi lagi pake mode apa? , mode kulkas apa mode mikrowave?

?

?

Lisya mengernyitkan kening saat membaca pesan dari sahabatnya itu, berasa aneh.

Lisya
Apa si ga jelas..

Balas Lisya kemudian.

Tak ingin memikirkan soal ini lagi, Lisya kembali menyimpan ponselnya diatas nakas samping tempat tidurnya. Matanya sudah tak tahan melawan rasa kantuk yang menyergapnya, dengan segera Lisya menarik selimut dan menutup sebagian wajahnya, mencoba mencari posisi yang pas dan nyaman untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Pilihan Hati [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang