Yuniar mengadakan sebuah turnamen tenis yang di selenggarakan satu tahun sekali. Seluruh mahasiswa yang memang atlet dan berbakat dalam bidang olahraga itu, selalu mengikuti turnamen tersebut. Kian dan yang lainnya sudah berada di tribun penonton untuk menonton Live dari pertandingan. Kebetulan Nellsa adalah salah satu perwakilan kelasnya, menjadi peserta dalam perlombaan olahraga tenis antar fakultas.
"Nellsa bisa tenis?" Beberapa mahasiswa bertanya.
"Iya, dia sebenarnya udah lama bisa tenis, waktu dia SMP dia jago banget tau." Kian begitu antusias dalam tribun.
"Ayo Sa, lo pasti bisa!" teriak Diko di tribun penonton.
Raga datang dengan senyuman. Pertandingan berjalan lancar dan kini giliran Nellsa untuk tampil.
"Lo pasti bisa! Semangat!" Nellsa bermonolog.
Beberapa menit pertandingan berjalan, Nellsa telah memimpin beberapa point. Matanya terlihat kaget ketika ia melihat Raga yang terduduk di tribun bersama teman-temannya. Kepalanya tiba-tiba terasa begitu pusing. Nellsa lupa, sebelum tanding ia belum memakan apapun pagi ini. Samar-samar terlihat bayangan Dio yang ia lihat tepat pada Raga terduduk. Servis dilakukan oleh Kennia setelah mereka istirahat sejenak untuk meminum sebotol air. Nellsa menimpa kembali bola Kennia. Namun kali itu, kepalanya benar-benar begitu nyeri terasa. Dan akhirnya, pukulan keras dari Kennia Ardita melesat kencang mengenai kepala Nellsa begitu keras hingga ia terpingkal jatuh.
Brukkkkk
Nellsa terjatuh pingsan saat itu juga, membuat semua orang tertegun di tribun dengan berdiri terkejut.
"Nellsa!" Kian melotot kaget melihat sahabatnya terkapar jatuh.
"Nellsa? Woy tim medis, angkat Nellsa cepet." Diko pun sudah berteriak keras memanggil tim medis untuk segera melakukan pertolongan pertama pada Nellsa.
"Tampaknya ada yang terjatuh, tolong tim medis segera datang untuk memastikan kondisi peserta kita." Komentator sudah memberi arahan, namun tak satu pun tim medis yang datang dengan cepat.
Tim medis tidak kunjung menghampiri, sementara Nellsa masih terkapar di dasar lapangan. Diko dan Kian hendak melangkah memasuki lapangan namun terhenti karena tiba-tiba seorang pria datang berlari menghampiri dan menggendong Nellsa yang pingsan.
"Hah, ngapain tuh si Raga turun ke lapangan?" Kian begitu kaget.
"Raga!" Diko terheran dan lantas ikut turun ke lapangan menghampiri Nellsa.
Raga lantas membawanya ke rumah sakit kampus, disusul oleh Diko, Kian dan lainnya.
"Maaf, sepertinya ada sedikit masalah pada kesehatan peserta bernama Nellsa ini. Untuk itu, pertandingan hari ini kita tunda. Bulan depan akan kami sampaikan pada laman daily sport kampus. Terima kasih."
Panitia bahkan menyudahi pertandingan itu karena peserta mengalami cedera. Pertandingan itu memang selalu menjadi pertarungan sengit antara Kennia dan Nellsa. Mereka selalu digadang-gadang menjadi icon tenisnya kampus dan sempat mewakili kampus untuk turnamen antar kampus atau provinsi.
Tim Medis baru datang setelah peristiwa itu. Sungguh, kelalaian yang sangat fatal menurut panitia.
"Kenapa baru datang sih? Mau nungguin orang sekarat dulu? Kerja itu yang konsisten, yang fokus, apalagi tugas kalian tuh seperti ini. Tanggung jawab pun harus dipegang teguh." Panitia emosi dan memberi pelajaran bagi tim medis kampus.
"Maaf Pak. Kami bersalah. Ada gangguan teknis pada saat kami mengambil tandu keselamatan." Tim medis hanya bisa tertunduk menyesal.
Di sisi lain, seorang gadis tersenyum menyeringai menatap lawannya yang terpental karena ulahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 20 DAYS
General FictionPerjalanan Nellsa ke Belanda untuk melakukan observasi, malah membuatnya dejavu akan cinta masa lalunya ketika bertemu dengan Raga. Raga, pria asal Rotterdam itu membuat Nellsa harus merasakan kilas balik perasaan cintanya karena kemiripan wajah Rag...