Beberapa jam perjalanan mereka lewatkan. Raga dan keluarga langsung mencari apartemen untuk dibeli dan akan mereka tempati dengan nyaman. Negosiasi berjalan lancar dan satu apartemen mereka dapatkan.
"Bu, apa kita gak bisa pindah ke rumah yang dulu?" Raga membuat Bu Nera terdiam.
"Ibu gak mau. Di sana terlalu banyak masalalu yang terlalu sakit untuk ibu, Ayah juga untuk kamu Raga." Bu Nera menundukkan kepalanya seketika. Wajahnya bahkan terlihat menyimpan kesenduan yang mendalam. Raga menghampiri ibunya, ia lantas mendekap tubuh ibunya dengan begitu hangat.
"Raga tau bu. Dan Raga gak akan buat ibu nangis lagi, maafin Raga. Raga gak mau bikin ibu kecewa atau apapun itu yang berartikan buruk buat ibu. Raga akan buat ibu bahagia terus."
Raga mulai merapikan kamarnya. Ditaruh sebuah bingkai berisikan fotonya dengan seseorang, namun tak terlihat wajahnya dari dalam sana. Raga menarik senyum di celah bibirnya ketika menatap benda itu. Raga Alvanio, pria tampan bertubuh tinggi itu terlihat sumringah melewati setiap celah jalan kota Bandung.
"Huw, Indonesia .... I'm Comeback." Teriakan pertama keluar dari mulutnya yang begitu antusias ketika kembali ke tanah kelahirannya.
Kota Bandung, kota kelahirannya yang mungkin begitu dirindukannya sejak lama. Udara yang begitu segar sangat terasa di lubang hidung mancungnya. Langkahnya mulai menuju ke Apartemen. Ia terduduk di sebuah sofa dengan kebingungan. Ya, hari pertamanya di Indonesia setelah ia beranjak dewasa seperti itu, rasanya ia sudah melupakan semua apa yang pernah ia lakukan dulu.
"Siapa yang bisa gue hubungin di sini ya? Kira-kira, Malvin masih inget gue gak ya?" batin Raga sambil menyerudup secangkir kopi di tangannya.
Malvin, teman satu SMP-nya yang Raga harapkan untuk bisa ia temui. Malvin sahabat Raga yang dulu sempat tak pernah jauh dengannya. Raga bahkan mengingat alamat rumahnya dengan baik. Raga harap, Malvin masih menatap dan tak pindah dari Bandung. Bahkan tempat itu sekarang sudah sangat berbeda. Mata Raga memencar menatap sekitar lingkungan rumah Malvin.
"Mereka udah pindah belum ya? Pohon besar itu ke mana ya? Udah jadi rumah aja," gumamnya.
Mata Raga melebar ketika menatap rumah yang ia harapkan masih berdiri kokoh, akhirnya ia temui. Diketuk pintu dan ditekan bel oleh Raga beberapa kali. Keluar seorang wanita paruh baya.
"Cari siapa ya?"
"Bu Aurel? Bu Aurel kan?"
"Kamu siapa ya?"
"Ini saya Raga bu, teman Malvin waktu SMP."
"Raga? Hah? Raga? Bukannya kata Malvin kamu menetap di Belanda nak?"
"Eh sebelumnya masuk dulu, kita bicara di dalam aja," ucap Bu Aurel. Mereka memulai perbincangan hangat.
"Jadi kamu mau menetap lagi di sini? Kamu udah besar ya nak, makin ganteng aja, kayak model."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 20 DAYS
General FictionPerjalanan Nellsa ke Belanda untuk melakukan observasi, malah membuatnya dejavu akan cinta masa lalunya ketika bertemu dengan Raga. Raga, pria asal Rotterdam itu membuat Nellsa harus merasakan kilas balik perasaan cintanya karena kemiripan wajah Rag...