3 // Mengingatmu

2.8K 160 16
                                    

Setelah seharian menyelesaikan kunjungan dan beberapa berkas laporan, mereka memanfaatkan waktu untuk bisa mengenal lebih dalam kota Rotterdam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah seharian menyelesaikan kunjungan dan beberapa berkas laporan, mereka memanfaatkan waktu untuk bisa mengenal lebih dalam kota Rotterdam. Kian mengajak Nellsa untuk datang ke Restoran hotdog yang dipromosikan Raga saat itu. Nellsa bahkan tak bisa menyangka jika Kian mengingat hal itu. Terlebih lagi, Raga adalah orang yamg baru mereka kenal dan mampu mengejutkan mereka di awal bertemu.

"Ah gak mau ah, malu tau Ki. Pengejar gratisan banget. Gue gak mau punya urusan sama orang itu."

"Ngapain malu, ini promosi loh Sa. Lumayan hemat uang kita sampai 18 hari ke depan. Lo gak mau berurusan sama dia cuma karena dia itu ..."

"Ya udah iya kita akan ke sana! Jangan pernah lo ungkit itu lagi."

"Kenapa sih? Nellsa selalu menghentikan gue bicara tentang itu?" batin Kian.

Suasana kota Rotterdam yang mendung, suhu udara masih terbilang rendah, mereka mulai menyusuri beberapa kedai dan sampai di salah satu restoran Hotdog berkat aplikasi maps di ponsel Kian. Gadis bermata bulat itu lalu duduk di kursi Resto dengan mata memencar begitu was-was.

"Goedemorgen! Would you like to order?" tanya seorang waiter pada mereka sambil menyerahkan menu pada Kian.

"Emm, I wanna this one, and this one." Kian menunjuk menu resto yang ingin ia makan bersama dengan Nellsa saat itu.

Nellsa sudah merasa tak nyaman. Matanya memencar ke sekitar mencari seseorang yang ia harap tak ada di tempat itu. Roti hotdog datang, membuat mata Kian berbinar dan ingin sekali mulutnya segera melahap makanan berdominan roti bersamaan isian daging itu.

Nellsa menunda proses makannya. Ya, yang ia khawatirkan nyatanya benar. Laki-laki bertubuh tinggi itu ada dihadapan mereka, memperhatikan Nellsa dan Kian yang tengah makan dengan begitu lahapnya. Kian tersadar, matanya terbelalak menatap Raga yang tengah tersenyum melihat mereka.

"L ... lo," ucap Kian dengan kaget. Ia ikut untuk menghentikan proses makannya tiba-tiba.

Raga menyeringai senyum dengan hembusan napas yang sekali keluar karena hampir sedikit tertawa melihat mereka makan di resto yang ia sempat promosikan.

"Gue kira, kalian takut sama makanan gratis," tukas Raga terkekeh tipis.

"Kenapa gue harus denger suaranya lagi? Gak mungkin. Ini gak mungkin Nellsa, " batin Nellsa seraya matanya melirik lelaki dengan tinggi semampai itu dengan aneh.

"Heh, kenapa ngelamun? Nanti gak enak kalau ditunda. Ayo lanjut, anggap aja dia gak ada," bisik Kian membangunkan Nellsa dari lamunannya. Ya, walaupun Kian sudah curiga kalau Nellsa memikirkan sesuatu, ia pun harus menjaga image di depan Raga ketika mereka bertemu kembali untuk yang ke beberapa kali.

"Ya udah, selamat makan. Maaf gue ganggu kalian. Gue mau cabut lagi bantu mereka. Sampai ketemu." Raga bahkan selalu berpamitan tanpa melewati senyum pada mereka. Hal itu membuat Nellsa dan Kian jadi bingung sendiri harus bersikap. Laki-laki itu cepat sekali akrab dengan siapapun. Padahal sebelumnya, mereka tak pernah bertemu sama sekali.

AFTER 20 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang