part 15

2.8K 111 2
                                        

Happy reading❤

  Padatnya kendaraan yang saling melintas di jalanan utama membuat para pengemudi harus ekstra hati-hati, ditambah lagi kondisi jalanan yang licin akibat guyuran hujan yang cukup deras tadi siang. Begitu juga dengan Revan, ia kini tengah dalam perjalanan pulang dari kampusnya. 

  Dari kejauhan ia tak sengaja melihat seorang perempuan yang tak asing baginya sedang berdiri di pinggir jalan seperti sedang menunggu angkutan umum. Mobil Revan semakin dekat menuju ke arah perempuan itu, Revan lebih menajamkan penglihatannya dan ternyata itu adalah Lisya, perempuan yang sudah dua hari ini masih marah dan belum mau menemuinya.

  Revan merasa bingung, akankah ia berhenti dan menemui Lisya atau melewatinya begitu saja seolah tak pernah tau kalau Lisya berada di situ.

  Berhenti, enggak, berhenti, enggak berhenti, Revan menghitung jarinya untuk memutuskan jawabannya nanti, tapi apalah daya 'berhenti' adalah kata terakhir yang terucapkan, ia lalu beralih menghitung kancing bajunya dan tetap sama saja jatuhnya di kata 'berhenti'. Konyol memang seorang dosen menghitung kancing untuk membuat keputusan, ya...  Tapi itulah Revan kalau sedang di landa kebingungan seperti ini terlebih lagi jika menyangkut masalah perasaan ia bisa melakukan apa saja yang ia mau.

Revan menepikan mobilnya dan segera turun menghampiri Lisya.

  "lisya," panggil Revan pelan namun masih dapat di dengar oleh Lisya.

Lisya menengok ke sumber suara, ia agak terkejut akan kedatangan Revan.

  "Revan," lirih Lisya kemudian menundukkan pandangannya.

  "kamu mau pulang?" tanya Revan.

  "hm," Lisya hanya berdehem dan mengangguk. 

  " ee... Mau aku antar?" tanya Revan hati-hati karena Lisya terus menunduk dan tak mau melihatnya, mungkin Lisya masih marah, pikir Revan.

Lisya terus diam sibuk dengan pikirannya sendiri.

Merasa tak ada respon dari Lisya, Revan pun mulai putus asa, mungkin benar kata Niko bahwa ia harus memberikan Lisya waktu untuk sendiri dan memikirkan semuanya.

Terjebak dalam suasana super canggung seperti ini tentu membuat Lisya atau pun Revan merasa tak nyaman. Akhirnya Revan pun mengalah dan hendak pergi dari sana.

  "eem.... Kalau kamu gak mau juga gak apa-apa, aku pergi dulu," pamit Revan dan segera melangkahkan kaki menuju mobilnya.

Sementara Lisya masih diam dan menunduduk,  pikirannya terus bergelut sedari tadi. Merasa resah.

  "Revan tunggu," cegah Lisya pada Revan yang sudah hendak masuk ke dalam mobil.

Revan yang merasa namanya di panggil pun mengurungkan niatnya untuk masuk dan menutup kembali pintu mobilnya.

  Lisya bergegas menghampiri Revan.

  "ada apa?" tanya Revan karena Lisya tak kunjung bicara.

  "em...ak.. Aku.... Aku mau minta maaf sama kamu Revan. Harusnya aku dengerin kamu dulu waktu itu, dan gak main pergi gitu aja, harusnya aku bisa bersikap lebih dewasa, gak kayak kemarin. Aku tau aku egois sama perasaaan aku sendiri dan menyimpulkan semua atas apa yang aku lihat tanpa mendengar penjelasan dari kamu, aku tau aku salah, aku minta maaf karena udah diemin kamu selama dua hari ini," ungkap Lisya dengan suara serak dan lagi-lagi bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipinya.

