part 11

3.8K 120 1
                                    

 Happy reading ❤

  Lisya duduk termenung di sebuah kursi taman depan kampus. Ia sedang menunggu kedatangan Revan untuk menjemputnya.

  Sesaat kemudian ia melihat sebuah motor berhenti tepat di depannya.

  " Sya, ngapain?" seorang lelaki yang baru turun dari motornya itu lantas menghampiri Lisya.

  "nunggu Revan," Lisya menggeser duduknya agar orang itu bisa duduk di sebelahnya. Jujur Lisya senang akan kedatangan Devan saat ini.

  " mau bareng gue?" tawar Devan, ia merasa kasihan pada Lisya, sepertinya gadis itu sudah lama menunggu.

  " ngak usah, bentar lagi juga nyampek Revannya," tolak Lisya.

  " kalau gue temenin, mau?" tawar Devan sekali lagi.

  " boleh," Lisya pun menyetujui tawaran Devan, setidaknya ia ada teman ngobrol sekarang.

  Devan melihat Lisya yang menguap beberapa kali, ia tau kalau gadis di sebelahnya itu mengantuk. Terlihat jelas gurat kelelahan di wajahnya.

  "ngantuk?" tanya Devan.

  "hm" Lisya mengangguk pelan.

  "sini,"  Devan menepuk-nepuk pundaknya, berniat memberikan sandaran pada Lisya.

Tanpa pikir panjang Lisya pun menurut dan segera memposisikan dirinya senyaman mungkin.

Ada desiran aneh saat ia bersama Devan sama seperti saat dirinya tengah bersama Revan. Nyaman hanya itu.  Walaupun sifat Revan yang cenderung dingin dan cuek sementara Devan lebih hangat dan ramah.

Sementara itu, tanpa Devan dan Lisya ketahui, tengah ada seseorang yang memperhatikan mereka berdua. Revan.

Sejak lima menit yang lalu Revan sudah sampai di taman ini. Sejak itu pula ia memperhatikan dua pasang manusia yang tengah duduk di sana.

Jujur ia merasa kaget saat melihat Devan ada di sana terlebih saat Devan menyuruh Lisya untuk bersandar di pundaknya. Dan bodohnya lagi ia harus melihat saat Devan sedang mengelus rambut Lisya dengan lembut, membuat hatinya semakin terbakar api cemburu.

Merasa tak kuat akan apa yang di lihatnya, Revan pun segera turun dari mobilnya untuk menghampiri Lisya.

  "lisya," panggil Revan saat sudah ada di depan Lisya dan Devan.

Mereka berdua pun terpelonjat kaget akan kedatangan Revan yang tiba-tiba.

  "Revan," ucap Lisya dan Devan bersamaan.

  " ayo pulang," Revan segera menggenggam tangan Lisya untuk mengajak nya pergi dari sana.

  " Devan gue pulang dulu ya, makasih udah nemenin," pamit Lisya, dan hanya di balas anggukan dan senyum kecil dari Devan. Jujur Devan merasa tidak enak pada Revan, ia takut kalau Revan berpikiran yang tidak-tidak.

Lisya dan Revan pun segera beranjak dari sana, meninggalkan Devan yang masih diam terhanyut dalam pikiran nya sendiri.

  Diperjalanan pulang, suasana hening, tak seperti biasanya.
Sampai akhirnya Lisya membuka suara.

  "ee.... Re...Revan kamu.... kamu marah ya sama aku, gara-gara aku sandaran dipundak Devan tadi?" tanya Lisya, ia takut kalau Revan marah karena sejak tadi Revan terus saja diam.

  "ngak," jawab Revan singkat tanpa menoleh ke arah Lisya.

  "tuh kan kamu marah, aku minta maaf kalau gitu," ucap Lisya lagi.

Revan menghela pelan, "aku cuma gak suka aja kamu kayak tadi," jawab Revan enteng.

  " maaf ya.... Tadi aku bener-bener ngantuk, terus Devan nyuruh aku senderan di pundaknya. Dan aku gak tau kenapa aku main iya in aja, kamu jangan marah," jelas Lisya.

Pilihan Hati [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang