Angin berhembus dari barat, menerpa semua barang yang dilewatinya. Di pagi hari terdengar suara jendela yang terbuka terkena angin. Gadis berwajah imut itu terbangun. Dengan mata yang masih terpejam, dengan sigap, ia berdiri dan menutup kembali jendelanya. Matanya terbuka dan tangannya terhenti untuk menutup jendela.
"Anginnya kencang juga, cuaca gak nentu akhir-akhir ini," gumamnya lantas meninggalkan jejak untuk pergi merapikan dirinya.
Turun dari mobil, Nellsa lantas pergi untuk menemui Kian di taman.
"Nellsa!"
"Kian, lagi ngapain lo?"
"Lo kayak orang yang baru kenal gue aja, gue pegang ponsel ya pasti lagi stalking orang."
"Kian ... Kian, apa gak ada satu hari ini lo gak stalking IG orang?"
"Gue gak betah Nellsaaaaa."
Mata Nellsa menjelajah seluruh kawasan kampus. Memang sepertinya tengah mencari-cari seseorang.
"Cari siapa? Raga?"
"Raga terus. Gue cari kak Diko, tumben aja dia jarang keliatan."
Diko datang menghampiri mereka.
"Noh abang lo."
"Hay girls, pada ngapain?"
"Nellsa kangen lo tuh kak." Kian terkekeh.
"Apa? Heh Kian, gue gak ngomong juga."
"Kalau serius juga gak apa-apa kok," ledek Diko.
Erick terlihat mencari-cari sosok Raga di lantai tiga, hendak memberikan sesuatu untuknya namun tidak terlihat sosok pria dengan tinggi semampai itu. Terlihat Aldan keluar dari kelas.
"Aduh, kingkong sawah! Cabut ah." Erick lantas melangkah cepat untuk menjauh.
"Monyet Albino!" teriak Aldan membuat Erick semakin cepat melangkah.
"Heh Erick, tunggu dulu." Seruan Aldan membuat Erick menghela napasnya pasrah.
Erick menghentikan langkahnya seketika.
"Heh kingkong, kenapa lo manggil gue?"
"Ngapain lo di fakultas gue? Bukannya di sini bukan wilayah lo ya?"
"Suka-suka gue lah, emang nih kampus punya bapak lo."
"Nyolot lagi," jawab Aldan hendak mentakol kepala Erick.
"Oh iya, gue ke sini punya maksud cari Raga, di mana Raga?"
"Lo cari di seluruh kampus ini juga percuma, Raga gak bakalan ketemu."
"Maksud lo?" Erick bingung.
"Raga hari ini gak masuk, dia izin sakit. Dan gue hendak ke apartemennya sekarang. Gue cabut!"
"Tunggu, Raga sakit apa?"
"Kalau gue tau, gue gak akan buang oksigen cuma-cuma karena jawab pertanyaan lo."
"Di mana Apartemen Raga?"
"Buat apa? Lo mau ke sana? Datengin aja Grand Lake Apartemen deket sini, nomornya 324. Gue lagi baik karena Raga lagi sakit. Gue cabut dulu ya Monyet Albino." Aldan menepuk pundak Erick begitu keras.
"Sialan, gue kandangin juga lo kingkong sawah," gumamnya.
••
Nellsa, Kian dan Diko terlihat sedang makan di kantin. Dengan tiba-tiba Erick duduk di samping Diko dan menarik sepiring makanannya. Dimakan makanan milik Diko oleh Erick. Ia terlihat heboh melahap makanan orang lain membuat semuanya kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 20 DAYS
General FictionPerjalanan Nellsa ke Belanda untuk melakukan observasi, malah membuatnya dejavu akan cinta masa lalunya ketika bertemu dengan Raga. Raga, pria asal Rotterdam itu membuat Nellsa harus merasakan kilas balik perasaan cintanya karena kemiripan wajah Rag...