  Revan yang mendengar itu tak tau harus merespon bagaimana,  yang jelas ia senang karena Lisya sudah mau memaafkannya. Revan maju satu langkah untuk bisa lebih dekat dengan Lisya, ia menangkupkan kedua tangannya pada wajah Lisya dan perlahan mengusap air mata Lisya yang terus mengalir deras.

  " jangan nangis, jangan sia-siain air mata kamu," hanya kata itu yang mampu terucap. Jujur revan paling tidak suka jika melihat seorang wanita apalagi yang ia sayangi menangis di hadapannnya.

  "aku udah usaha buat ngak nangis, tapi gak bisa," jawab Lisya dengan polosnya.

Revan tersenyum simpul, merasa gemas akan jawaban Lisya.

Kini keduanya hanya saling diam, sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri . Dan tanpa Lisya ketahui Revan diam-diam tengah menatapnya, melepas rindu yang sudah dua hari ini ia pendam.

  " pulang yuk," ajak Revan kemudian karena hari sudah semakin sore dan mentari pun mulai menenggelamkan dirinya dilangit bagian barat.

*****

  "Assalamualaikum ma," Lisya masuk ke dalam rumah dan mendapati mamanya yang sedang menonton tv di ruang tengah.

  "Waalaikumsalam" jawab Anita.

Sementara Lisya langsung menghambur ikut duduk di sofa samping mamanya.

  " dianter siapa? tadi mama kayak denger suara mobil,  biasanya juga kamu jalan kaki dari depan kompleks," tanya Anita karena Lisya sedari tadi terus mengembangkan senyum tak seperti dua hari yang lalu. 

  " sama...."  Lisya menggantungkan kalimatnya seolah ingin mengajak mamanya bermain tebak kata.

Anita menaikkan satu alisnya meminta penjelasan lebih lanjut.

  "siapa?"

  "Revan," jawab Lisya sedikit berbisik.

Seketika senyum Anita mengembang.

  "cie...udah baikan nih ceritanya," goda Anita sambil menoel pipi merah Lisya.

  "apaan sih ma," elak Lisya merasa malu pada mamanya. 

  "nah gitu dong, mama tuh seneng kalau kalian udah baikan."

  "iya ma..."

  " jadi kedepannya mau gimana?" tanya Anita.

  " gimana apanya?" tanya balik Lisya tak paham akan pertanyaan mamanya.

  " ya..... Kalian kan kalau mama lihat udah cocok-cocok aja nih ya, trus ke depannya gimana? udah siap nikah?" pertanyaan Anita sontak membuat Lisya kaget dan terbelalak.

  " apa? nikah?" tanya Lisya memastikan dan dibalas anggukan oleh Anita.

  " jangan nikah dulu lah ma, kan Lisya masih kuliah, nanti aja nunggu Lisya lulus," ptotes Lisya seraya memanyunkan bibirnya.

  " tapi nikahnya tetep sama Revan kan....?" nada Anita terdengar menggoda dan berhasil membuat pipi Lisya merona karena malu.

  "apaan sih ma kok nanya nya gitu  kan Lisya jadi malu. lagian kalau masalah itu kan Lisya belum tau. Gimana kalau ternyata Revan itu bukan jodoh Lisya, kita kan gak ada yang tau."

  " iya mama tau, tapi apa salahnya kalau kita merencanakannya."

  " udah ah, Lisya mau ke atas dulu," Lisya pun segera melangkah menaiki anak tangga dan meninggalkan Anita, ia tak mau jika mamanya terus membahas masalah ini, jujur saja ia belum siap kalau di suruh segera menikah.











HALO READERS CDK 😊😊😊
AUTHOR UP LAGI NIH....
MAAF YA KALO NUNGGU NYA LAMA.....😆😆

DAN SEPERTI BIASA
👉 VOTE AND COMMEN NYA YANG PALING DI TUNGGU...

OK...SEE YOU NEXT PART.... 😘😘😘

Pilihan Hati [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang