part 13

3.1K 112 2
                                    

Happy reading❤

 
  "Lisya!"

  Suara itu lagi, dengan cepat Lisya segera berlari masuk ke dalam rumahnya dan mengunci pintunya rapat-rapat, ia tau kalau Revan pasti akan mengejar nya. 

  Tok... Tok.... Tok....
Revan berusaha mengetuk pintu rumah Lisya, berharap gadis itu akan segera keluar menemuinya.

  " Lisya dengerin aku dulu, ini semua cuma salah paham Lisya,"  teriak Revan dari balik pintu agar Lisya dapat mendengarnya.

  Sementara Lisya ia tak sepenuhnya masuk ke dalam rumah, ia masih berdiri di depan pintu, dan bersandar di sana. Tangisnya kembali pecah saat teringat kejadian tadi,  entah kenapa ia tak bisa melupakannya.

  "Lisya, aku mohon keluar, dengerin aku dulu," Revan kembali bersuara karena Lisya tak kunjung keluar.

Merasa tak ada respon lagi dari Lisya, membuat revan semakin frustasi, ia tak tau harus berbuat apa.

  " Sya, aku minta maaf atas kejadian tadi, aku cuma mau nolongin Shila aja, gak lebih" jelas Revan penuh harap.

Didalam, tangisan Lisya semakin kencang hingga membuat napasnya tersenggal-senggal saat mendengar penjelasan dari Revan.

  Akalnya seakan menolak semua ucapan itu, ia masih belum bisa berpikir dengan jernih. Di otaknya sekarang hanya ada rasa kecewa yang terus menusuk dalam hatinya.

  Sedangkan Revan, ia semakin dibuat pusing oleh Lisya, karena Lisya tak kunjung keluar ataupun menanggapi ucapannya. Revan mengusap kasar wajahnya, Tanpa sadar tangannya sudah mengepal kuat, menahan emosi yang sedari tadi ingin meledak, ia merasa marah pada dirinya sendiri kerena sudah merasa gagal dalam menjaga perasaan gadis yang disayanginya.

  "Aarrgghh!!!" Revan memukul keras pintu di depannya, meluapkan segala kekesalan yang ia rasakan. Dan tentu saja itu membuat Lisya terjingkat  kaget karena secara tidak langsung Lisya tengah bersandar dibalik pintu itu. 

  Revan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya, mencoba menetralkan perasaannya.

  Setelah dirasa cukup tenang, Revan segara beranjak pergi dari rumah Lisya dengan perasaan hampa.

  kesal, marah, sedih, kecewa, semua bercampur menjadi satu menciptakan sebuah rasa yang begitu menyakitkan.

****

  Sementara itu di tempat lain. Di rumah yang besar nan mewah atau lebih tepatnya di rumah Shila, ia sedang duduk termenung di pinggir kolam ikan belakang rumahnya, sambil sesekali melemparkan makanan ikan yang disambut riuh oleh ikan-ikan di kolam itu.

Pikirannya kini tengah disibukkan tentang bagaimana cara agar dirinya bisa mendapatkan Revan, apalagi semenjak kemunculan Lisya tadi membuatnya harus berpikir dua kali lebih keras.

  " ck, sebenarnya siapa sih perempuan tadi?, sampai Revan panik kayak gitu?" decaknya sebal.

  " tapi kalau emang bener dia itu pacar Revan, gue gak boleh kalah sama dia, gimana pun caranya Revan harus jadi milik gue," Shila mengembangkan senyum piciknya lantas berlalu pergi dari sana.

****

  Lisya berdiri dari duduknya, perlahan ia berjalan mendekati jendela dan menyingkap sedikit gordennya.

  Lisya menghela pelan dan sedikit merasa lega karena Revan sudah pergi dari rumahnya, setidaknya kini ia bisa lebih menenangkan hatinya.

  "gue harus gimana sekarang?"  lirihnya, kembali dengan mata yang berkaca-kaca. Jujur Lisya bingung harus berbuat apa sekarang, apakah memaafkan Revan atau tidak. 

Pilihan Hati [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang